Part 12

7.3K 596 98
                                    

 Katya tidak tahu harus melakukan apa.

 Katya tahu bahwa malam itu Zayn baru pulang dari Belanda. Katya juga mendengar suara mobil Zayn masuk ke garasinya. Katya sengaja menunggu beberapa menit untuk memberikan kejutan untuk Zayn, tetapi saat ia tiba di depan rumah Zayn, ia menyesal telah merencakan kejutan itu.

 Zayn punya dua pintu depan: satu pintu berwarna putih, sedangkan satu lagi pintu bercorak yang berwarna hitam. Malam itu Katya datang diam-diam. Pintu putih Zayn terbuka lebar, menyisakan pintu bercorak berwana hitamnya saja. Dari pintu itu, semua yang ada di dalam rumah jadi terlihat jelas.

 Dari pintu itu, Katya melihat Zayn sedang mencium seorang cewek berambut pirang yang sangat cantik. Katya membekap mulutnya sendiri saking kagetnya. Ia juga melihat cewek itu naik ke pangkuan Zayn, dan setelah itu Katya cepat-cepat pergi ke rumahnya sendiri.

 Pemandangan yang dilihatnya tadi terlalu menyakitkan sampai-sampai Katya ingin menangis. Katya akhirnya hanya meninggalkan kue ulang tahun buatannya sendiri, dan sekotak hadiah untuk Zayn di depan tangga rumah Zayn sebelum ia pergi.

***

 Sinar matahari membuat Zayn terbangun. Ia membuka matanya yang terasa berat, kemudian melirik sekilas ke arah jam digital di meja kecil di samping tempat tidurnya. Jam 6 pagi. Saat Zayn hendak bangun, ia baru sadar kalau ia tidak tidur sendirian semalam.

 Rebecca masih tidur di sampingnya. Cewek itu mengenakan baju tidur panjang, sedangkan Zayn sendiri tidak mengenakan atasan. Hanya celana panjang seperti biasa. Zayn dengan hati-hati menyingkirkan tangan Rebecca yang berada di dadanya, kemudian ia berdiri.

 Zayn berjalan setengah sadar ke luar rumahnya. Sepertinya salju turun semalam, karena tiap sudut-sudut jalan dan pekarangan Zayn dipenuhi gumpalan berwarna putih. Zayn turun dari tangga depan rumahnya untuk mengecek kotak surat. Saat ia sampai di tangga terakhir, kakinya menyentuh sesuatu.

 Zayn menunduk untuk memungut benda itu.

 Ia menemukan sekotak kue ulang tahun, dan sebuah kotak berisi beberapa album dari penyanyi-penyanyi country yang Zayn suka. Kedua kotak itu sudah basah terkena salju, jadi Zayn dapat berasumsi kalau kotak itu sudah ada sejak semalam.

 Sejak semalam.

 Sial, umpat Zayn dalam hati. Ia berharap...ia berharap semoga saja pengirimnya bukan Katya. Ia berharap semoga Katya tidak kerumahnya semalam. Ia berharap semoga Katya tidak melihatnya saat Rebecca menciumnya. Astaga, Zayn benar-benar kalut.

 Zayn cepat-cepat mengambil jaketnya dan langsung menuju rumah Katya. Ia mengetuk pintu rumah Katya berkali-kali, tetapi tidak ada jawaban. Zayn mendesah frustasi.

 “Kat, aku tahu kau ada di dalam,” kata Zayn. “Tolong buka pintunya.”

 Beberapa menit berlalu, tidak ada jawaban.

 “Kat,” kata Zayn lagi, suaranya melembut. “Maafkan aku, Kat.”

 Tetap tidak ada jawaban.

 Setelah dua jam, Zayn akhirnya menyerah. “Terima kasih untuk kue dan hadiahnya, Kat. Aku menghargainya.” Kemudian Zayn meninggalkan rumah Katya dan berjalan pulang.

***

 “Selamat ulang tahun, Katya!”

 Katya langsung disambut dengan suara terompet dan kertas warna-warni begitu ia menginjakkan kakinya ke perpustakaan pagi itu. Disana ada Candace, Sabrina, Mackenzie, Lucas, dan teman-temannya yang lain. Katya sangat senang dan terharu sampai-sampai ia ingin menangis.

 “Ayo tiup lilin, Kat,” kata Candace seraya menyodorkan sebuah kue ulang tahun besar beserta lilin dengan angka 21 di atasnya. “Jangan lupa membuat permohonan.

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang