"Kenapa sih, diem aja," ucap Jingga yang fokus menyetir.

"PR Matematika belum selesai." Senja menyenderkan palanya di punggung Jingga.

"Lah? Kenapa enggak bilang kemaren kalo ada PR Matematika? Nantikan Jingga bantuin," ucap Jingga. Senja dan Jingga satu sekolah, hanya saja mereka beda jurusan. Senja masuk ke jurusan IPS, sedangkan Jingga masuk ke jurusan IPA. Senja akui bahwa kepintaran Jingga sangat diatas rata-rata, bahkan ia pernah memenangkan Olimpiade Sains tingkat Nasional. Senja dan Jingga selalu bersama di sekolah mereka, sebab Santi yang menitipkan Senja pada Jingga. Itu juga yang membuat banyak rumor di sekolahnya, tak sedikit yang mengira bahwa mereka berpacaran dan tak sedikit juga yang mengira bahwa mereka memiliki hubungan sedarah. Namun Jingga dan Senja tak memperdulikan itu, sebab itu hanyalah rumor yang tak benar dengan faktanya.

"Jingga bilang kemaren mau pergi sama temen, kan?" ucap senja seraya mengangkat kepalanya dari punggung Jingga.

"Ya, Jingga kan bisa aja ke rumah pulang dari pergi," ujar Jingga.

Senja diam sesaat, tiba-tiba terlintas sesuatu dipikiran-nya.

"Jingga," panggil Senja.

"Apa?" Lagi-lagi Jingga melirik Senja melalui spion motornya.

"Kita enggak usah sekolah yuk," ucap Senja dengan sangat pelan, tertakut jika nantinya Jingga malah enggan untuk ikut dengannya. Pasalnya Jingga adalah anak rajin di kelasnya, ia paling anti dengan bolos sekolah.

"Ehh??! Kenapa?" tanya Jingga yang terkejut, ia tak habis pikir kenapa tiba-tiba sahabatnya itu mengajaknya bolos sekolah. Suatu kegiatan yang paling tidak ia sukai.

"Senja males sekolah, kita jalan-jalan aja, yuk." Senja menyenderkan kepalanya di punggung Jingga lagi.

"Enggak ah, Jingga enggak mau. Senja tau sendiri kan, kalo Jingga enggak suka bolos sekolah? Jingga bilangin Bunaya, mau?"

"Ah, Jingga enggak asik." Senja memukul punggung Jingga dengan kesal, inilah hal yang tak Senja sukai dari Jingga. Selalu menyangkut pautkan keinginannya dengan ibunya.

Sudah pukul setengah tujuh lewat lima menit Jingga dan Senja masih dalam perjalanan, jalanan yang mereka lalu sedang dalam keadaan macet. Senja berharap bahwa kemacetan berlanjut hingga pukul tujuh, agar ia bisa dipulangkan dan tidak mengikuti pelajaran.

"Yah, macet Sen. Terus gimana?" tanya Jingga yang sedari tadi memperhatikan sekelilingnya, berharap kemacetan ini cepat berlalu.

"Yaudah, kita pulang aja. Lagian nyampe di sekolah juga pasti dipulangin, Senja juga enggak perlu bohong sama Bunaya," jelas Senja dengan hatinya yang berbunga-bunga.

"Yah, itu sih maunya Senja. Iya kan?" Jingga membenarkan spion motornya.

"Liat aja tuh, macet begitu sampe sekolah mau jam berapa?" ucap Senja sambil menunjuk kedepannya.

"Lagian kan, ini salah Jingga. Kenapa kesiangan? Kalo Jingga enggak kesiangan juga, enggak bakal kejebak macet kayak gini," lanjutnya. Senja tak heran mengapa sahabatnya sering kali bangun terlambat, itu sebab Jingga yang tak kenal waktu jika sudah bertemu Play Station.

Jingga menggaruk tengguknya, perkataan Senja ada benarnya. Mungkin jika semalam ia tak bermain Play Station hingga larut malam, bisa saja ia tak terjebak macet seperti sekarang.

"Iyadeh, trus sekarang kita mau kemana? Inget ya, ini buat pertama dan terakhir kalinya kita bolos," ucap Jingga, sifatnya yang paling anti dengan bolos sekolah membuat Senja tersiksa. Terlebih lagi jika Senja sedang ada masalah dengan guru BK, otomatis ibunya akan mengetahui masalahnya.

"Itu sih, tergantung Jingga. Senja ngikut aja." Senja merapihkan anak ramputnya yang terurai berantakan karena tiupan angin.

"Kita ke kafe aja, yuk. Mau matcha gak?" tawar Jingga, paham betul Jingga jika Senja sangat menyukai matcha. Ini sudah kesukaan Senja sejak Senja duduk di bangku kelas delapan, karena kala itu ia mencicipi milk shake milik temannya dengan rasa matcha.

"Ayuuuk!" Senja antusias dengan tawaran Jingga, tak biasanya Jingga mengajaknya ke kafe, paling mentok-mentok Jingga membawanya ke warteg bi Mirnah.

Oke gaes, hope u like it!
And if u like it, don't forget to pressat the bottom.
See u next chapter everyone!

Maap typo, no editing, auto publish.

(09-07-2019)

Opacarophile Where stories live. Discover now