RAGADERA 4 ✔

Mulai dari awal
                                    

"Ya ampun, kamu tuh menantu idaman banget ya. Pinter masak, cantik, terus rajin lagi. Kata ayah kamu juga, nilai kamu di sekolah tuh bagus-bagus."

"Ngga kok, tan. Biasa aja. Setiap orang kan punya kelebihan masing-masing."

Banyak yang Dera bicarakan bersama Tante Gina. Termasuk membicarakan soal Raga. Dimulai dari kebiasaan Raga, sampai makanan kesukaan Raga. Sebenarnya Dera males mendengarkan, hanya saja, Dera merasa tidak enak dengan Tante Gina. Entah sudah berapa lama, Dera berkutat di dapur bersama tante Gina, tapi yang jelas, saat ini hidangan makan malam sudah disiapkan. Om Bram juga sudah pulang dari kantornya.

Tante Gina menyuruh Dera untuk mandi dan mengganti seragamnya, namun Dera menolak dengan alasan tidak membawa baju ganti. Tapi ternyata, Tante Gina sudah menyiapkan gaun untuk Dera dikamar tamu. Akhirnya, Dera memilih untuk mandi terlebih dahulu dikamar tamu. Tak butuh waktu lama, untuk Dera mandi dan mengganti bajunya. Dera sedang mematut dirinya didepan cermin. Melihat penampilannya, sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan. Ketika merasa sudah cukup menilai penampilannya. Dera kembali turun ke meja makan, dan disana sudah ada tante Gina, bersama om Bram.

"Dera, kamu tolong panggilin Raga ya, buat makan malem."

"Iya tante. Kamarnya dimana ya?"

"Diatas, pintunya yang warna coklat dan ada tulisannya handsome room."

"Sebentar ya, tan."

Dera hampir saja ingin tertawa, saat mendengar dua kata terakhir yang diucapkan tante Gina. Yang benar saja? Ternyata Raga itu terlalu percaya diri. Saat Dera sampai dilantai atas, matanya menjelajah ke sekeliling. Dilantai ini hanya terdapat dua kamar, satu dengan pintu coklat yang bertuliskan handsome room, dan yang satu lagi dengan pintu putih yang bertuliskan beauty kid. Tanpa banyak bicara, Dera segera mengetuk pintu coklat yang ada didepannya. Sang pemilik kamar pun keluar dengan gaya santainya. Dera sempat terpaku dengan setelan yang saat ini Raga gunakan, karena terkesan santai, namun itu justru menambah ketampanan sang pemakai. Secepat mungkin, Dera mengenyahkan pemikiran itu.

"Kenapa?," tanya Raga, yang membuyarkan lamunan Dera.

"Disuruh kebawah sama nyokap lo, buat ikut makan malem."

Raga menutup pintu kamarnya, dan langsung berjalan kebawah, tanpa memperdulikan Dera yang masih berada didepan pintu Raga. Dera yang merasa tertinggal pun, langsung menyusul Raga secepat yang ia bisa. Dera beserta keluarga Raga makan dengan tenang. Sesekali membicarakan soal pernikahannya nanti.

"Dera, besok kamu pulang sekolah langsung pergi ke butik langganan tante ya, buat fitting baju." Dera yang mendengar pernyataan itu pun hanya bisa mengangguk sambil tersenyum. Dera melirik ke arah Raga yang masih asik dengan makanannya, tanpa memperdulikan apa yang sedang dibicarakan. Seolah-olah semuanya tidaklah penting bagi dirinya. Namun sedetik kemudian, Dera berpikir, jika ini semua memang tidak penting bagi Raga, karena bagi dia, ini semua hanya bencana yang tiba-tiba menimpa dirinya.

"Raga, besok kamu harus anterin Dera ya."

"Raga sibuk ma, besok ada latihan."

"Yaudah, sekali-kali ngga ikut latihan dulu. Bilang aja izin, karena ada acara keluarga. Udah deh, kamu ngga usah bantah."

"Iya mamaku sayang."

"Nah, gitu dong. Abis ini, kamu anterin Dera pulang ya."

Dera menatap sekilas kearah Raga, yang hanya menjawab dengan anggukan malas. Dera tau, pasti Raga malas. Dera memberanikan diri untuk mengajukan pendapat. "Ehm, tan. Dera pulang sendiri aja, naik angkot, ngga apa-apa kok. Pasti Raga masih capek, biar dia istirahat aja."

"Tapi kan kamu cewe, ini udah malem."

"Ngga apa-apa, tan. Dera udah biasa naik angkot."

"Ma, udah biarin dia pulang sendiri. Kata mama, dia itu cewe yang mandiri. Jadi, dia pasti udah biasa. Lagian, dia sendiri yang minta kok"

"Kamu beneran ngga mau dianter?"

"Bener om," ucap Dera sambil tersenyum.
"Yaudah, kalo ada apa-apa langsung telepon ya."

"Iya, om."

Akhirnya Dera berjalan keluar komplek, untuk mencari angkot. Dera berjalan menyusuri jalan komplek, sambil merapatkan jaketnya. Cuaca malam ini sangat dingin, ditambah lagi, saat ini Dera mengenakan sebuah dress. Untung saja, dia selalu menyediakan sweeter di dalam tasnya. Dera berjalan sambil memperhatikan sekelilingnya. Sebenarnya, dirinya agak khawatir, karena jika sudah malam, jarang ada angkot yang lewat. Namun, Dera harus nekat, jika ia ingin segera sampai rumah. Tiba-tiba,Dera mendengar suara motor sport dari arah belakang, dan saat melihat kebelakang, hanya ada lampu sorot motor yang menyilaukan. Dera pun mempercepat langkahnya. Jujur saat ini, dia sangat takut, karena motor itu ternyata berjalan mendekat kearah dirinya. Saat jarak mereka semakin dekat, Dera langsung berlari. Dera berlari dengan sekuat tenaga, berharap jika tidak akan terjadi hal-hal buruk.

Dera tersentak kaget, saat motor itu membanting stir dan menghalangi jalan Dera. Dengan spontan, ia langsung menutup mukanya, sambil terus merapalkan doa. Dera juga menyesali keputusannya sendiri. Seharusnya, dia meminta diantar saja. Dengan wajah yang masih menunduk, Dera mengambil hp di tasnya. Dia berniat menelepon seseorang, dan entah kenapa hanya ada nama Raga yang terlintas.

Wajah Dera sudah pucat pasi sejak motor itu berhenti, dan bertambah pucat kala Raga tidak mengangkat panggilannya. Tapi tunggu, kenapa setiap ia telpon, ada bunyi hp juga yang berasal dari orang didepannya. Dera mencoba memberanikan dirinya, melihat kearah orang didepannya, dan saat itu juga orang itu melepaskan helm nya. Dera terkejut setengah mati, hingga tubuhnya hampir tersungkur kebelakang. Ternyata orang yang ada didepannya saat ini adalah Raga. Dera menghela nafasnya, lega. Ternyata, dugaannya salah. Sementara Raga, memasang wajah sedatar mungkin. Raga memberikan helm kepada Dera.

"Ayo cepet naik! Gue anter balik."

***

Udah nabung buat peluk the tenar versi buku? Semangat nabungnya

Insya Allah,  kalo bisa tembus 10 M dan 500 vote, aku adain GIVE AWAY HOODIE.

See you next part

My Popular Husband [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang