23 - It's not Easy (2)

3.3K 469 26
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

Telinga Benadra kembali menangkap suara langkah kaki yang terdengar berat, membuat gadis kecil itu bersembunyi di balik pintu kamar. Ia duduk dan menekuk kaki, menundukkan kepala dalam-dalam sambil merapal doa, berharap hari ini lelaki itu tidak masuk ke kamarnya lagi.

Benadra menggigit bibir kuat-kuat saat merasakan pintu kamar didorong sekuat tenaga, menahan sakit dari tubuhnya yang terhimpit dan darah yang perlahan keluar dari jemari kakinya karena bertabrakan dengan ujung pintu.

"Heh, kamu di situ?"

Suara itu membuat bulu kuduknya meremang. Benadra tidak pernah suka suara berat itu. Ia memejamkan matanya, berharap lelaki itu segera pergi.

Benadra membuka mata saat merasakan tubuhnya melayang sebelum terhempas di ranjang. Ia dapat merasakan tangan besar milik lelaki itu meraba tubuhnya sebelum berakhir membuka seragam putihnya dengan kasar. Kedua tangan Benadra berusaha memberontak, tetapi lelaki itu dapat menghentikan gerakan Benadra dengan mudah.

Gadis kecil itu mulai berteriak ketika merasakan tangan milik lelaki itu mulai bergerak untuk menyingkap rok biru yang ia kenakan. Sesaat kemudian ia merasakan tamparan keras di pipi kanannya diiringi dengan pukulan keras di tubuhnya membuat Benadra menelan teriakan itu bulat-bulat.

Benadra menggigit bibir kuat-kuat hingga lidahnya dapat merasakan darah yang mengalir di dalam mulutnya. Tangan lelaki itu masih terus menyentuh Benadra dengan kasar hingga berakhir di bagian sensitif milik gadis itu.

Benadra benci dirinya sekarang, terlalu membenci hingga ia kembali mempertanyakan untuk apa orang sepertinya ada di dunia ini.

***

Suara keran air memenuhi indra pendengaran Benadra. Gadis itu membasuh wajah beberapa kali sebelum kembali menatap cermin di depannya. Ia menghela napas panjang. Mimpi buruk itu datang lagi. Namun, kali ini Benadra tahu penyebabnya.

Gadis itu kembali membasuh wajah, berusaha menghilangkan spekulasi buruk yang terus berdatangan. Gadis itu tidak menangis, kali ini ia takut pada dirinya sendiri, takut pada bayangannya sendiri, takut pada ukiran masa lalu yang sudah dipahat tanpa bisa ia ajak kompromi.

"Jangan pernah nutupin satu hal pun dari aku. Jangan pernah bohong. Jangan pernah ... berpikir buat ninggalin aku."

Gadis itu semakin membenci dirinya sendiri kala ia mengingat perkataan Bara kemarin pagi. Ia tahu, mungkin Bara memiliki alasan tersendiri hingga lelaki itu bisa mengatakan hal seperti itu. Terlebih lagi, Bara masih rapuh. Masih terlalu bingung dengan seluruh batu yang datang bertubi-tubi.

Bara mungkin merasa sakit hati dan kecewa saat mengetahui orang tuanya yang terkesan menutup-nutupi tentang kasus Dimas dulu. Lelaki itu merasa hanya bisa bergantung pada kakinya sendiri saat menyadari bahwa lingkungan sekitar tidak cukup membantu. Bahkan mungkin Bara merasa ia harus menangani semua hal sendiri, karena ia memang dipaksa untuk memiliki tanggung jawab seperti itu.

Belum lagi perasaan bersalah dan juga rasa iri dari masa lalu yang membuat beban di pundak Bara semakin bertambah.

Benadra pikir, Bara yang sekarang sudah berada di ambang batas. Lelaki itu mungkin tidak sanggup menahan bebannya sendiri. Tidak sanggup menahan semua teriakan yang meringsak keluar. Di sisi lain, Benadra justru takut. Takut Bara mengetahui hal yang tidak seharusnya lelaki itu tahu sekarang.

Leobra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang