2 - Segelas Berdua (2)

8.3K 1.1K 155
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk pencet tanda bintang di sudut kiri bawah layar ponselmu dan selalu beri dukungan untuk Leobra! Ayaflu!

=== Leobra===

Hari masih sangat pagi, bahkan lelaki itu masih menggunakan kaus lengan panjang dan celana pendek yang ia gunakan untuk tidur semalam. Kalau bukan karena sang ibu yang tiba-tiba meminta bantuan untuk berbelanja, Bara tak akan pernah melangkahkan kaki di supermarket sepagi ini.

Ponsel yang berada di saku celana bergetar, membuat Bara segera mengambil benda pipih itu dan menempelkannya di telinga. "Kenapa, Ma?" Suara lelaki itu terdengar sengau.

"Iya, Bara tau, ayam yang paha sekilo sama cekernya juga seperempat. Detergen sama sabun cuci piring, kalo ada hadiah piring diambil di tempat informasi. Sabun mandinya yang beli satu gratis satu, 'kan?" Bara menghela napas, suara serak khas bangun tidur miliknya membuat beberapa orang yang tak sengaja mendengar percakapannya menoleh. "Iya, kopi, gula, sama buah semangka buat papa. Bara inget, Ma ... udah, Bara mau belanja dulu. Ini teleponnya Bara matiin, ya?"

Bara dengan cepat memutus panggilan itu dan memasukkan ponselnya ke saku celana. Tiba-tiba langkah lelaki itu terhenti saat melihat seseorang yang ia kenal sedang berdiri di depan rak gula pasir. Senyumnya merekah. Kedua tangan Bara mengusap wajah agresif, membersihkan sisa-sisa sampah tidurnya semalam. Kemudian ia menutup mulut dan hidung dengan kedua tangan, memastikan mulutnya tidak bau seperti lelaki malas yang dipaksa bangun pagi.

Bara berdeham kecil ketika berdiri di samping gadis itu. "Mbak, bedanya gula yang bungkusan kuning sama hijau apa, ya?"

"Hm? Saya juga kurang ta—" Perkataan gadis itu terputus, bersamaan dengan matanya yang melebar saat menoleh ke arah Bara. "Loh, Bara?" Gadis itu tersenyum lebar.

Bara sudah menyukai senyum itu sejak pertama ia melihatnya, terutama dimple yang ada di pipi kanan. Gadis itu masih terlihat manis di mata Bara, walau hari ini Bara sadar gadis itu mungkin tidak memoles wajahnya dengan produk apa pun. Bahkan baju lengan panjang dan celana training yang melekat di tubuh gadis itu malah terlihat seperti pakaian yang bagus di mata Bara.

"Kok lo bisa ada di sini?"

Bara terkekeh. "Belanja. Btw, lo sendirian?" Sudut mata Bara bisa melihat gadis itu mengangguk kala ia menunduk untuk mengambil beberapa bungkus gula dan kopi.

"Lagi nyari bahan makanan buat nyetok di kosan."

"Oh ... lo masak sendiri?"

"Kalo lagi mager keluar kos doang, sih. Buat hemat juga kan, ya." Gadis itu tertawa kecil. "Lo ... belanja ginian sendiri?"

Bara mengangguk, sekarang ia menyejajarkan langkahnya dengan gadis itu agar tetap berjalan berdampingan sambil mendorong troli masing-masing. "Nyokap pagi-pagi udah ribut bangunin gue nyuruh belanja. Eh pas gue udah siap-siap, dia baru inget kalo ada rapat sama bu RT, kan jadinya gue sendirian."

Gadis itu tertawa, tawa yang menjadi favorit Bara di beberapa hari ke belakang. "Bisa pas gitu, ya."

"Iya, dan bisa pas juga ketemu sama lo. Abis ini lo ada rencana, Be?"

Tembak lurus, Bara. Gaspol. Kapan lagi.

Bara tersenyum saat melihat gadis itu menggeleng. "Makan bareng, mau?"

***

"Oh ... jadi lo satu fakultas sama Qoi?"

Bara memperhatikan Benadra yang tengah menempelkan kedua tangan di gelas teh susu hangat yang ia pesan. Bara sengaja mengajak gadis itu untuk sarapan di kedai mi ayam langganannya. Kalau ditanya kenapa, maka jawabannya adalah Bara ingin memperpanjang waktu bersama Benadra, juga untuk menawarkan tumpangan pulang.

Leobra ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang