Saat itulah wanita itu menyadari kehadiran Bella.

"Oh, kau?! Apakah kedatanganmu ingin mendapatkan hati Romeo?"

Pertanyaan aneh itu berhasil membuat Bella mengerjap. Siapa itu Romeo?

"Ohh, kau penghuni baru." Katanya sambil tersenyum lebar lalu kembali tertawa. Mungkin melihat koper yang di bawa Bella. "Selamat datang tetangga baru. Senang melihatmu dan kau pasti juga senang melihatku."

Demi nama kesopanan, Bella memaksakan senyuman. "Senang melihatmu juga."

Mendengar suara Bella, si laki-laki menghela napas dan menempelkan dahinya ke pintu, menggumamkan sumpah serapah tanpa suara.

Sedangkan si wanita itu melanjutkan memeluk si laki-laki lebih erat seolah orang itu akan menghilang. Bergelayut sampai si laki-laki bergerak tidak nyaman dan mencoba melepaskan tangan si wanita.

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu!" Jerit wanita itu lalu kembali tertawa. "Punggungmu sangat hangat dan aku bersedia mati di sini."

Tanpa sadar, Bella mengamati punggung laki-laki itu juga. Sungguh tegap dan lebar dengan otot yang terlihat padat namun pas. Postur tubuhnya sangat ideal dengan tinggi kira-kira enam kaki. Seolah itu saja belum cukup 'panas', ada goresan tinta hitam mengintip keluar di bagian bahu dari kaos tanpa lengan yang dikenakannya.

Jika Bella adalah wanita itu, mungkin ia akan melakukan hal yang sama.

Hah? Bella terkesiap atas pikiran yang datang barusan di kepalanya. Apa-apaan!

Merasa jika Bella harus segera pergi dari sana, ia memungut kunci yang terjatuh dan melewati pasangan itu tanpa menoleh.

"Apakah aku tidak cantik dan menggairahkan untukmu?" Si wanita pirang kembali merengek. "Ayolah... kau bisa mendapatkanku di mana saja dan aku tidak akan keberatan."

Bella memasukkan kunci dan memutarnya dua kali dengan cepat. Tapi pintu itu tidak bisa terbuka saat Bella menarik handlenya. Ia mencoba memutar kunci dengan arah berlawanan, menutar dan menariknya lagi tapi hasilnya tetap sama.

"Kau tahu, aku menghabiskan lima botol minuman karena menunggumu semalaman. Jadi sekarang, kau harus menjagaku!" Tuntut si wanita.

Bella mencabut kunci. Mengamatinya entah untuk apa dan mengulangi usahanya. Tapi pintu itu tetap tidak bergerak sama sekali.

Sialan.

"Jangan pergi," si wanita terus merengek. Dan Bella semakin jengkel pada pintunya. "Ayo kita masuk dan berciuman sampai kehabisan napas."

Bella ingin menutup telinganya tapi ia harus merogoh tas, ia harus menelpon Sandra. Mungkin saja temannya memberikan kunci yang salah.

Tapi belum sempat ia melakukan panggilan, tiba-tiba pandangannya tertutup oleh punggung tegap dan bidang, yang sesaat lalu mengalihkan pikirannya. Bella harus mundur beberapa langkah dibuatnya.

Si laki-laki tadi sudah berhasil melepaskan diri dari si wanita dan sekarang berada di depan pintunya. Tangan besarnya memegang handle, dengan gerakan mengangkat, lalu mendorong pintu.

Hanya dua detik dan pintu langsung terbuka. Bella mengerjap. Tapi seperti dua detik sebelumnya, punggung tegap yang sempat mencuri perhatiannya itu pun juga berlalu.

"Nah... siapa namamu?" Kali ini si wanita menghampiri Bella. Merangkulnya hingga ia harus menahan beban wanita itu. Aroma alkohol sangat tajam menyengat, menjelaskan seberapa mabuk wanita itu.

Sedangkan si laki-laki tadi tanpa bicara langsung masuk ke dalam apartemen di sebelah.

"Aku Patricia. Kau bisa memanggilku Petty."

"Bella Idara... kau bisa memanggilku Bella."

"Tentu saja," Petty tertawa.

"Ada apa?"

"Tidak," Petty melepas rangkulannya dan menunjuk Bella dari atas kepala sampai kaki. "Itu adalah nama yang sangat cocok denganmu."

Bella tidak tahu apakah itu pujian atau sebaliknya. Tapi ia belum ingin beramah tamah dengan orang lain hingga yang dilakukannya hanyalah tersenyum.

Petty sangat cantik dengan rambut pirang, kulit yang lebih gelap darinya dan banyak tindikan di telinga. "Kau harus memanggil tukang untuk memperbaiki pintumu. Pintu itulah yang membuat Sandra tidak betah tinggal di sini karena menbawa sial."

"Sandra tinggal bersama pacarnya. Itulah alasan dia meminjamkanku apartemen ini."

Petty menyipitkan mata dan menatapnya lama. Kemudian tertawa dan merangkulnya lagi. "Kau sangat kaku seperti papan es. Tapi lupakan soal pintu. Kau akan tinggal di sini, itu artinya kita akan menjadi tetangga. Senang sekali..."

Petty mengajaknya berputar-putar dan pilihan meladeni orang mabuk sepertinya kurang tepat untuk hari pertama Bella di sini. Dengan susah payah Bella melepaskan Petty dan membiarkan wanita itu bersandar di dinding selagi Bella menarik kopernya masuk.

"Apakah kau ingin kubantu bersih-bersih?" Dengan menahan mata tetap terbuka, Petty mengikat rambutnya asal-asalan. "Aku punya waktu luang hari ini."

"Kurasa aku bisa melakukan itu sendiri," Bella manahan Petty yang akan masuk. "Aku tidak ingin merepotkanmu di hari pertama kita berkenalan. Lagipula aku butuh banyak kegiatan saat ini."

Petty masih meracau dan pintu di sebelahnya terbuka kembali. Si laki-laki langsung menalingkan muka dan melesat pergi.

"Kau mau ke mana lagi?" teriak Petty. Namun si laki-laki tidak menjawab. Menoleh pun tidak hingga punggungnya menghilang karena memasuki lift.

"Laki-laki itu memang tidak suka berbasa-basi," ujar Petty bersidekap. "Tapi karena dia tampan maka itu semua harus dimaafkan." Lanjut Petty sambil memutar-mutar ujung rambut.

"Kalau kau tidak keberatan, aku ingin istirahat dulu..."

"Dia sangaaaaat dingin. Tapi laki-laki berwujud dewa sepertinya memang pantas seperti itu bukan?" Petty masih terus bicara. "Hanya dengan memeluknya tadi saja aku sudah sudah horny."

Okay.
Sebenarnya, Bella tidak ingin ikut campur dalam apapun yang tengah Petty bicarakan saat ini.
Tapi Petty tidak tahu keresahannya itu dan terus bicara.

"Dia adalah Romeo," Petty menatap ujung lorong yang kosong dengan senyum menerawang. "Laki-laki paling beracun yang bisa membuat siapapun ketagihan hanya dengan satu tatapan tajamnya."

🔥

Untuk pembacaku,

Selamat malam, kamu.
Ini malam minggu, mendekatlah.
Biarkan aku sejenak menghiburmu dengan sepenggal kisah sederhana ini.
Tidak bisa janji akan bagus sekali, tapi aku pastikan akan menyenangkan hati.

Sekali lagi, selamat malam, kamu.
Mimpi indah buatmu.
Ingat bahwa akan selalu ada yang menyayangimu.
Asal kamu tahu, salah satunya aku.

Faradita
Penulis amatir kedinginan karena seharian hujan tapi aku senang karena artinya ga panas lalu bikin ramyun emm enak

Ps: republish
17 agustus 2021

PrepossessWhere stories live. Discover now