08. Ancaman

44 7 2
                                    

08. Ancaman










***










At Steven's home...

Steven tengah duduk bersantai di balkon kamarnya menikmati hembusan angin sore yang menerpa kulitnya. Matanya terpejam, tapi jemari tangannya sibuk menari-nari diatas senar gitar yang menimbulkan melody khas.

"Woyy!!!"

Seseorang menepuk bahu Steven dari belakang dengan keras mengagetkannya. Membuat Steven terlonjak dari duduknya.

"Njir! Ngagetin aja lo." ujar Steven sambil mengelus dadanya. "Untung ni gitar gak melayang ke kepala lo,"

Verel hanya nyengir menunjukkan deretan giginya sambil memberikan jari peace.

"Ah elo. Gitu aja kaget. Lemah," cibir Dava yang sibuk memainkan game online.

"Yee, ini lagi si bucin. Game aja lo mainin. Diputusin Hazel tau rasa lo." kata Steven bergurau.

Dava tak mengindahkan perkataan cowok itu. Steven kembali mengambil gitar kemudian mulai memainkannya.

"Btw si Levin mana ni?" tanya Steven.

Verel mengedikkan bahu. "Lagi ga dirumah katanya. Tau dah kemana tu anak."

"Elah, lo pada kaya kagak tau aja kebiasaan tu bocah. Setiap malem minggu mana pernah dia dirumah. Kalo gue tanya alesannya sibuk terus. Ngalihin pembicaraan lagi," sela Dava yang masih fokus dengan gadgednya.

"Diem-diem punya doi kali tu anak," celetuk Verel asal yang sebenarnya memang benar adanya :v

"Eh, Stepen. Si Dion masih gangguin cewek lo gak tuh?" cibir Verel.

Mengerti yang dimaksud adalah Aria, Steven sontak menjawab. "Setau gue sih setelah gue mukulin si brengsek itu, ga pernah tuh. Aria juga ga pernah cerita kalo dia digangguin lagi." ujar Steven menjelaskan. Dan hanya dibalas anggukan dari Verel.

"Cewek lo berapa sekarang, stev?" pancing Verel.

"Gue gak punya cewek, bego!"

"Lah, terus Aria apaan?"

"Lo ralat tuh omongan lo. Dia bukan siapa-siapa gue." jawabnya.

Lagi nunggu waktu aja sih. Batin Steven.

"Makanya jadiin siapa-siapa kek. Anak orang itu lo gantungin mulu, kesian stev. Kalo lo ga mau buat gue aja dah. Kan lumayaann," ujarnya bercanda.

"Lo mau ini?" sarkah Steven sambil menunjukkan tangannya yang sudah dikepalkan dengan ekspresi dingin.

"Bwahahahahah," tawa Verel pecah karna merasa sukses mengerjai temannya ini.

"Ah bangsat! Lo pada bisa diem gak sih? Noob kan gue." gerutu Dava sambil melempar asal ponselnya keatas meja.

Verel menoyor pelipis Dava. "Yee, ni bocah juga ngapa dah. Kagak bisa main ya gak usah nyalahin kita napa?" celetuk Varel.

"Serah dah. Gue mau ambil minum." ujar Steven seraya beranjak menuju dapur.

"Ambilin buat gue sama Dava sekalian!" titah Verel setengah berteriak karna Steven sudah hilang dari pandangan mereka.

🍂🍂🍂

Aria berpamitan dengan kedua orangtuanya. Kemudian berlari kecil menuju gerbang rumah yang disisi lain sudah ada Steven yang berdiri bersandar pada motor ninja merah kesayangan cowok itu.

EncounterWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu