Bagian 29

746 41 2
                                    


Happy Reading....

***********

   Dinda mencari Niko ke kelasnya. Namun, tidak ada juga, cewek itu telah mengelilingi sekolah tapi tetap saja Niko tidak ada. Dinda menghela napas beratnya setelah sampai di kelas dan langsung mendaratkan bokongnya ke kursinya.

Pasti sangat sakit,batin Dinda

"Woe!, ngelamun aja lo awas nanti kesurupan baru tau rasa lo!" teriak seseorang yang Dinda kenal suaranya.

"Kanget anjir gue," ucap Dinda sambil mengelus dadanya karena kaget.

"Lo kenapa, sih?" tanya Lina mulai penasaran.

"Lo nggak liat Niko nggak?" tanya Dinda to the point

"Oh jadi alasan lo ngelamun dari tadi gara-gara si Niko," ucap Lina

"Tadi sih Daniel ngasih tahu gue kalo hari ini mereka bolos, Niko minta ke mereka buat bolos gitu, katanya juga Niko kek lagi ada masalah gitu, jadi gue iyaiin aja deh," sambung Lina.

Dinda menggangguk seolah mengerti, biarkan hari ini Niko melakukan sesuatu agar pikirannya bisa tenang kembali, asalkan dia tidak melakukan sesuatu yang di luar batas wajar. Dinda merongos kantung nya dan mengeluarkan benda pipih bewarna hitam dan mengetik sesuatu di sana kemudian mengirimnya.

Beberapa menit kemudian, bel masuk pun telah berbunyi. Kelas Dinda pun terdiam ketika guru killer yang dikenal di SMAnya masuk kedalam kelas mereka untuk melakukan kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan di tempat lain, khususnya di rumah Niko. Kini cowok itu dan ketiga sahabatnya bolos dan sekarang mereka berada di kamar Niko dan seperti biasa jika mereka ngumpul di rumah Niko maka kamar Niko bakalan seperti kapal pecah. Niko lah yang meminta kepada mereka untuk bolos dengan alasan Niko malas mengikuti jam pelajaran. Dan dengan senang hati, Ketiga sahabatnya mengiyakan kemauan Niko. Karena baru kali ini lagi Niko meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk bolos, karena selama Niko dan Dinda  pacaran, Niko satu kali dua kali saja dia bolos pelajaran karena jika dia keseringan bolos maka Dinda akan mengomelinya.

"Oh ya? Nik tumben lo ngajak kita bolos? Lo gak takut kalo Dinda tahu terus dia bakalan marah sama lo?" tanya Sandi memulai membuka suaranya.

Niko terdiam.

"Woe bego! Lo kenapa diam anjir," ucap Daniel.

"Gue lagi kepikiran, nih," ucap Niko dengan nada  serius nya.

"Kepikiran apa lo? Sampe serius kek gitu," ucap Reza.

"Jadi gini, kemarin bokap gue nelpon dan nyuruh gue lanjutin kuliah di Amerika," jelas Niko.

"Terus lo ngeiyaiin atau gimana?" tanya Sandi

Ketiga sahabat-sahabatnya itu kini menatapnya dengan tatapan serius karena menunggu jawaban dari mereka.

"Gak usah serius juga kali njir hahaha." Becanda Niko sambil memukul pelan kepala ketiga sahabatnya itu dan membuat ketiganya meringis kesakitan karena tidak menerima perlakuan Niko, ketiganya pun membalas memukul Niko dan membuat Niko meringis kesakitan.

"Gila lo pada, sakit nih pala gue," ringis Niko.

"Gue aduin ke Dinda baru tau rasa kalian," lanjut Niko.

"Aduin aja sono," ucap Daniel.

"Ya udah, lo nggak mau lanjutin ucapan lo?" tanya Sandi.

"Oh iya lupa kan jadinya, kalian, sih." Niko cengengesan karena mendapat tatapan tajam dari ketiga sahabatnya itu.

"Jadi gue belum ngeiyaiin, karena gue mau minta izin dulu ke Dinda dan bokap nyokap gue setuju, katanya gue harus minta izin dulu ke Dinda dan ngejelasin dengan baik dan benar, dan semoga saja Dinda bisa ngerti," jelasnya.

"Dan kata bokap gue, kalo gue ngeiyaiin permintaan dia untuk melanjutkan kuliah di Amerika, dan Dinda menyetujuinya maka, nanti gue bakalan dapat perusahaan bokap gue yang ada  di indonesia dan kata nya lagi gue bakalan bisa ngelamar Dinda," sambung Niko.

Ketiganya mengangguk mengerti.

"Terus lo udah jelasin ke Dinda nggak soal ini?" tanya Daniel.

"Gue mau jelasin ke dia nanti sore, gue mau ngajak dia jalan dan semoga saja Dinda ngerti dan bisa nerima itu," harap Niko.

"Aamiin." Ketiga sahabatnya mengaamiinkan ucapannya.

"Pasti Dinda setuju kok, yang penting lo jelasinnya dengan baik dan bener, bilang ke dia apa yang bokap lo bilang ke lo, siapa sih yang gak mau kalo pacarnya punya perusahan sendiri dan setelah memiliki pekerjaan bakalan ngelamar dia, gue aja iri sama Dinda Nik, karena dapatin cowok kaya lo," jelas Daniel.

"Woe, lo homo ya, ngapain lo iri sama Dinda, oh tidak berarti dari dulu sampai sekarang lo suka sama Niko gitu?" tanya Reza mendramatiskan suasana.

"Jijik gue anjir," ucap Daniel sambil memukul kepala Reza.

"Tapi gue takut kalo Dinda nggak ngijinin gue ke Amerika, gue bakalan lama di sana sekitaran lima tahunan lah," ucap Niko. Kemudian menunduk.

Ketiga sahabatnya terkejut mendengar ucapan Niko.

"Beneran Nik? Lo lima tahun di sana?" tanya Sandi tidak percaya.

"Iya San, gue kuliah empat tahun kan, terus satu tahunnya gue disuruh sama bokap coba ngurusin perusahan mereka yang ada di Amerika biar mereka bisa tahu gue pantas gak ngedapatin perusahan yang di Indonesia, gitu," jelas Niko.

"Tenang Nik, Dinda cewek baik-baik kok, dia pasti bisa bertahan selama lima tahun itu tampa lo, tapi lo juga harus selalu menjaga komunikasi kalian berdua agar nanti tidak ada yang ngerasa sendiri gitu, jadi di sini lo harus bisa ngejaga komunikasi lo sama Dinda," saran Reza.

"Baiklah dan semoga Dinda bisa nerima dan tetap bisa bertahan sama gue walaupun gue ke Amerika selama lima tahun," ucap Niko.

Ketiga sahabat nya kemudian memeluk dia dengan sayang, memberikan semangat ke Niko.

Setelah perbincangan mereka selesai, mereka semua sama-sama sibuk kembali bermain handphone. Tahu lah kebiasaan cowok kalo main handphone.

******

TBC

Thank's you so much guys.

Mohon banget yah, kalian jangan baca  doang, minta vote dan komen nya juga biar saya sebagai penulis semakin semangat nulis nya dan bisa ngelanjutin chapter berikut nya.

TENTANG KITA (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang