Bagian 173 (Bertahan)

936 138 46
                                    

.
.

Radikal, secara definisi adalah 'secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip).'

Jika merujuk kepada maknanya, maka sebenarnya dalam beragama, sewajarnya diimani dan dipraktekkan secara radikal (hingga ke hal yang prinsip).

Yang tidak boleh itu, adalah 'anarkis,' yang bermakna orang yang melakukan tindakan anarki (anarki : tidak adanya ketertiban atau kekacauan).

.
.

***

Pukul 7.15, Kediaman Tuan Danadyaksa.

Akhir pekan tiba. Walau otak Yoga masih kusut dan hati kebat-kebit selama misteri menambal anggaran gaji karyawan untuk setengah tahun ke depan belum jua terpecahkan, dan belum lagi ditambah dengan kekepoan yang menderanya pasca mimpi misterius tentang ucapan Syeikh Abdullah, dia merasa dirinya perlu sedikit piknik. Lebih tepatnya, dirinya dan Erika.

Cklik! Ujung tali yang kemarin dibelinya di sebuah pet shop, dikaitkan hingga membentuk kalung melingkari leher Erika.

"Aduh ... cantik banget kamu Erika! Kucing siapa sih ini?? Hiih gemesin banget!!" Jarinya mencubit kedua pipi kucing putihnya.

"Eooongg!" Kucingnya mengeong antara manja dan tak begitu suka pipinya dicubiti.

Dana menatapnya dari kursi ruang makan, dengan tatapan jijik bercampur iba. "Kucing kampung begitu di mana letak cantiknya? Matamu siwer ya?"

Yoga menoleh jengkel. "Enak saja! Erikaku CANTIK tahu!"
Dia kembali fokus pada kucingnya. "Ya kan sayang? Kamu kucing paling CANTIK sedunia!"

Ayahnya mengunyah sisa roti di piring sembari bergumam pelan, "Sakit jiwa."

Wajah Yoga muram seketika. "Aku mendengarnya, Yah."

Bastian berdiri di belakang Yoga yang sepagi ini sudah mandi dan tampak rapi dengan kaus polo lengan pendek putih, celana training hitam, dan kacamata hitam tersemat di kepalanya. Gayanya seolah akan berangkat jogging. Padahal dia cuma mau mengajak Erika jalan-jalan di taman kompleks mereka. Sesuatu yang belum pernah dilakukannya.

"Memangnya, kucing bisa diajak jalan-jalan, Tuan? Setahu saya, cuma anjing yang bisa diajak jalan-jalan."

Yoga menggendong sambil mengelus kepala kucingnya. "Enak saja! Erika bisa kok diajak jalan-jalan! Dia kan kucing yang kubawa jauh dari Padang!"

"Maaf Tuan Muda. Anda benar," katanya segera. Tak ingin memicu konflik lebih lanjut. Jika menyangkut Erika, Yoga bisa menjadi sangat sensitif dan gampang sewot. Memang benar pepatah itu, cinta memang buta.

"Aku berangkat dulu ya. Mobil sudah siap, Bastian?"

"Sudah, Tuan Muda. Supir sudah menunggu."

Yoga mencium tangan Dana. "Assalamualaikum Yah."

"Wa alaikum salam."

Yoga menggendong dan menempelkan keningnya dengan kening kucingnya. "Ayo kita jalan-jalan, Erika sayangku, cintaku, manisku."

Dana menatap sosok putranya dari belakang dengan hati miris. Tentu saja dia hapal nama itu. Erika, nama yang populer di rumahnya sejak Yoga mengamuk bagai orang kesurupan, pasca kelulusannya, setelah dirinya melihat undangan pernikahan Erika mantan pacarnya saat SMA, dengan pria lain.

Apa dia serius ingin melupakan wanita itu??

Kalau iya, dari semua nama di dunia, kenapa kucing kampung itu harus dinamai Erika??

ANXI (SEDANG REVISI)Where stories live. Discover now