Bagian 51 (Panti Asuhan)

999 55 0
                                    

.

.

Dengan kenangan semacam itu, gimana caranya melupakanmu?

.

.

***

Mata Yunan terbuka perlahan. Dia terkejut saat melihat menemukan Arisa di dekatnya. Mata Arisa terlihat lelah seperti kurang tidur. Tapi begitu melihat Yunan membuka mata, Arisa tersenyum lebar.

"Kamu sudah bangun? Alhamdulillah!" seru Arisa penuh rasa syukur.

"Apa yang terjadi?" tanya Yunan memicingkan mata. Dilihatnya rumahnya diterangi lampu-lampu minyak bernuansa temaram.

"Udah, kamu jangan banyak ngomong dulu. Makan dulu nih!" jawab Arisa dengan tampang cemberut, sambil menyodorkan sesendok bubur ayam hangat yang asapnya masih mengepul.

"Siapa yang masak bubur?" tanya Yunan dengan suara yang masih lemah.

"Ibuku sama aku. Yah, aku cuma bagian nyampur bahan-bahannya aja sih. Hati-hati, masih panas," jawab Arisa hendak menyuapi Yunan.

Yunan yang malu disuapi, memilih merubah posisinya duduknya dan memasukkan sesendok bubur ke dalam mulutnya. Kelopak matanya melebar. Enak, pikirnya. Enak banget, malah.

"Hei hei! Pelan-pelan! Jangan buru-buru. Masih panas buburnya!" seru Arisa.

Yunan nyengir. Dia memang kelaparan. Dalam kondisi perut sepertinya sekarang, semua makanan akan terasa enak. Yunan memperlambat kecepatan makannya.

Arisa menghela napas. "Kamu nih, ya. Selalu begitu. Kalau ada apa-apa, gak pernah kasih tau orang lain. Disimpen sendiri. Gimana coba, kalo kemarin sore Mueeza gak ke rumahku? Aku kan gak tau kalau kamu sakit!"

Yunan berhenti makan. "Mueeza?" tanya Yunan.

"Iya. Mueeza ngeong-ngeong gak jelas di teras rumahku, dan seperti ngajak aku ikut sama dia. Ternyata dia lari ke depan pintu rumahmu," jelas Arisa.

Yunan menoleh kanan kiri. "Mana dia?"

"Lagi keluar. Main kali. Dari tadi sih dia tiduran di sampingmu."

"Ooh," sahut Yunan melanjutkan makannya. Diam-diam dia memperhatikan lingkaran hitam di mata Arisa.

"Maaf. Aku ngerepotin kamu," ucap Yunan dengan ekspresi merasa bersalah.

Arisa mengembuskan napas. "Bukan cuma aku. Kemarin Pak Amat terpaksa dobrak pintu depan rumahmu. Soalnya kamu dipanggil-panggil gak nyaut. Pintu dikunci pula! Sekarang jam setengah enam pagi. Pak Amat masih di masjid. Ibuku lagi salat di rumah. Kami dari kemarin gantian jagain kamu."

Yunan melotot. Ternyata dia merepotkan tiga orang, eh ditambah Mueeza jadi tiga setengah. Hmm ... dia terdiam berpikir. Sepertinya ada sesuatu yang dia lupa.

"HAHHH??? AKU BELUM SALAT SUBUH!!" pekik Yunan syok.

Arisa menyemburkan napas. "'Kan gak disengaja. Nanti di-qodho aja lah!"

.

.

Selepas mandi air hangat dan salat Dhuha, Pak Amat datang menjenguk Yunan.

"Gimana badannya udah enakan?" tanya Pak Amat.

"Iya alhamdulillah sudah turun panasnya. Makasih ya, Pak. Saya dengar dari Arisa, Bapak ikut jagain saya semalam," ucap Yunan sopan.

"Iya nak. Nggak masalah kok. Kita di sini kan hidup bertetangga."

"Bapak mau minum apa?" tawar Yunan bersiap akan ke dapur.

ANXI (SEDANG REVISI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora