Mimpi

638 17 0
                                    

Namamu; bagian dari doa kala rindu tenggelam—kata terindah yang tak pernah kulupa sematkan dalam doa-doa. Rasanya, tak cukup sekejap aku menggambarkan sosokmu, sosok yang selalu hadir dalam ingatan, selalu hadir dalam setiap degup jantung dan selalu berada di setiap hela nafas.

Kaudatang mengajari arti sebuah renjana, tawa dan cinta. meninggalkan rindu yang meranggas lalu menetap pada dinding hati. Berkeinginan untuk selalu menanti dan berharap pada sebuah temu. Suatu hari, saat-saat tersulit meranggas sebagian dari diri ini, kuharap kau tetap mendampingi dan berada disisi. Mennjadi penenang dalam setiap amarah, menjadi obat dalam setiap sakit, dan menjadi hal indah yang menolongku dalam keluh dan kesah.

Malam itu, hujan kembali jatuh, bersamaan dengan sepotong kertas kecil yang jatuh dikepalaku. Entah dari mana datangnya. Padahal hari itu aku sedang melangitkan udara kosong ketika itu.

Kertas itu berisikan tulisan “kita”.

Kuperhatikan sejenak. Sambil membolak-balikkan kertas yang ada pada genggamanku itu. Ah, senyum bodoh pun terulas di bibir. Bersamaan dengan air hujan yang menghujani kemeja flannelku perlahan.

Aku teringat pada mimpiku beberapa hari lalu. Ketika itu –aku didalam mimpi itu- berjalan sendirian. Entah di mana. Kau tahu? Ada kamu di sana. Seseorang yang selama ini kucari, aku tidak tahu namamu, tidak pernah bertemu denganmu, tapi hati ini yakin, gadis itu adalah “kamu” yang ku cari selama ini.

Di mimpi itu kamu meyakinkan bahwa kamu seseorang yang sedang menungguku di masa depan. Dan gadis itu mengatakan bahwa masa depan kita, masa depanku dengannya, sudah dijamin oleh Tuhan dan karenanya dia masih menunggu di sana. Menunggu dimensi semu yang diubah oleh-Nya menjadi sesuatu yang benar-benar nyata.

Entahlah, banyak yang tak logis terjadi didunia ini. Karenanya, aku takkan meneduh kali ini. Membiarkan setiap bulir hujan jatuh membasahi kerinduan yang sudah lama kering, membasahi hati yang haus kasih sayang. Kuharap, hujan tak selalu jatuh tiap hari, agar aku bisa meresapi makna spesial dari hujan.

Cilegon,
17 Februari 2019

Sajak-Sajak PerasaanWhere stories live. Discover now