Kau itu serupa bulir hujan. Kubiarkan tetiap tetesannya jatuh menghujani ragaku--menunggu pelangi hidup di tubuhmu dan menerbitkan senyum di bibir dinginku, mencumbu kesendirian yang begitu lama, sampai pada saatnya kau hadir untukku bersama-sama menciptakan bahagia.
Suatu waktu nanti, ketika rindu kian menikam dada, aku ingin menatap bahagia itu lebih lama lagi.
Perihal jarak yang memagari dinding-dinding hati, jangan takut untuk mencintai, meski jarak kian memisahkan. Kelak, aku akan mengunjungi perasaanmu untuk bertanya perihal tanggal yang tepat untuk menyelesaikan jarak ini. Barangkali, kau ingin menjawabnya dengan sepotong senyuman sembari membisikkanku bahwa satu-satunya lelaki yang beruntung mendapatkanmu ialah aku seorang.
YOU ARE READING
Sajak-Sajak Perasaan
PoetrySelamat tinggal, Cinta. Berbahagialah tanpa harus takut dengan air mata. Sesekali kau perlu tahu, bagaimana perihnya sayatan pertama. Sampai jumpa di lain hari. Sampai jumpa di lain arti. #2 in Sastra 14 March 2019 #3 in Prosa 14 March 2019 #1 in Po...