Pergilah, Jangan Pernah Kembali

1K 33 0
                                    

Sejujurnya, ketidakhadiranmu dihidupku masih membuatku hampa. Namun perlahan aku mulai bisa mengatasinya. Maaf, sudah waktunya kamu berhenti angkuh atas aku yang selalu mengharapkanmu.

Dulu,aku tak pernah lelah menyayangi bahkan mencintaimu. Apapun alasannya aku akan mempertahankan sesuatu atas apa yang aku perjuangkan. Seperti bisa mengenal lalu memilikimu. Aku tak tahu sepertinya diantara kita terdapat hal yang janggal; seperti terhalang oleh pagar-pagar ketidakpantasan. Sehingga kita terlihat seperti fatamorgana yang bahkan tak sempat terpikirkan. Membuat hati kita bimbang akan berlabuh dimana dan pada siapa.

Sekarang, kau tetap sama memperlihatkan ketidakpercayaan pada dirimu sendiri. Bahkan kau tak lagi mempercayai bahwa aku akan menjagamu Setiap hari. kau selalu saja mencari-cari kesalahanku agar terlihat seakan aku yang menyakitimu, Padahal aku tidak sekejam itu. Rasa sakit dan kecewa ini masih susah kumaknai. Begitu sulit untuk diungkapkan pada siapapun. Biarlah rasa dan aksara berbicara, menjadi beberapa kata dan kalimat yang bisa mewakilkan atas apa yang aku rasa.

Selanjutnya, kau memilih jalan yang menurutku salah. Kau memilih pergi disaat hati kita sudah menyatu dalam diri. Memaksa untuk melepaskan apa yang tertanam dalam hati. Mempersilahkan rasa itu terombang-ambing kesana kemari, tanpa tahu kemana akan bermuara dengan pasti. Tetapi, aku sangat paham cinta tak selalu sependapat. Begitu pula dengan kita. Mungkin menurutmu, jalan ini adalah sebuah langkah yang sesuai untuk kau memulai mengakhiri. Kau memilih pergi serta takkan pernah kembali. Membawa kenangan yang dahulu kita ukir bersama merajut asa dan meraih mimpi. Kau juga membawa segenap hati yang luntur tak berwarna; lalu kau kubur dalam-dalam beserta semua hal indah diatasnya.

Aku tak lagi memikirkan sesuatu yang menyakiti diri sendiri. Tak akan. Biarlah semua berputar pada porosnya, berjalan sesuai takdir yang ditentukan serta berlari sesuai dengan keinginan.

Berbahagialah dengan siapapun yang kau anggap percaya bisa membahagiakanmu. Kita memang sudah tak lagi sejalan, kau tak perlu lagi mengajarkan tentang keikhlasan. Karena aku sudah menerima kepergianmu.

Kelak, saat hatiku benar-benar kosong dan perlu diisi, saat itu baru akan kucari. Yang benar-benar pandai bertahan dan menjelaskan bahwa aku begitu dicintai. Yang takkan meninggalkanku bekas-bekas luka seperti ini. Aku mungkin akan segera lupa dan menulis cerita baru, tapi tidak secepat ini, tidak semudah kamu.

Sajak-Sajak PerasaanWhere stories live. Discover now