Kerja Bakti

Mulai dari awal
                                    

Melihat hal itu tentu sahabat Nazwa jadi kelimpungan sendiri, buru-buru mereka mencari Gus Raka, karena hanya beliau yang dapat menolong Nazwa.

Beruntung Gus Raka saat itu tengah berada di area belakang Pesantren tengah mengawasi beberapa santri.

"Assalamualaikum Gus. " Sapa ketiga teman Nazwa dengan napas tersengal-sengal akibat berlari dari depan sampai belakang Pesantren.

"Waalaikumsalam. Kalian kenapa buru-buru seperti itu? Apa yang terjadi? " Tanya Gus Raka.

"Begini Gus.. Saat ini Nazwa sedang menangis ketakutan di bawah gorong-gorong. Tidak ada santri yang bisa menolong, karena tingginya parit tersebut. " Jelas Melia.

"Astagfirullah.. Kenapa Nazwa bisa sampai menangis? "

"Ada katak dibawah gorong-gorong.. Dari dulu Nazwa phobia sama katak, Gus. "

"Yasudah.. Cepat kita kesana. "

Gus Raka berlari menuju depan Pesantren. Bisa dilihat jika Nazwa masih dalam keadaan sama seperti tadi. Tanpa mengulur waktu, Gus Raka segera turun ke bawah parit.

"Nazwaa.. Ini saya. " Gumam Gus Raka membelai puncak kepala gadis itu. Nazwa mendongak melihat Gus Raka ada di hadapan nya, tak menunggu waktu lama, Nazwa langsung memeluk tubuh Gus Raka.

"Gus.. Nazwa takut. " Lirih Nazwa dengan nada bergetar karena ketakutan.

"Ayo naik ke atas dulu. " Titah Gus Raka segera menggendong Nazwa naik ke atas, sedangkan sahabat Nazwa membantu menarik tangan Nazwa dari atas sana.

Keduanya sudah keluar dari parit itu, tapi Nazwa masih saja menangis. Semua santri juga sudah bubar karena tidak ingin mengganggu pasangan suami istri ini.

"Sudah! Jangan nangis yaa.. " Bujuk Gus Raka dengan pelan. Tangan nya terulur memegang jemari Nazwa yang sudah dingin.

"Guss.. Nazwa takut. "Lirih Nazwa dengan suara bergetar.

Tanpa menunggu waktu lama, Gus Raka segera menggendong Nazwa dan membawa nya menuju Ndalem.

"Assalamualaikum Abah.. Umaa. " Sapa Gus Raka.

Sampai Ndalem juga, baik Abah Syafiq dan Uma Aminah nampak terkejut melihat Nazwa keadaan menangis dalam gendongan Gus Raka.

"Waalaikumsalam.. Astagfirullah Nazwa kenapa Raka? Apa yang terjadi? " Tanya Uma Aminah segera berjalan menghampiri Gus Raka.

"Nazwa tidak apa-apa Uma.. Nazwa hanya ketakutan akan phobia saja. Raka akan membawa Nazwa masuk, untuk istirahat lebih dulu. " Ucap Gus Raka.

"Yasudah cepat bawa Nazwa kedalam.. Uma akan segera siapkan teh jahe untuknya. " Titah Uma Aminah.

"Terimakasih Uma.. Kalau begitu Raka pamit permisi Abah.. Uma. Assalamualaikum. "

"Waalaikumsalam. "

*****
Gus Raka meletakan tubuh Nazwa di tempat tidur. Wanita itu terlihat sudah lebih tenang, dan sayup-sayup Nazwa mulai memejamkan mata.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar. Mungkin itu Uma Aminah sedang membawakan teh jahe untuk Nazwa. Segera Gus Raka bangkit lalu membuka pintu kamar.

"Nazwa mana? Ini teh jahe nya. " Ucap Uma Aminah.

"Nazwa baru saja tertidur. Minuman nya kasih Raka saja, Uma. Nanti begitu bangun, Raka akan berikan minuman nya pada Nazwa. " Jelas Gus Raka.

Nampak Uma Aminah hanya mengangguk pelan setelah itu memberikan teh jahe tadi pada Gus Raka.

"Yasudah kalau begitu temani Nazwa saja, nanti jangan jadi imam shalat di Masjid dulu.. Uma mau kamu jagain menantu Uma, biar nanti Abah yang gantikan kamu. " Tutur Uma Aminah.

"Baik Uma. "

"Kalau gitu, Uma ke depan yaa nak. Assalamualaikum. "

"Iyaa Uma. Waalaikumsalam. "

****
Malam hari nya Gus Raka juga tidak pergi ke Masjid, beliau berniat untuk shalat di rumah bersama Nazwa. Dan saat ini Gus Raka hendak berniat membangunkan Nazwa.

"Nazwa.. Bangun yuk. Kita shalat Magrib lebih dulu. " Gumam Gus Raka pelan seraya menepuk pelan bahu Nazwa.

Hanya gumaman kecil yang terdengar dari Nazwa, mata gadis itu seakan sulit untuk terbuka.

"Guss. " Lirih Nazwa lebih terdengar seperti rintihan.

Gus Raka mulai panik lalu memegang tubuh Nazwa yang entah sejak kapan sudah sangat panas.

"Astagfirullah.. Nazwa.. Kenapa badan kamu panas seperti ini? Kamu demam? Kita ke rumah sakit yaa? " Seru Gus Raka sudah panik.

"Nazwa ngga papa Gus.. Nazwa selalu seperti ini kalau phobia Nazwa kambuh.. Udah sekarang kita shalat Magrib dulu, keburu waktu nya habis. " Lirih Nazwa berusaha untuk tetap tersenyum walau kepala nya sudah mulai sangat pusing.

"Kalau begitu kamu shalat di atas tempat tidur saja.. Bisa wudhu tidak? Kalo ngga, kamu bisa tayamum saja. " Ucap Gus Raka.

"Nazwa kuat ambil wudhu sendiri. " Nazwa berusaha untuk bangkit dan bergegas menuju kamar mandi, berulang kali Gus Raka hendak memegang tubuh Nazwa ketika Nazwa sedikit oleng. Tapi kalau Gus Raka memegang Nazwa, pasti Nazwa akan batal mengingat gadis itu sudah mengambil air wudhu.

Semakin malam suhu badan Nazwa semakin naik, dan itu membuat Gus Raka jadi semakin khawatir. Berulang kali Gus Raka membujuk Nazwa untuk segera ke rumah sakit, tapi gadis itu tetap saja menolak.

"Nazwa kita ke rumah sakit yaa? Suhu badan masih belum turun juga.. Saya sangat khawatir Nazwa. " Ucap Gus Raka begitu selesai meletakan kompresan pada dahi Nazwa.

"Nazwa ngga papa Gus. Besok juga bakal sembuh. " Jawab Nazwa masih sempat nya untuk terkekeh.

"Kenapa susah sekali untuk diberitahu.. Apakah saya harus marah dulu, supaya kamu mau menuruti permintaan saya? " Tanya Gus Raka menghembuskan napas lelah.

"Daripada marah-marah terus, mending tidur bareng Nazwa.. Siapa tau kalo Gus Raka meluk Nazwa, sakit nya bisa pergi. Kan obatnya Nazwa itu Gus Raka. " Celetuk Nazwa tersenyum jail. Masih saja disaat dirinya sakit, Nazwa masih bisa menggoda Gus Raka.

"Jika besok masih sakit juga, saya culik kamu dari sini dan akan saya masukan dalam rumah sakit. " Ancam Gus Raka mulai naik ke atas ranjang lalu membawa Nazwa dalam dekapan nya. Walau badan Nazwa sangat panas, tapi Gus Raka tak masalah selagi itu bisa membuat Nazwa menjadi lebih baik.


Jangan lupa vote and comment
See you next time

Salam dari Author
Ig:dhnryyy_

Lampung, 20 Juni 2023



Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang