Kencan ke Pasar Malam

3K 159 0
                                    


Selama acara, Nazwa hanya terdiam duduk di samping Uma Aminah dan juga Nyai Salwa dan Ning Fatwa. Perkataan para santri disini masih melekat dalam hati Nazwa.

Mungkin benar yang dikatakan mereka seorang santri seperti dirinya, tidak bisa bersanding dengan Gus. Karena Gus selalu ditakdirkan untuk Ning, bukan santri apalagi santri nakal seperti Nazwa.

"Ning.. Kenapa diam saja? " Tanya Ning Fatwa ketika acara masih berlangsung. Nazwa yang semula tengah melamun, sontak tersadar kembali. Lalu menatap Ning Fatwa sambil tersenyum menggeleng.

"Ngga ko Ning. Saya hanya merasa sedang tidak enak badan, sebelum kesini saya sempat ada beberapa kelas, jadi mungkin merasa kelelahan. " Jawab Nazwa.

"Ouh.. Ning Nazwa ngajar di Pesantren juga? Wah Bang Raka beruntung banget, punya istri pintar. " Puji Ning Fatwa.

"Saya bukan mengajar, Ning. Saya masih belajar disana. " Walau terdengar menyakitkan tapi apa boleh buat, memang itu kenyataan yang ada.

"Ouh Ning masih santri? Ya ngga papa si, biar nanti bisa diajarin Bang Raka beberapa hal yang tidak mungkin bisa diajarkan oleh guru lain. " Bisik Ning Fatwa terkekeh. Perlu diketahui jika Ning Fatwa sudah menikah, dan usianya juga sudah memasuki dua puluh dua tahun. Tapi beliau sangat mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.

"Ah Ning mah. " Jawab Nazwa juga ikut terkekeh. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa pipi Nazwa sudah bersemu merah.

*****
Acara selesai pukul 11 malam, Nazwa dan Gus Raka memutuskan untuk pulang dengan menggunakan motor. Sebenarnya tadi Kyai Syafiq sudah meminta Gus Raka dan juga Nazwa untuk satu mobil dengan mereka, namun Gus Raka menolak dengan alasan bagaimana dengan motor Pak Malih. Jadilah sekarang keduanya berjalan menembus dinginnya angin malam.

"Nazwa.. Kamu kedinginan? " Tanya Gus Raka di tengah perjalanan mereka.

"Ngga.. Nazwa ngga dingin. " Jawab Nazwa sambil menggeleng kecil.

"Tadi sudah saya bilang untuk satu mobil saja dengan Abah dan Uma. "

"Nazwa ngga mau, Gus. Masa Nazwa di mobil sedangkan Gus Raka kedinginan naik motor. Kalau Gus Raka mau naik mobil, Nazwa juga akan naik mobil. Tapi kalau Gus Raka naik motor, Nazwa juga akan naik motor. Karena tugas istri harus selalu mengikuti setiap langkah suaminya. " Jelas Nazwa panjang kali lebar.

Gua Raka hanya terdiam, tanpa Nazwa ketahui senyuman kecil terbit di bibir Gus Raka, tidak bisa di pungkiri jika saat ini Gus Raka dapat merasakan seperti ada sesuatu terbang di perutnya.

Keduanya kembali hening menikmati jalan raya yang mulai sepi kendaraan, Gus Raka sibuk menyetir dan Nazwa sendiri sibuk menatap ke sekeliling jalan hingga pandangan nya terpaku pada sebuah pasar malam di pinggir jalan.

"Gus Raka berhenti! " Seru Nazwa tiba-tiba. Sontak saja Gus Raka langsung mengerem secara mendadak.

"Kenapa? Ada apa? Kamu perlu sesuatu? " Tanya Gus Raka sedikit panik. Bagaimana tidak, sedang santai mengendarai motor tiba-tiba Nazwa bilang berhenti, tentu Gus Raka langsung panik takut terjadi sesuatu pada Nazwa.

"Hehehe.. Nazwa mau ke pasar malam. " Tunjuk Nazwa sambil menyengir tanpa dosa.

"Astagfirullah Nazwa. Saya fikir ada apa. Ini sudah malam, pasar malam nya sebentar lagi akan tutup. Kita ke sana besok saja yaa? " Tawar Gus Raka. Tidak lelahkah Nazwa? Seharian sekolah setelah itu ke acara harlah dan ini masih mau ke pasar malam.

"Ngga mau Gus.. Nazwa mau sekarang, mumpung kita lagi di luar Pesantren. Lagian malam ini Nazwa nginep di Ndalem dan besok juga Nazwa libur. Anggep ini sebagai kencan pertama kita. " Rengek Nazwa menarik ujung koko milik Gus Raka.

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Where stories live. Discover now