Prolog

1M 25.5K 705
                                    

Jakarta, 21.00 WIB

Gadis berambut coklat itu masuk kedalam rumahnya masih dengan seragam putih abu-abu serta ransel dipunggungnya. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat melihat papanya duduk santai di sofa ruang tamu sambil menatap kearahnya.

Gadis itu bernama Bella Elyana, kini kehidupannya berubah semenjak kepergian mama untuk selamanya, tidak seperti dua tahun lalu yang begitu berwarna, dirinya merasa kini hidupnya hanya memiliki dua warna yaitu hitam dan putih. Begitu membosankan.

Bella hanya menatap datar kearah Papanya yang sedari tadi menatap kearahnya. Dilihatnya kini papanya melirik kearah jam tangan yang melekat dipergelangan tangannya.

"Jam berapa ini?" sindir Roy.

Bella menaikkan sebelah alisnya. "Lah Papa kan pake jam, kenapa ga liat aja sendiri sekarang jam berapa?" balasnya sedikit sewot.

Roy menghela nafasnya pendek. "Dari mana saja kamu jam segini baru pulang?" tanyanya kepada anak semata wayangnya itu.

Bella memutar kedua bolamatanya malas dan tidak menjawab pertanyaan dari Papanya barusan.

"Duduk!" perintah Roy

Bella menurut dan ia pun segera duduk sesuai apa yang diperintahkan.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang sekolah?!" tanya Roy dengan tegas.

"Apa sih urusan Papa? Penting emang kalo aku jawab?"

"Bella.. kamu ini anak Papa satu-satunya, Jadi tidak boleh pulang larut malam begini. Kamu seharusnya tau wak--" ucapan Roy dipotong oleh Bella.

"Waktu? Iya? Papa selalu bicara soal waktu, sedangkan Papa sendiri ga pernah ada waktu buat Bella!" bantahnya kesal.

"Papa bekerja Bella!"

Bella tertawa merendah. "Bekerja? Ohiya bagus. Papa memang giat sekali bekerja sampai lupa waktu!" balas sindirnya.

"Papa bekerja kan untuk kamu juga Bella!"

Bella memutar kedua bolamatanya malas. "Udah deh aku capek Pa, Mau tidur!" balasnya dan hendak bangkit dari posisinya tetapi tidak jadi karena Papanya berbicara lagi.

"Besok siang Papa akan berangkat ke Malang." ujar Roy

Bella hanya diam.

"Melihat sikap mu barusan membuat Papa ragu untuk pergi besok." ujar Roy lagi

"Bella udah biasa sendiri." balasnya tanpa mau menatap kearah Papanya.

Jujur mendengar kabar bahwa Papanya akan tugas ke luar kota besok itu membuatnya ingin menitikkan airmatanya saat ini juga. Apa Papanya itu tidak lelah terus bekerja sampai rela meninggalkannya begitu?

"Bagaimana pun juga Papa tidak sepenuhnya percaya meninggalkan mu sendiri di rumah."

"Dirumah kan ada Bi Nana."

"Yaa dia kan tidak tinggal disini. Dia kesini hanya kalau ada pekerjaan rumah yang harus di kerjakan saja."

"Suruh aja Bi Nana nginep disini."

Roy memijit pangkal hidungnya seakan sedang memikirkan bagaimana caranya agar tenang meninggalkan anak gadisnya itu sendiri dirumah tanpa pengawasan lebih. Seketika dirinya ingat akan seseorang, yang ia rasa mampu menjaga anak gadisnya selama dirinya di luar kota untuk pekerjaan.

"Papa akan menyuruh anaknya kerabat kerja Papa menjaga mu disini agar kamu tidak bisa macam-macam dan keluyuran hingga larut malam seperti ini lagi."

Mendengar itu Bella menghela nafasnya pasrah. "Hmm, terserah." balasnya kemudian bangkit dari posisinya dan pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya di lantai dua.

.
.
.
TBC

Jangan lupa Vote dan komentarnya supaya authornya rajin update😊

Sorry kalau bahasanya masih ada yang kurang bisa dipahami. Maklum bukan penulis handal😅✌

Thankyou💕

The Pilot's Wife [END]Where stories live. Discover now