Bagian 155 (Ke Jakarta Aku Kan Kembali)

Start from the beginning
                                    

Ayahnya bahkan tampak sangat rapi dengan baju tuksedonya. Dan di belakangnya ada Bastian yang juga tampak rapi dengan jas hitamnya.

I-ini ... ADA APA YA??

Sambil celingak-celinguk heran, Yoga melangkahkan kaki menaiki beberapa anak tangga.

Dana merangkulnya penuh kehangatan. Grep! "Oh anakku tersayang. Bagaimana perjalananmu nak?"

Keakraban macam ini bukanlah sesuatu yang lazim dilakukan Ayahnya. Alis Yoga berkerut penuh tanda tanya. Tapi kemudian dia tersadar harus bersikap hormat pada Ayahnya.

"Assalamualaikum Yah ... ," ucapnya sambil mencium punggung tangan Dana. Membuat pria itu terkejut. Yoga tak pernah menyalaminya dengan cara ini sebelumnya.

"Wa-wa alaikum salam," jawabnya. Masih juga kaku menyebut salam Islami itu.

Bastian ikut kaget saat tiba-tiba Yoga menghampirinya dan menyalami tangannya. "Selamat siang Pak Bastian."

Matanya mendelik. 'Pak Bastian??' Itu biasanya adalah cara para pelayan memanggilnya.
"Eerrgh ... Tuan Muda, tidak perlu memanggil saya dengan sebutan Pak. Panggil saja nama saya langsung."

"Begitu? Baiklah Bastian. Apa saja yang nyaman untukmu," jawabnya sambil tersenyum penuh kesopanan. Membuat Bastian menduga pemuda di hadapannya ini mungkin terbentur kepalanya di suatu tempat.

Yoga melihat suasana di area lobi yang semarak. "Ngomong-ngomong, ada apa ya? Apa kalian baru saja mengadakan pesta di sini?" Tanyanya dengan enteng.

Dana menjawabnya dengan pertanyaan juga. "Mana dia? Mana calon keluarga kita?" Dia menolehkan kepala ke kanan-kiri tapi tak melihat siapa pun.

Yoga menoleh ke belakang. "Riko, tolong bawa ke sini," pintanya sambil memberi isyarat jari untuk menghampirinya.

Tangan Yoga membuka kandang, dan mengeluarkan seekor kucing putih berekor panjang. "Ini dia. Keluarga baru kita. Kenalkan, Erika." Yoga mengangkat tapak kaki kucing itu ke atas, seolah kucing itu sendiri yang memberi salam.

Tubuh Dana bagai membeku di tempatnya. Sementara Bastian menggigit jarinya dengan ekspresi ngeri. "A-anu Tuan Besar. Sa-saya tidak menyangka sama sekali, kalau calon keluarga itu maksudnya ... eerr ..."

Tubuh Dana gemetar. Tetesan keringat bercucuran di dahi Bastian.

Yoga menguap sekali lagi. "Oh aku masih ngantuk. Ayo Erika. Kita lanjut tidur lagi."

"Tunggu! Kamu pikir kamu mau ke mana?"

Panggilan bernada kesal yang dilontarkan Ayahnya membuatnya menoleh ke belakang. "Hah ... ?"

Dana merampas sebuah sapu lidi yang sedang digenggam oleh seorang pelayan di dekatnya.

CRAKK!!! CRAKK!! Sapu lidi itu dipukulkan ke kepala Yoga dan beberapa kali mengenai badannya.

"Meow ... !" Kucingnya terlepas dan mendarat di lantai. Kucing itu bersembunyi di belakang Bastian.

"ADUH!! DUH!! Sakit Yah! Ayah kenapa sihh??"

"DASARR KAMU BOCAH TIDAK TAHU DIRI!!! APA KAMU TAHU KEREPOTAN YANG SUDAH KAMU TIMBULKAN SELAMA 40 HARI KEPERGIANMU???"

Bastian menutup mulutnya menatap pem-bully-an yang terjadi di depan mata.

CRAK!! CRAKK!! Kali ini sabetannya mengenai pundak. "AWW!! Iya iya maaf Yah! Aku kan sudah pulang sekarang!"

"KAMU ITU ANAK YANG PALING MENYEBALKAN DAN SEENAKNYA DI SELURUH PLANET BUMI, TAHU KAMU??"

ANXI (SEDANG REVISI)Where stories live. Discover now