10

24.9K 1.1K 3
                                    

Disebuah desa kecil jauh didalam hutan, hiduplah seorang wanita cantik dengan wajah bak seorang dewi.

"Hai!" Sapa wanita itu kepada orang-orang yang dilewatinya.

Gadis periang dan baik hati.

Ia menghampiri segerombolan anak kecil yang sedang bermain dengan lumpur.

"Hai anak-anak! Aku membawakan kalian permen!" Ucap wanita itu sambil memberikan permen kecil pada anak-anak.

Anak-anak bersorak senang.

"Baiklah! Aku pergi!!" Ucap sigadis dan kembali berlari sembari tersenyum riang.

Duarrrr...!!

Hingga sebuah ledakan besar terjadi dari arah timur. Sigadis terlonjak.

Disana ada kedua adik dan orang tuanya.

Bagaimana ini?

Ia berlari sekuat yang ia bisa. Saat sampai, ia terkejut bukan main. Rumahnya yang sederhana sudah hancur lebur!

"Tidak! tidak! Ayah, ibu!! Hana, Lala! Dimana kalian?! Hiks-hiks!!"

"Kakak...tolong..."

Suara itu membuat si gadis refleks berdiri.

"Hana? Lala? Dimana kalian?!" Sigadis mengobrak-ngabrik bagian rumahnya yang telah hangus terbakar.

Dan ketika membuka sebuah tumpukan, ia melihat kedua adiknya menangis sambil berpelukan.

"Hana! Lala!" Sigadis mengangkat kedua adiknya.

Sigadis memangku tubuh hana dipundaknya dan Lala yang berada digendongannya.

"Dimana ayah dan ibu?"

"Me...reka...dibawa...oleh serigala...besal...."

Gadis itu terdiam kaku.

"Serigala? B-baiklah ayo kita pergi, sebelum para serigala itu datang."

Gadis itu berlari sekuat tenaga.

Ia tidak tau tujuannya kemana. Saat sampai di daerah desa yang ditinggali banyak orang. Ia terkejut.

Semua orang telah hangus terbakar!

Ia kembali berlari menembus hutan sambil menangis.

"Tolong aku...Moongodness"

***

"APA?!"

"Ya, Alpha. Mereka telah berhasil membunuh semua penduduk di desa Lyn itu."

"Bodoh! Mengapa kalian tidak datang lebih awal? Setidaknya kita bisa menyelamatkan mereka..."

"Maaf Alpha. Tapi tadi kami melihat seorang gadis berlari dengan kedua bocah dipangkuannya. Kami sedang mencarinya sekarang."

"Cari dia sampai dapat. Setidaknya kita bisa menyelamatkan gadis itu."

"Baik, alpha."

Reygan memijit pelipisnya, pening. Tugasnya sebagai alpha membuatnya tak dapat melakukan kembali (Pdkt😅) dengan ressa.

Ia berjalan keluar dari Mansion nya, berlari menembus hutan. Guna menyegarkan pikiran. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara orang terjatuh dan tangisan tangisan kecil.

Ia berjalan mengikuti suara itu.

Disana, ia menemukan seorang gadis berpakaian seperti orang desa, dan dua bocah kecil yang menangis di pangkuannya.

Ia mendekati gadis itu.

Rupanya gadis itu terjatuh dengan darah yang banyak.

Hingga pikirannya memutar kembali perkataan seorang Warrior.

"Kami melihat seorang gadis dengan kedua bocah di pangkuannya."

Si gadis berjengkit kaget dengan ekspresi takut.

"Tenang...aku tak akan menyakitimu...Apa kau penduduk Desa Lyn?"

Dengan takut, sigadis mengangguk.

"Baiklah...apa kau masih bisa berjalan?" Tanya Rey.

Gadis itu kembali mengangguk.

Reygan membantu gadis itu berdiri.

Reygan menatap wajah sigadis yang serasa tidak asing baginya.

"Apa aku mengenalmu?"

Sigadis menggeleng.

Rey terkekeh.

"Wajahmu mirip dengan mate ku."

"Bukankah kau sudah merejectnya?" Aaric tiba tiba berujar sinis.

Reygan tak memperdulikan perkataan wolfnya.

"Kau berjalanlah biar kutuntun, dan aku akan menggendong kedua bocah itu"

Sigadis menatap Ragu Reygan.

"Kau bisa mempercayaiku."

Sigadis mengangguk

"Eh? Bagaimana kalau kau naik punggung wolf ku saja? Lalu kau bisa menggendong salah satu bocah itu dan bocah yang lain kau dudukan di punggung wolf ku...bagaimana?"

"Baiklah."

Rey berganti shift lalu sigadis naik dan menggendong salah satu bocah kecil itu dan menaikan bocah lain dipunggung serigala Rey.

Mereka tiba di mansion.

Rey berganti shift sambil memakai jubahnya.

"Bersihkan wanita ini dan obati lukanya.hormati dia, dia adalah penduduk desa Lyn." titah Rey pada seorang maid.

***

Sigadis selesai dengan dress putih. Ia duduk disamping ranjang, dikamar saat ia membersihkan diri.

Kaki kakinya dibalut perban.

Tiba tiba ia teringat pada kedua bocah itu.

Ia keluar dari kamar itu dan bertanya pada salah satu prajurit.

"Dimana kedua adikku?"

"Mereka berada dikamar ini, Nona." jawab prajurit sambil menunjuk salah satu kamar bersebelahan dengan sigadis.

"Terima kasih."

Sigadis masuk dan menemukan kedua adiknya yabg sedang bermain congklak.

"Hai adik-adikku?!"

"Hai kakak!!!" Teriak kedua bocah kecil itu sambil berhamburan memeluk kaki kakaknya.

"Kalian senang disini?"

"Ya kak! Tapi kami lindu ibu..."

"Tak apa. Sekarang keluarga kalian satu satunya hanyalah kakak. Kedua orangtua kita mungkin telah tiada. Tapi tak apa, tuan yang baik itu mungkin akan menjaga kita..."

"Iya kak..."

Tanpa mereka sadari seseorang tengah memperhatikan mereka dengan tatapan sendu.

Rejected My Mate (TAMAT)Where stories live. Discover now