7. Professional

682 91 18
                                    


"Aku tahu, iya, iya, hmm. Oke, kamu fokus dulu. Jangan berpikir yang aneh-aneh! Ck, iya Hunie aku mengerti. Ohh, miss you!"

Yoojung menutup panggilan itu dan menghela napasnya berat. Belum ada dua puluh empat jam kabar dirinya menjadi manager sudah sampai di telinga pemuda itu padahal biasanya ia tidak akan menghubungi Yoojung sampai konser selesai dan ia kembali ke Korea. Hebat bukan pengaruh seorang Kim Yoojung untuk pemuda bernama Oh Sehun itu?

"Siapa?" Yoojung mendongak menatap pemuda yang kini berdiri di sampingnya seraya menenggak air mineral hingga tandas dan membuang botol itu sembarangan.

"Bukan siapa-siapa!" jawab Yoojung dingin dan berdiri mengambil bekas botol yang pemuda itu minum. Ia memisahkan tutup dan label botol itu dan memasukkannya ke plastik sampah yang sudah ia bereskan tadi. Tanpa menatap pemuda itu Yoojung kembali duduk dan memilih bermain dengan ponsel baru yang Papanya berikan.

"Lain kali buang sampah pada tempatnya terutama botol plastik seperti tadi. Kamu tidak akan tahu hal bahaya apa yang akan terjadi," ucap Yoojung memperingatkan. Pemuda itu meringis merasa bersalah.

"Maaf," ucapnya tulus. Ia memilih duduk di samping Yoojung dan sesekali melirik gadis di sampingnya itu penasaran. "Apa yang sedang kamu lihat?" tanyanya.

"Aku? Ah, aku hanya mencari nama kalian di naver dan membaca beberapa komentar. Cukup buruk, tapi aku rasa semua itu hanya pendapat yang tidak berdasar." jelas Yoojung.

"Ah, untuk apa? Jangan dilihat hanya akan membuatmu sakit."

Yoojung menipiskan bibirnya, melirik pemuda di sampingnya yang terlihat sedikit terpukul.

"Terkadang cacian dapat membuatmu bangkut. Tidak semuanya buruk, hanya bagaiamana kita melihatnya. Apa menjadikan cacian itu motivasi atau justru beban untuk kita."

"Hmm, tapi tidak semua orang memiliki mental yang kuat. Terkadang sosial media mampu membunuh kehidupan orang lain."

"Setuju. Tapi tidak semua, kembali lagi bagaimana cara kita melihatnya. Terlalu banyak hal di dunia ini yang indah untuk di lewatkan hanya karena cacian orang yang bahkan tidak mengenal kita."

"Wahh, Manager! Kenapa ucapanmu itu dewasa sekali? Bukankah kamu baru lulus sekolah beberapa bulan lalu?" puji Pemuda itu dan mengulurkan tangannya. Mengacak rambut Yoojung gemas membuat sang empunya rambut meliriknya sinis dan menepis tangan besar itu.

"Jangan menyentuhku seperti itu, aku tidak suka!" keluh Yoojung.

"Wah, jika gadis lain mereka akan suka dan tersipu. Bukankah semua gadis suka saat seseorang mengacak rambutnya seperti ini?"

"Tapi tidak denganku, Jung Jaehyun!"

"Ya, ya, ya, aku tidak akan melakukannya lagi. Maaf!" Jaehyun mengalah, ia dapat melihat kilatan amarah di mata Yoojung. Entah mengapa tapi kilatan itu seolah melukai Yoojung. Ada rasa yang coba Yoojung sembunyikan dari perlakuan manis yang ia berikan tadi.

Yoojung menghela napasnya, melirik jam di tangan dan berdiri meninggalkan Jaehyun yang mengernyit bingung.

"Mau kemana?"

Yoojung menoleh dan menaikan kartu keredit milik perusahaan, "Membeli makanan untuk kalian!" Jaehyun hanya ber-oh ria sudah waktunya memang mereka mendapat asupan makanan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.

Yoojung membalik badannya melangkah meninggalkan ruang latihan. Ia menimang apa yang harus dibeli untuk makan malam. Menu di kantin sangat membosankan. Ia harus membeli yang lain, padahal ini baru hari pertama ia bekerja dan semua sudah terasa membosankan.

Yoojung memilih pergi meninggalkan gedung dan mengambil mobilnya, melajukan dengan cepat ke pusat kota untuk membeli beberapa makanan. Tidak apa ia menggunakan kartu kreditnya lagi pula Tuan Lee tidak akan marah.

Love My Idol [Kim Yoojung X Jung Jaehyun]Where stories live. Discover now