Eps 44. Fake

3.2K 138 0
                                    

Senin
"Eh Bro, udah masuk aja hari ini? Kenapa nggak setahun skalian?" Alvi merengkuh pundak Vero.

"Gue cuma dispen lomba, bukan dispen ninggalin dunia bego!" Vero menjitak kepala Alvi.

"Tuh, temen lo dari kemarin nyeremin!" Alvi menunjuk Jali menggunakan dagunya.

"Nape lu Jal?"

"Avea apa kabar?" Jali menatap Vero dengan serius.

"BUSET!" Vero menepuk jidatnya berulang kali.

"Gue tau lo pasti lupa!"

"Gue harus gimana nih Jal?" Vero panik, ia mencoba menghubungi Avea berulang kali.

"Jadi, terakhir gue ngomong dia baik-baik aja lo nggak cek kondisi dia sendiri?" Jali tersenyum meremehkan.

"Lo kan sahabat gue Jal! Gue percaya lo"

"Iya Avea emang baik-baik aja hari itu, tapi entah empat hari lalu ditambah hari ini."

Jali meninggalkan Vero dan Alvi. Vero nampak panik, sedangkan Alvi dengan muka bingungnya.

"Yang gue tau semenjak lo sibuk lomba pandai-pandaian itu, sampek sekarang gue nggak liat calon pacar gue di sekolah." ujar Alvi serius.

"Calon pacar?"

"Iya calon pacar gue kan pacar lo!" Alvi lalu berlari meninggalkan Vero.

Vero tak memperdulikan lelucon Alvi. Sekarang ia berpikir keras. Dimana gadisnya itu?

"Dis, lo tau dimana Avea?" Vero menghalangi Gladis yang ingin masuk ke kelasnya.

"Mana gue tau, absennya A terus. Padahal kurang 3 minggu lagi udah ujian kelulusan, gila itu bocah!" Gladis menabrak bahu Vero dengan kasar.

"Kok aneh?" Vero mengendikan bahunya, ia berjalan menuju kelasnya.

"Hai Kak Vero, aku udah send foto kita kemarin ke line Kakak." ujar Leona dengan ceria.

"Oh oke, makasih." Vero tersenyum singkat, lalu melanjutkan langkahnya.

"Leona! Lo itu hanya secuil kutu yang nyelip dehidupannya Kak Vero!" batin Leona berkecambuk.

Hari ini dilalui Vero dengan hampa, ditambah lagi moodnya harus hancur berkeping-keping karena Avea tak kunjung menunjukkan batang hidung. Ada lagi berita buruk yang menghancurkan kepingan-kepingan itu, dimana ia harus berlatih untuk mengikuti Fest Band OSIS.

Siang itu, di rumah yang besar keadaan menjadi sunyi sekali ketika gadis berambut panjang itu mematikan putaran video diponselnya. Akhir-akhir ini, banyak nomor tak dikenal mengirim video ataupun foto yang memuat berita tentang Vero. Entah ia harus bersyukur atau bagaimana, pasalnya konten yang dikirim membuat gadis itu sakit hati.

"Hai Kak Vero, aku udah send foto kita kemarin ke line Kakak."

"...."

Avea tak bisa mendengar dengan jelas jawaban Vero, tetapi sampai detik ini ia tetap yakin bahwa hati Vero hanya untuknya.

"Apalagi ini? Gue bertingkah layaknya pecundang yang selalu sembunyi tiap ada masalah." Avea tersenyum miring, ia miris melihat tangan dan kakinya yang penuh luka cakar ataupun goresan benda tajam.

"MOVE AVEA MOVE!" Avea berusaha memberi semangat pada dirinya sendiri. Avea meraih ponselnya lalu menelepon seseorang.

"Mang Joko, nanti Mang Joko kalau kesini minta tolong beliin Avea baju seragam lengan panjang yang mirip dengan baju seragam Avea ya!"

"Baik Non"

"Terimakasih Mang Joko."

Avea bangkit dari tempat tidurnya, ia mulai meraih sisir merapikan rambutnya. Ia juga membersihkan luka ditangan dan kaki dengan alkohol supaya cepat kering. Tak lupa ia juga menyiapkan air dibathup dengan aroma menenangkan seperti green tea.

SAVEA - [COMPLETED]Where stories live. Discover now