Eps 25. Pacar?

4.1K 171 0
                                    

Tanpa pikir panjang ia membuka surat itu, disana bertuliskan.

“Kau memang berada di dunia nyata, tetapi tetap beradalah pada kenyataan, 09”

“Apan ini coba? Kok gue nggak dong ya, apaan lagi nih 09 nomor pemain mana ini coba?” Sandyo melipat surat itu dan memasukkan dalam sneilnya (jas dokter)

Hari ini dia sangat bosan, ia membolos untuk hal tidak penting seperti ini. Sekarang jam 10 pastinya di sekolah waktunya istirahat. Ia memutuskan untuk menelepon Avea.

“Halo Ve,”

WOI DASAR TUKANG BOLOS!

“Enak aja, ini urusan dokter asal lo tau,”

“Ngapain lo telepon gue? Kangen lo pasti!”

“Iya gue pengen nampol lo!”

“Ish.. kejam amat lo!”

“Nggak, gue mau ajak lo jalan lagi pulang sekolah!”

“Aaa mau banget!”

“Oke, gue tunggu depan sekolah! BYE CANTIK!”

“I..Iya..”

Avea kini mencak-mencak sambil senyum-senyum nggak jelas, Gladis yang ada disebalahnya bingung, ada apa dengan bocah satu ini.

“Lo kenapa sih?” tanya Gladis.

“Gue diajak jalan tauu Mak,”

“Mak, Mak lo pikir nama gue Mamak apa!” protes Gladis.

“Ehe, abisnya lo cocok dipanggil Emak,”

“Sebahagia idup lo aje deh, lo diajak jalan siapa?”

“Sandyo, gue seneng banget,” Avea memeluk Gladis sekilas.

“Kacau nggak tuh,” batin Gladis.

“Udah gue tebak, dari awal Sandyo pindah kesini, lo suka kan sama die?” terka Gladis. Avea tidak merespon IYA atau TIDAK, ia hanya senyum-senyum malu sendiri. Apa ini iya?

Pulang sekolah adalah hal yang paling dinanti-nanti,

“Dis gue duluan ya, babang sanyo udah nunggu di depan,” Avea melambaikan tangannya kepada Gladis. Dibalas acungan jempol oleh Gladis.

Avea berjalan menyusuri koridor kelas IPS yang cukup sepi, ia merasakan hal yang aneh, seperti ada yang membuntutinya. Ia berlarian kecil, hingga tersadar bahwa ia sekarang tidak membawa tas, karena sedari pagi tasnya disita atau lebih tepatnya dimaling oleh Vero.

“Ah gue harus minta tas gue dulu,” pikirnya. Ia berbalik, ia menyusuri koridor kelas IPA rasanya mencekam, horor atau Avea saja yang memang berlebihan ya?

“Apa lo cari tas?” tanya siswa itu kepada Avea.

“Iya kok lo tau?”

“Gue disuruh Vero, ngasihin tas ini ke lo, kata dia lo ditunggu diparkiran pulang sekolah,” kata siswa itu lalu ia pergi meninggalkan Avea.

“WOI MAKASIH YA, BILANGIN SAMA VERO GUE NGGAK MAU KETEMU DIA,” teriak Avea tanpa mempedulikan siapa saja yang berada di koridor itu, bahkan ia tidak menyadari Vero sedari tadi berdiri dibelakangnya.

“Powerbank, buku tulis, tempat pensil, masih lengkap. Bakat juga ya jadi maling Vero kampret itu! Pede banget dia kalo gue bakalan datang ke parkiran!” Avea putar arah dan sangat terkejut mendapati Vero berdiri dibelakangnya, menatapnya dengan tatapan membunuh.

SAVEA - [COMPLETED]Where stories live. Discover now