Eps 32. Jadi Gini

3.4K 143 2
                                    

"Geli gue! Yaudah ayo naik!"

Motor Evan melesat menyusuri jalanan yang cukup padat itu. Avea sengaja meletakkan tasnya diantara dia dan Evan.

"Rumah lo dimana cewek aneh?" Evan membuka kaca helem fullfacenya.

"Sebentar gue lupa,"

Evan langsung mengerem motornya secara dadakan, tindakannya membuat kepala Avea menjadi korban benturan dengan helmnya.

"Bego! Ngerem jan dadakan dong!" gerutu Avea sembari mengusap keningnya.

"Untung ini jalanan sepi! Abisnya lo tuh abisin bensin gue!" Evan sedikit menolehkan kepalanya.

"Bentar deh bentar," Avea membuka ponselnya dan fokus dengan apa yang ia cari disana.

Evan melihat wajah Avea yang sedang serius, serta rambutnya yang tergerai diterpa angin semilir membuat kesan mempesona.

"Ini nih!" Avea menunjukkan ponselnya kepala Evan. Evan paham, ia mulai melaju dengan motor kesayangannya itu.

"EVAN! ITU TU RUMAH GUE, ITU TU LO ITU!" Avea menunjuk rumahnya yang berpagar hitam tinggi dengan semangat. Evan hanya mengangguk walau kini pendengarannya berdenging, karena Avea berteriak kencang sekali bahkan suaranya mampu menembus helm yang dikenakan Evan.

"Berasa nemu harta karun aja nih bocah," batin Evan.

"MAKASIH EVAN!" ucap Avea penuh semangat.

"Iye iye, berasa ngantar bocah deh gue," sindir Evan.

"LO BILANG APA EVAN?" pekik Avea.

"Iye sama-sama, sono pergi, kuping gue rusak!"

"YANG TERAKHIR BILANG APA EVAN?" teriak Avea lagi.

"Gak ada, masuk sono!"

"Oke," Avea memasuki rumahnya dengan berlarian kecil. Sedangkan Evan, ia masih disana memastikan saja.

- - - - - - - - -

Sandyo kini sedang duduk di cafe, kepalanya pening. Sudah di sekolah ujian praktek tengah berlangsung ditambah membludaknya pasien di rumah sakit.

Dan sekarang apa? Pikirannya digemparkan dengan keberadaan adik kandung yang selama ini ia cari.

"Kemana sih orang misterius itu? Katanya mau ketemu kok gak dateng ah emang!" gerutu Sandyo.

"Permisi, apakah Anda orang yang diajak bertemu dengan tuan saya?" tanya pria berbadan kekar yang beberapa minggu lalu ia temui di kantin rumah sakit.

"Iya,"

"Tuan masih sibuk, beliau memberikan ini kepada saya. 20 menit lagi beliau datang kemari," pria itu menyerahkan sepucuk surat yang sama kepada Sandyo.

Sandyo cepat-cepat membuka surat itu dan benar tebakannya clue lagi dan lagi. Tapi kali ini sedikit berbeda, disana ada potongan foto kusut.

"Bahkan kau sudah tau kebenarannya, 02. Sampai jumpa. Dan selesai."

Sandyo memandangi foto itu cukup lama, hanya terdapat 1/4 bagian foto yaitu bagian mata dan sedikit kepala yang nampak.

"Gue kudu cari tau ini, harus!" Sandyo beranjak dari tempat itu, bahkan tidak mempedulikan pria bertubuh kekar yang memanggil namanya. Padahal seorang pria yang sedang ia tunggu sudah berada disitu sejak tadi, mengamati gerak-gerik Sandyo dari jauh.

"Sudah kuduga responmu seperti itu Nak," lalu pria misterius itu pergi bersama pria kekar yang disebut bodyguardnya itu.

Sandyo bergegas menuju rumah Avea, jujur ia bimbang, ia ingin tau banyak hal.

SAVEA - [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang