Vyan langsung merebahkan dirinya di kursi belakang taksi. Semuanya campur aduk. Rasa kesal, lelah, marah, dan juga dongkol terhadap Dimas. Ia menghela napas berat.
"Tujuannya kemana, Neng?" Tanya supir taksi tersebut
"Ikutin jalan aja, Pak. Nanti saya arahin lagi." Ucap Vyan seraya mencari posisi duduk yang nyaman untuk tidur. Rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai rumah. Bertemu dengan kasur dan selimut yang lembut dan pastinya sangat nyaman.
Taksi masih terus berjalan, menyusuri jalan kota yang sedikit lebih lengang daripada biasanya. Suara kendaraan yang saling bersahutan tidak mengganggu ketenangan Vyan. Gadis itu masih setia memejamkan matanya. Sayup-sayup suara anak kecil menyanyi, dengan diiringi kecrekan seadanya menembus gendang telinga Vyan. Ia membuka matanya, dari luar taksi ada seorang anak laki-laki yang setia megenggam seorang anak perempuan yang lebih kecil. Nyanyian yang tak tahu nada masih terus dinyanyikan.
"Ini dek," Vyan membuka kaca jendela taksi dan memberikan sejumlah uang. Ditambah dengan senyum simpul kepada kedua anak kecil tadi.
"Wah, makasih Kak! Udah cantik, baik pula. Semoga rejekinya nambah terus," ucap si anak laki-laki tadi.
"Aamiin, makasih. Memangnya uangnya mau dipakai untuk apa?" tanya Vyan dengan ramah. Masih ada beberapa detik lagi sebelum lampu merah berubah warna.
"Ini adik saya kak, dia pengen beli mainan kayak temen-temennya, makanya saya ajakin dia ngamen biar tau cari uang itu susah." Anak perempuan yang tadi menyanyi dengan riangnya kini hanya bisa tertunduk. Tangannya memilih-milih baju lusuh yang dikenakannya.
Vyan memandang miris. Masih banyak diluar sana orang yang serba kekurangan. Tetapi tidak ada kalimat menyerah didalamnya. Yang ada hanya berusaha mencari jalan keluar. Atau berusaha membuat jalan sendiri.
"Ini buat kamu beli mainan, tapi janji harus nurut sama abangnya, ya! Jangan nakal harus rajin belajar juga," Vyan memberikan beberapa lembar uang kepada si anak perempuan yang sedari tadi hanya tertunduk.
"Jangan kak, kita masih mau ngamen. Kita gamat ngemis." Anak laki-laki tadi dengan tegas menolak.
"Ini kan, bukan kamu yang minta-minta. Kakak ngasih untuk adik kamu. Tapi bayarannya dia harus nurut sama kata-kata kamu. Bisa?" Setelah mengucapkan kata-kata tadi, si anak perempuan dengan antusias mengangguk. Senyumnya cerah, rona bahagia terlihat sangat jelas.
"Makasih kak, makasih banget! Semoga apa yang diinginkan kakak tercapai,"
Tepat sesudahnya, taksi kembali bergerak.
Kejadian tadi membawa pikirannya melayang. Dimana seseorang dengan amat sangat menjaga orang yang disayanginya. Melakukan apapun untuk melihatnya bahagia. Vyan hanya bisa tersenyum samar. Berharap suatu saat nanti ia juga akan merasakan perasaan seperti itu, rasa dilindungi, rasa kasih sayang, dan rasa tanggung jawab.
Braaakkk
Mobil direm secara mendadak. Suara benda terjatuh dengan amat keras membuyarkan lamunan Vyan. Hampir saja kepalanya terbentur jika ia tidak bisa mengontrol dirinya.
"Ada apa, Pak?” tanya Vyan dengan mengusap dada masih terkejut.
"Itu di depan ada motor jatuh. Sebentar, bapak lihat dulu" ucap si supir taxi yang langsung menghampiri si pengemudi motor. Sedangkan Vyan hanya duduk di dalam mobil saja. Tidak ingin terlibat.
Dari dalam taxi, Vyan melihat supir taxi tadi membantu seorang laki-laki, tampak dari postur tubuhnya yang tegap, sepertinya masih usia SMA seperti Vyan. Entah pembicaraan apa yang sedang berlangsung. Malas menunggu lama, mau tidak mau Vyan keluar untuk memastikan keadaan.
"Kenapa pak?" Tanya Vyan pada supir taxi yang memapah tubuh pemuda tersebut ke pinggir jalan.
"Ini dia nyerempet, terus jatuh"
Vyan hanya menghela napas, sudah tahu jalanan masih lebar, kenapa harus mepet? Masih belajar motor gak usah bawa ke jalan raya. Vyan hanya bisa mengumpat dalam hati.
Ia merogoh tas nya, dikeluarkannya benda berwarna cokelat, berbentuk persegi panjang. Plester luka.
"Ini buat Lo, gue gak tau apa yang luka. Tapi, semoga ini membantu. Lain kali hati-hati, jalanan masih lebar," kata Vyan datar seraya memberi plester tersebut.
Bukannya langsung mengambil plester tersebut, pemuda tadi hanya bisa diam memandang Vyan dari balik kaca helm nya. Iya, pemuda tadi masih memakai helm full face nya tanpa ada niatan untuk melepas. Sedangkan motor ninja besarnya dibiarkan tergeletak begitu saja.
Tanpa ingin membuang waktu lagi, Vyan mengambil tangan pemuda tersebut dan meletakkan plester tadi di telapak tangannya. Sesudahnya tanpa berkata apapun lagi, ia kembali ke taxi dan meminta supir untuk melanjutkan perjalanan.
Buat sampe rumah aja banyak banget kejadian. Berasa ikut challenge gue, siapa yang bersabar akan dapat rumah. Rutuk Vyan dalam hati.
Setelah perjalanan panjang dan kejadian aneh yang menimpa hari buruknya, akhirnya Vyan sampai di rumah dengan selamat. Ditambah hati yang dongkol dan juga masih kesal.
Obat dari hari yang buruk adalah kasur yang empuk, selimut yang hangat dan lembut, secangkir cokelat hangat, dan suhu ruangan yang nyaman. Sungguh, itu lebih baik dari apapun menurut Vyan.
Langsung saja dia merebahkan diri. Bergelung dengan nyaman dibalik selimut. Baru akan memejamkan mata, ingatan Vyan kembali pada runtutan kejadian tadi. Mulai dari fakta tentang Dimas, kebodohan Dimas, dan juga pemuda tadi.
Pemuda tadi, dengan helm full face nya, motor besarnya, seperti memaksa Vyan untuk kembali mengingat tentang dia. Iya, dia yang entah kapan akan kembali.
Suara dering telepon nyaring terdengar memecah keheningan suasana. Dengan malas, Vyan bangkit untuk mengambil ponselnya. Dilihat id caller yang terpampang di layar.
Padi Mas is calling.
Vyan lebih memilih mengabaikan. Tidak berhenti disitu, suara telepon masih terus tersambung. Dan langkah selanjutnya, Vyan memilih memencet logo telepon berwarna merah. Reject.
Hallo semua, terimakasih untuk yang masih membaca cerita ini. Terus berikan saran dan dukungan kalian. Karena sangat berharga untuk penulis. 💕💕 Semangat beraktivitas.
YOU ARE READING
TRIANGLE
Teen FictionKarena, dilihat dari segi manapun Semuanya sama. Semua sudutnya tajam, berpeluang saling menyakiti satu sama lain. Namun, bagaimanapun mereka harus tetap bersama, tidak boleh ada yang terpisah. Harus saling berhubungan, Dengan begitu, mereka akan te...
