ƥ2 why?

26 12 2
                                        

Vyan masih tetap berada dalam kenyamanan selimut yang menutupi tubuhnya, tidak ada tanda-tanda akan membuka mata.

Sedangkan Rachel yang sudah selesai membaca novelnya pun bangkit dari sofa, mendekati ranjang Vyan.

"Vy, bangun dong, udah satu jam nih!" Ucap Rachel seraya menggerakkan tubuh Vyan.

"Hmm"

"Vy, gue laper anjir! Tujuh menit lagi bel istirahat. Kantin duluan yok biar gak antri." Rachel masih berusaha membangunkan Vyan.

Vyan yang merasa tidurnya terganggu pun terpaksa membuka matanya perlahan. Ia bangun dan langsung mendudukan dirinya di tepi ranjang.

"Hoam, ngantuk banget gue Hel," ucap Vyan yang menguap dan menutup mulutnya dengan punggung tangannya.

Wajah khas orang bangun tidur tampak jelas di wajah Vyan. Dengan mata yang masih belum bisa membuka dengan sempurna, rambut acak-acakan, dan juga badan yang masih lemas.

Sedangkan Rachel hanya bisa bersabar menunggu Vyan yang sedang mengumpulkan nyawa.

"Cepetan Vyanica! Gue laper banget!" Rachel berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.

"Ck, iya-iya sabar dong sayang, gue pake sepatu dulu." Mau tak mau Vyan pun bergegas, karena jika Rachel sudah memanggilnya dengan sebutan nama, berarti kesabaran gadis itu memang sudah limit. Terutama jika menyangkut soal perut.

Setelah memakai sepatu dan merapikan kembali ranjang, Rachel dengan gesit menarik lengan Vyan menuju kantin.

"Ehh tunggu dulu Hel" Vyan berusaha melepaskan diri dari cengkraman Rachel.

"Apalagi sih?! Gue laper banget astaga! Mau liat sahabat Lo pingsan gara-gara kelaparan hah?!" Bentak Rachel.

"Ih lu mah! Lo pikir gue gak tau, selama gue tidur, Lo makanin buah udah dua keranjang!" Jawab Vyan.

"Dan Lo takut pingsan? Yaudah pingsan aja! Lagian ini juga udah di UKS. Jadi gak ada yang ngelarang kan?" Lanjutnya lagi.

Rachel hanya diam tak mampu menjawab. Karena memang apa yang dikatakan oleh Vyan benar. Aduh, benar-benar kalah telak jika berbicara dengan Vyan.

"Iya-iya deh Nyonya, sekarang Lo mau ngapain?" Tanya Rachel

"Pertama, Lo buang dulu sampah kulit buah yang Lo makan! Kulit manggis, kulit pisang masih ada di sofa!" Perintah Vyan kepada Rachel. Rachel pun langsung menurutinya.

Setelah membuang semua sampah ke tempatnya, Rachel sudah berada di depan Vyan.

"Udah, sekarang apalagi Nyonya?"

"Kedua, Lo nulis absen PMR ya, pake nama Lo aja. Alasannya terserah." Vyan langsung menyodori buku PMR kepada Rachel.

"Ih gak mau ah! Kan Lo yang mau kesini gue cuman nemenin doang. Ya pake nama Lo lah! Gue gak mau ada urusan sama Pak Surya!" Jawab Rachel dengan tegas. Pasalnya nama Vyan dan Rachel mendominasi isi dari buku PMR. Dan pernah sekali membuat Pak Surya, kepala PMR memanggil mereka. Tentu karena jika dilihat fisik mereka sehat, dan karena terlalu seringnya absen.

"Oh, jadi pake nama gue aja nih? Oke sih gak apa-apa kok." Vyan langsung mengambil buku tersebut dengan senyum liciknya.

Rachel merasakan ada hal yang tidak beres. Tidak mungkin seorang Vyanica mau begitu saja menerima pendapat Rachel. Tanpa ada argumen.

"Nih udah, sekarang yang ketiga, gue mau ngerapihin rambut dulu. Acak-acakan banget ini." Vyan menyimpan buku diatas meja dan berdiri di depan kaca, merapikan rambutnya. Ia menyisir lembut rambutnya dengan jari-jari tangannya.

TRIANGLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang