"Rega gak mungkin kayak gitu! Lo pasti bohong," teriak Akela frustrasi, tangannya berusaha memukul tubuh Letta.

Yola memeluk Akela, mengelus rambut sahabatnya sembari menenangkan.

Letta terlihat kesal, ia masih belum puas sampai Akela sadar betapa tidak baiknya Rega. "Ini, lo lihat baik-baik." Gambar lain muncul, foto Rega mencium dahi cewek yang sama seperti gambar pertama sukses membuat Akela kelimpungan, tangannya merebut ponsel Letta kemudian dilemparnya.

Letta dan Yola tercengang, pandangan Letta mengarah pada ponsel miliknya yang terlihat miris di sudut kamar. Kemudian menatap Akela yang tergesa turun dari ranjang dan keluar dari kamar Letta.

"Akela! Lo mau ke mana?" teriak Yola berusaha menyusul langkah sahabatnya.

"Gila memang anak ini," gerutu Letta.

Yola melirik Letta sini. "Lo sih keterlaluan, udah tau dia ada trauma."

Letta menyengir. "Maaf, kebawa suasana."

Kaki Yola semakin cepat ketika Akela berhasil membuka pagar rumah Letta. "Lo mau ke mana?" tanya Yola seraya menggenggam lengan Akela erat agar gadis itu tidak mencoba melarikan diri.

Wajah Akela sungguh berantakan, tangisannya sudah meluber ke mana-mana. "Gue mau ke kafe Rega!"

"Ya udah, bareng kami aja," balas Letta tak kalah kuat.

"Iya, lo tunggu di sini, gue ambil motor dulu."

Yola dan Letta bergegas mengambil motor masing-masing, saat sudah siap, Yola bergegas melajukan motornya, air mata Akela sudah merembas ke belakang bajunya, sepanjang jalan gadis itu tidak sedikitpun menghentikkan tangisannya.

"Kok malah ke rumah gue, maksud lo apa sih?" tanya Akela kesal, dirinya benar-benar sudah tidak tahan dengan emosi yang terasa semakin menggebu dan kedua sahabatnya malah menguji kesabaran miliknya.

"Lo tenangin diri dulu di rumah, jangan terlalu ke bawa emosi," nasihat Yola.

Akela menghempaskan tangan Yola yang bertengger di bahunya. "Mau tenang gimana? Lo sama aja kayak Letta, gak berguna!"

Sekali lagi Yola dan Letta tercengang, kedunanya tidak menduga Akela akan mengatakan dua kata terakhir yang menusuk hingga ke dalam jiwa.

Akela tidak memperdulikan sahabatnya yang terlihat kaget, kakinya melangkah cepat ke dalam rumah. Suasana sepi menyambutnya, Akela merasa ada keanehan tapi di tepisnya segera.

"Surprise!" teriak semuanya berbarengan, ada Nakula, Daru, Ana, Linda, Bara, bi Ijah serta Rega yang memegang kue ulang tahun.

Akela menatap semuanya kesal, suasana hatinya sedang memburuk dan Rega datang dengan wajah tidak bersalahnya.

"Happy sweet seventeen, Akela!"

Lilin angka satu dan tujuh mencuri perhatian Akela, dengan kekesalan yang memuncak, Akela menjatuhkan kedua lilin tadi kemudian ia injak dengan semangatnya.

"Makan tuh kue!" teriak Akela seraya mendorong kue ulang tahun yang dibuat Rega susah payah ke tubuh pacarnya.

Letta dan Yola yang terlambat datang lagi-lagi mendapati sesuatu yang membuat jantungnya berhenti seketika. Akela yang masuk ke kamar dengan pintu yang berdentum keras, Rega yang berantakan dengan kue di sekujur tubuh, dan manusia lainnya yang berwajah persis seperti keduanya.

"Lo gila?" teriak Nakula kesal, abang Akela itu terlihat berusaha menggedor-gedor pintu kamar adiknya yang dikunci, dirinya tidak habis pikir dengan jalan pikiran Akela. Di mana-mana orang akan senang jika mendapat kejutan, ini malah berekspresi sebaliknya.

DISTRUTTO 👌Where stories live. Discover now