25. Mall

175K 6.3K 175
                                    

Selamat membaca


Setelah kecelakaan yang menimpa Lusya beberapa waktu lalu. Lusya sudah kembali menjalani kehidupan sehari-harinya bersama Orlando. Seperti biasa, tidak mungkin ada hari tanpa adanya perdebatan walau sekecil apapun itu. Ditambah lagi sikap Orlando menjadi semakin manja keduanya sudah tidak saling menutupi perasaanya masing-masing. Bahkan mereka tak ragu untuk bersikap layaknya pasangan saat di sekolah. Seperti saat ini, walaupun banyak siswa di koridor tetapi Orlando sama sekali tidak mau melepaskan genggaman tangannya pada gadis itu.

"Ndo... udah lepas dulu, diliatin anak-anak lain tuh," bisik Lusya seraya mencoba melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.

"Kenapa sih Mel? udah biarin aja," sahut Orlando masa bodo dengan sekelilingnya.

"Nanti kalau mereka tau hubungan kita yang sebenarnya gimana?"

"Biarin," jawab Orlando singkat. Lusya hanya bisa menghela nafas dan memutar bola matanya malas. Melihat respon suaminya yang sangat santai. Lusya hanya memutar bola matanya malas, percuma saja bicara dengan kulkas kutub utara seperti suaminya ini. Buang-buang waktu dan pikiran. Lusya menatap ke sekelilingnya, para siswa-siswi memandang kearah nya dan juga Orlando yang sudah seperti sepasang kekasih yang terlihat romantis sedang berpegangan tangan. Selain mendapat tatapan tajam, Lusya juga mendengar beberapa bisikan yang membuat kuping dan hatinya terasa sangat panas.

"Dasar si ceweknya aja yang kegatelan.!" Cibir salah seorang siswi yang ada di sisi koridor

"Ngga tau malu ngumbar kemesraan kok di depan umum," sambung siswi lain.

"Paling juga jadi hubungan sesaat,"

"Gak cocok!. Si cowoknya ganteng eh yang cewek mukanya gak seberapa!."

"Berani banget deketin Most wanted nya kita."

Beginilah resikonya jika dekat dengan seorang idola sekolah atau lebih sering disebut Most Wanted harus mempersiapkan mental jika mendapat cemooh dari para pengagum nya. Orlando yang sadar akan situasi, segera menarik tangan Lusya agar meninggalkan kantin sekolah itu tanpa sekalipun melepas genggaman tangannya pada Lusya. Ia hanya menurut mengikuti langkah Orlando yang membawa nya entah kemana. Gadis itu tetap saja berjalan di belakang Orlando. Sehingga ia tidak sadar, jika tiba-tiba lelaki itu menghentikan langkahnya.

"Aw!.." pekiknya ketika keningnya sukses menabrak punggung tegap milik Orlando.

Orlando membalikkan badan terkekeh melihat tingkah konyol gadis di depannya ini.

"Lo gimana sih? Kalo jalan jangan suka berhenti mendadak. Gue kan jadi nabrak!" omelnya dengan mematukan bibir nya ke depan. Orlando yang merasa gemas, mencubit ujung hidung Lusya hingga hidung gadis itu memerah.

"Ih. Orlando! Nyebelin banget sih lo!"

"Mangkanya, jangan gemesin," ucap Orlando lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Lah gue yang kejedot malah di bilang gemes," gumam Lusya lalu segera menyusul Orlando yang berjalan agak jauh dari hadapannya.

***

Orlando membuka pintu rooftop yang sudah lama tidak ia kunjungi setelah ia resmi menikah beberapa waktu yang lalu. Dulu, hampir setiap hari ia membolos pelajaran dan menghabiskan waktunya di atas atap cor itu bersama teman-temannya.

"Loh kok ke rooftop? Emang kita nggak ke kelas?," tanya Lusya. Orlando kembali menatap Lusya lalu menatap lekat manik mata Hazel milik gadis itu.

"Bolos sesekali gak bakal bikin kita nggak lulus kan?" jawab Orlando.

"Ya tapi kan---" ucap Lusya terpotong karena hari telunjuk Orlando yang berhasil membungkam mulutnya.

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz