5. Dunia Orlando

208K 8.2K 330
                                    

SELAMAT MEMBACA



" Dia memang seperti itu, tetap saja menyebalkan "


•••••

Seorang gadis berusaha membuka kedua kelopak mata terasa begitu lengket. Ia mendesis merasakan sakit pada kepalanya. Gadis itu, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang asing. Gadis itu mengernyitkan dahi bingung, sebab ruangan ini terlihat bukan kamar miliknya. Sejak kapan kamarnya yang bergaya ala pastel berubah menjadi monokrom begitu sangat kontras.

Ceklek terdengar suara knop pintu terbuka. Sesosok siluet memasuki ruangan, berjalan perlahan tanpa disadari oleh gadis yang sibuk melamun di atas ranjang. Mungkin perlu waktu untu sejenak mengumpulkan nyawa.

"Udah bangun lo?" tanya sesorang yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Gadis bertubuh mungil itu terlonjak kaget, tatkala suara bariton samapai di indra pendengarannya. Ia mengalihkan pandangan pada sumber suara, mengenali sosok itu lantas membuatnya otomatis naik pitam.

"Oh jadi lo yang culik gue? Ya ampun lo udah ngapain aja? Awas aja lo, gue laporin ke polisi atas tuduhan penculikan anak dibawah umur," cerososnya berapi-api.

"Cewek aneh, lo itu udah gue tolongin. Tapi nggak ada balas budinya sama sekali ya," dengusnya.

"Emang lo nya aja yang nyuri kesempatan dalam kesempitan," sahut Lusya, tak ingin kalah debat.

"Tersersah," ucap Orlando mengalah, enggan memualai keributan di pagi hari.

"Lo udah ngabarin nyokap sama bokap lo belum?," sambungnya.

Lusya yang semula mengkerucutkan bibir kesal seketika panik refleks menepuk dahi pelan.

"Omegot!! gue lupa" ujarnya secara spontan. "Pinjem handphone lo dong. Pasti mereka bakalan rempong nyariin gue, nanti kalo mereka lapor ke polisi gimana?," cecarnya kalamg kabut.

"Ngga mungkin, yang ada mereka bakal lapor ke marga satwa," tandas Orlando membuat sebuah bantal melayang menghantam lengannya.

Lusya mendengus kasar, "Emangnya gue bekantan," sungutnya.

"Bukan sih, rada mirip aja," sahut Orlando seraya menyodorkan benda persegi panjang kepada Lusya.

Gadis itu menyambarnya sedikit kasar, "Makasih, nanti pulsanya pasti gue ganti kok."

"Lo pikir uang gue nggak cukup buat beli pulsa?!" sungut Orlando murka.

Tanpa menanggapi, Lusya segera menggeser-geser layar ponsel. Bola matanya menelisik mencari nama yang ia cari. Jarinya terhenti pada sebuah nama, lalu menekan tombol panggil. Telepon tersambung, sedikit gugup menunggu seseorang menjawabnya.

"Hallo.." terdengar sebuah suara, membuat lusya merasa lega.

"Hallo pa," balas Lusya sedikit takut-takut.

"Ini kamu Lusya? Kamu kemana aja sya? Mama kamu sampek mau lapor sama bapak Presiden," cecar suara bariton itu terdengar khawatir.

"Maafin Lusya pa. Papa sama mama nggak usah khawatir. Nggak usah lapor siapa-siapa juga, Lusya nggak kenapa-kenapa," jelas Lusya panjang lebar.

"Oh kirain nanti papa nggak jadi hajatan. Ngomong-ngomong kamu ini pakai hp nya siapa?"

"Pakai handphone nya---" Lusya tampak sedang berpikir mencari alasan lain, agar papanya tidak mengetahui keberadaannya tengah bersama Orlando.

Suamiku Bad Boy ✔ [SELESAI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin