"Apa sih Mel? Udah mulai ngantuk nih, bentar lagi juga didongengin Ustadz Banu, pasti udah langsung tidur. " Rancau Nazwa menepis lengan Melia.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. " Ucap seseorang begitu memulai pembelajaran. Seketika Nazwa langsung membuka mata lebar, dengan cepat ia menegakan kepala menatap orang yang tengah berdiri di depan dengan wajah datar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Gus. "

"Gus Raka. " Gumam Nazwa tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tidak ada angin tidak ada hujan, bisa-bisanya Gus Raka berdiri disini. Dan kemana Ustadz Banu pergi?

"Baik saya disini menggantikan Ustadz Banu mengajar sejarah islam untuk beberapa minggu ke depan. Sebab beliau sedang cuti menikah. " Jelas Gus Raka dengan nada dinginnya.

"Kita buka bab Islam Masa Daulat Bani Abbasiyah tentang Asal usul Bani Abbasiyah."

"Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah adalah kekhalifahan kedua islam yang berkuasa di Bagdad (sekarang menjadi ibukota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia islam sebagai pusat mengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia- " Gus Raka terus menjelaskan tentang Asal usul Bani Abbasiyah.

Semua santriwati terlihat menunduk menyimak apa yang Gus Raka sampaikan, tak ada satupun dari mereka yang berani menatap Gus Raka, kecuali Nazwa. Gadis itu secara terang-terangan menatap Gus Raka yang sibuk menerangkan materi.

Jujur Gus Raka sadar dengan tatapan Nazwa selama kelas berlangsung. Tapi Gus Raka sama sekali tak menegurnya, justru Gus Raka hanya mengabaikan Nazwa.

"Baik saya akan ajukan pertanyaan kepada kalian setelah saya selesai menerangkan. Jadi kita bisa tau siapa yang menyimak apa yang saya jelaskan hari ini. "

"Selama berapa tahun Bani Abbasiyah mengambil kekuasaan Iran? " Tanya Gus Raka.

Semua nya hanya hening, tidak ada satupun dari mereka yang menjawab.

"Nazwa Maulidya Rahma. Silahkan  dijawab! " Pinta Gus Raka beralih menatap Nazwa.

Merasa dirinya dipanggil, Nazwa langsung mengerjapkan mata beberapa kali begitu tersadar dari lamunannya. Sejak tadi gadis itu tidak memahami apa yang Gus Raka sampaikan. Dan sekarang dia bingung harus menjawab apa.

"Mmm Anu Gus.." Nampak Nazwa bingung harus menjawab apa. Dengan pelan Nazwa menyenggol lengan Melia berusaha meminta jawaban kepada sahabat nya.

"Melia Azzura. Silahkan kamu jawab! " Pinta Gus Raka.

"150 tahun, Gus. "Jawab Melia.

Nazwa hanya bisa menundukan kepala, malu rasanya karena secara tidak langsung sudah tertangkap basah tidak memperhatikan pelajaran. Sudah pasti setelah ini pasti Nazwa akan mendapat ejekan dari santriwati lain.

"Maap Naz, aku tadi udah mau ngasi tau kamu, tapi udah keduluan di panggil sama Gus Raka. " Bisik Melia.

"Iyaa ngga papa. "

"Betul Melia.. Dan untuk Nazwa lain kali perhatikan setiap orang menjelaskan, jadi ketika ditanya kamu bisa menjawab nya. " Tegur Gus Raka.

"Baik sekian untuk hari ini, minggu depan kita akan adakan ujian tertulis materinya pembahasan hari ini, Terimakasih atas perhatiannya, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Pamit Gus Raka mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pagi hari ini.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh Gus. " Jawab semua santriwati.

Gus Raka pergi begitu saja dengan wajah datar tanpa menatap Nazwa sama sekali.

"Gitu gayaan istri Gus kita.. Jawab pertanyaan sederhana kaya gitu aja ngga bisa. " Celetuk Haura datang untuk mengejek Nazwa.

Nazwa tak menanggapi perkataan Haura, ia hanya menatap sekilas Haura. Kemudian bergegas keluar dari kelas.

****
Setelah selesai shalat dhuhur di Masjid, Nazwa masih punya waktu satu jam untuk istirahat karena setelah ini mereka akan ada hafalan lagi.

Tujuan Nazwa saat ini adalah Gus Raka, sebab sejak pagi Nazwa terus celingukan mencari keberadaan suaminya tapi tak kunjung ketemu.

Nazwa ingin menanyakan tentang guru pengganti Ustadz Banu, kenapa Nazwa tidak diberi tau terlebih dahulu. Bahkan Nazwa tidak dimintai saran atau apalah.

Nazwa berjalan menuju Aula utama Pesantren, dirinya sangat tau jika Gus Raka pasti akan disana. Karena itu kebiasaan beliau saat tidak ada kegiatan setelah selesai shalat dhuhur.

Gadis itu berdiri diambang pintu Aula. Menyembulkan sedikit kepala mencari keberadaan Gus Raka.

"Assalamualaikum Ning.. Maaf mau nyari Gus Raka, nggeh? " Ucap seseorang dari belakang. Seketika Nazwa sampai terperanjat kaget saking terkejutnya. Dengan cepat wanita itu berbalik badan menatap Ustadzah Naila-ketua keamanan Rayon putri.

"Ehh Ustadzah.. Waalaikumsalam. Iyaa Ustadzah, Nazwa sedang mencari Gus Raka. Orang nya ada di dalam ngga? " Tanya Nazwa lirih, takut jika orang lain sampai mendengar ucapan Nazwa.

"Ada Ning.. Sedang berbicara dengan beberapa Ustadz. Mari saya antar ke dalam. " Ajak Ustadzah Naila.

"Ngga usah Ustadzah.. Nazwa tunggu disini aja, takut ganggu kalo Nazwa sampai masuk. " Tolak Nazwa tersenyum tipis.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi ke dalam, Ning. Assalamualaikum. " Pamit Ustadzah Naila.

"Waalaikumsalam. "

Begitu Ustadzah Naila masuk dalam Aula, Nazwa duduk di emperan Aula seorang diri. Tak beberapa Gus Raka keluar dan menemui Nazwa.

"Kenapa disini? " Tanya Gus Raka dingin. Tak ada sama sekali raut wajah ceria. Nazwa bangkit lalu berdiri di hadapan Gus Raka.

"Gus Raka lagi sibuk yaa? "

"Iyaa."

"Nazwa ganggu, Gus yaa? "

"Tidak."

Ko aneh sih. Kenapa malah jadi kaya Gus Raka yang ngambek sama aku. Kan aturan nya aku yang ngambek sama dia. Karena beliau ga ngasi tau aku tentang masalah guru pengganti itu. Batin Nazwa masih terus menatap Gus Raka.

"Gus Raka ngambek yaa sama Nazwa? " Pekik Nazwa hampir berteriak. Tapi untung saja tidak orang yang mendengar mereka.





Kembali lagi sama Author guys,
Maaf kemaren ngga update karena Author sakit, jadi ngga ada inspirasi lewat. Niatnya hari ini juga mau absen karena kondisi Author juga belum fit banget.

Author kasian sama yang nungguin sama ni cerita, hehehe.. Berharap banget, padahal ngga ada yang nungguin😅 tapi ngga papa, yang penting Author happy.

Jangan lupa vote and comment
See you next time


Salam dari Author
Ig:dhnryyy_


Lampung, 4 Mei 2023

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Where stories live. Discover now