3. XII IPS 4

260 43 8
                                    

Cara terbaik melupakan hanya bisa dilandasi dengan kebencian dan stop mengharapkan.
***
Selamat membaca :)

Kelas selanjutnya adalah kelas XII IPS 4. Dimana di kelas tersebut,  Ryandra tidak ingin sekali bertemu dengan Gio. Ya, Gio berada di kelas IPS 4. Gio Prasetyo, anak tampan, pintar namun cukup disayangkan karena waktu yang ia punya dengan orang orang yang sepertinya berharga terlalu disia siakan.

Kelas IPS 4 tepat berada disamping tangga lantai 4. Ryandra mencoba untuk mengontrol dirinya agar tidak terlalu canggung jika nanti mungkin Gio mengajaknya bicara. Ryandra menarik nafas dalam dalam sebelum akhirnya memasuki kelas IPS 4.

Suasana kelas sangat ramai, berbagai pembicaraan terdengar sangat tidak teratur. Kelas Ryandra memang kelas yang sudah sangat buruk, namun kali ini Ryandra melihat ada yang lebih buruk dari kelasnya.

"Misi," Ryandra mengetuk pintu.

Dari kejauhan terlihat sosok laki laki berjalan mendekat, ketua kelas yang asik mengobrol rupanya menyadari kehadiran Ryandra.

"Kenapa dra?" Ucap Satria setelah sudah sampai di depan Ryandra.

"Ini, disuruh bagiin buat kegiatan kelas XII 4 minggu kedepan." Ryandra menyerahkan semua kertas yang ada ditangannya.

"Ohh, iya makasih." Satria menerimanya. Namun, bukan langsung membagikannya, justru dia menaruhnya dimeja dekat pintu. "Lo nggak mau masuk dulu?"

"Ha? Masuk? Udah kaya tuan rumah ngajak tamu mampir aja kak." Ryandra terkekeh diikuti dengan Satria.

"Eh, si Gio katanya mau ngomong tuh sama lu," Satria mulai membuka pembicaraan.

"Emmm," Ryandra terlihat berpikir. "Kayaknya udah mau bel masuk deh kak. Gua ke kelas ya," Terlihat sekali bahwa Ryandra berusaha menghindari percakapan dengan Satria tentang Gio.

"Bel masuk masih 10 menit lagi kali. Masih lama." Tiba tiba, sosok yang Ryandra tidak inginkan datang mendekat, berada disamping Satria. Jantung Ryandra berdesir, selalu saja seperti ini. Ryandra paling tidak bisa mengontrol dirinya ketika berdekatan dengan Gio. Gio selalu menatap dirinya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan yang membuat Ryandra tidak tau harus berbuat apa jika diperhatikannya.

"Eh gua masuk aja kali yaa, jadi nyamuk yang ada." Satria masuk ke dalam kelas dan segera membagikan kertas yang diberi Ryandra. Sedangkan Ryandra masih berdiam diri mematung di depan Gio.

"Lo kenapa?" Tanya Gio yang mendadak tanpa sebab dan akibat.

"Ha? Maksudnya gimana?" Aduhh, mengapa otak ini juga terasa terhenti.

"Bener kali ini, gua ngerasa 10 kali lebih bego dari ngadepin soal Mtk." Batin Ryandra

"Kaku banget sama gue." Gio menaikkan satu alisnya dan tersenyum miring di depan wajah Ryandra. Sungguh manisnyaa...

"Sorry, dikit lagi bel masuk. Gua juga harus ke kamar mandi dulu. Jadi gua pergi sekarang."

"Gua masih mau sama lo." Gio memegang tangan Ryandra. Tidak terlalu keras dan bisa dikatakan sakit bagi Ryandra.

"Itu dulu. Sekarang nggak ada buat lo." Ryandra berusaha melepaskan genggaman tangan Gio.

"Kenapa? Bukankah, kamu masih cinta sama aku?" Gio kali ini sedikit menakuti Ryandra dengan ekspresi membunuhnya.

"Cinta? Sama lo? Itu cuma ekspetasi lo doang. Bukan kenyataan!" Ryandra masih tetap berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Gio. "Lepasin tangan gue." Ucapnya dipenuhi tekanan disetiap katanya.

"Kalo gua nggak mau? Lo mau apa?" Wajah Gio semakin lama semakin dekat dengan wajah Ryandra.

"Lepasin nggak. Ishhh." Ryandra memberontak. Mencoba terus dan menerus untuk melepaskan genggamannya.

RYANDRAWhere stories live. Discover now