Types of Kisses: Tender

Start from the beginning
                                    

"Tumben cepet latihannya?" gue menyapanya saat ia telah duduk di hadapan gue.

"Iya, tadi sebenernya cuma ngerapiin formasi sama running koreo yang udah kita pelajarin dari minggu lalu aja" Kinar menjawab. "Kamu tumben sendirian di sini? Anak-anak udah pada balik?"

"Udah. Pada langsung cabut tadi abis kelar pleno"

"Ooh..." Kinar mengangguk-angguk pelan sebelum melepaskan ikatan di kepalanya dan membiarkan rambut panjangnya jatuh tergerai. Cantik.

"Eh, Ki, kamu mau langsung pulang apa gimana?" gue bertanya padanya setelah menyesap kopi di gelas gue sedikit.

"Emang kamu mau kemana dulu?" Kinar mengerjap seraya menyisir helai-helai rambutnya dengan jari.

"Mau nonton nggak?" tawar gue sambil tersenyum. "Filmnya Avengers yang baru katanya seru tuh, aku dikasih tau Jeff sama Wira"

Kinar mengangkat alisnya sedikit sebelum akhirnya mengangguk. "Hm... Boleh. Aku juga penasaran sih dari kemarin banyak banget yang ngomongin. Masih ada nggak tapi jam segini?"

"Coba bentar aku cek dulu." Dengan sigap gue meraih ponsel gue dan membuka situs resmi sebuah gerai bioskop ternama untuk melihat jadwal film yang dimaksud. Senyum gue mengembang kala menemukan jam tayang yang masih mungkin kami kejar jika ingin menonton malam ini.

"Ada nih, Ki, jam setengah 9. Mau?" gue menatap Kinar seraya mengangsurkan ponsel gue padanya.

"Kalo kamu mau, aku ngikut aja" jawabnya ringan.

"Oke." gue menarik ponsel gue kembali sebelum mengenakan jaket gue. "Berangkat sekarang aja kalo gitu yuk" lanjut gue kemudian.

"Eh, bentar. Ini kopinya nggak kamu abisin dulu?" Kinar bertanya seraya menggestur ke arah gelas gue yang masih terisi setengah

"Nggak ah," ujar gue sambil menggeleng singkat. "Udah liat kamu, nggak perlu kopi lagi aku" lanjut gue dengan sebuah senyuman lebar.

Dan seperti biasa, tawanya yang membuat gue kembali jatuh cinta ia lemparkan sebagai balasan. "Dasar bapak-bapak gombal."

***

Jam telah menunjukkan pukul setengah dua belas saat motor gue berhenti tepat di depan rumah Kinar.

Filmnya seru, penuh adegan aksi dan special effect yang lumayan bikin tercengang. Meskipun gue dulu sempat memproklamirkan diri sebagai Team DC saat The Dark Knight rilis, kini gue harus mengakui, Marvel ternyata lumayan juga.

Setelah mematikan mesin motor dan menurunkan standarnya, seperti biasa, gue mengantar Kinar hingga depan pintu rumahnya. Niatnya sekalian pamit pada ibu atau ayahnya, tapi kayaknya sekarang udah terlalu larut untuk itu.

"Capek banget ya kamu?" gue berujar seraya mengusap kepalanya lembut kala sebuah kuapan lolos dari mulut Kinar.

Di hadapan gue, ia hanya mengangguk pelan dan tersenyum kecil. "Dikit sih. Biasa lah, namanya juga abis latihan"

"Yaudah masuk gih, bersih-bersih abis itu langsung istirahat" ujar gue. "Sori ya, malah ngajakin kamu nonton dulu..."

"Apaan sih, Sat" Kinar terkekeh sebelum mengulurkan tangannya untuk mencubit pipi gue ringan. "Santai kali, aku suka kok filmnya. Seru."

Gue mengikutinya tersenyum dan mengangkup tangannya dengan tangan gue. Selanjutnya, gue mencium buku-buku jarinya ringan sementara Kinar kembali tertawa kecil. Kami berdua tidak ada yang berkata-kata setelahnya, hanya suara jangkrik dan sesekali deru kendaraan bermotor terdengar dari arah luar perumahan. Entah kenapa, gue merasa sedikit enggan untuk melepaskannya jemarinya dari genggaman gue.

Gue tatap perempuan di depan gue ini dengan lembut. Sebelum ketemu Kinar, gue nggak pernah tahu gimana rasanya menatap wajah seseorang dan langsung memiliki keyakinan kalau gue bakal mau menghabiskan sebagian besar waktu hidup gue dengannya. Gue kira, dulu perasaan ini cuma euforia belaka, biasa lah manis-manisnya awal pacaran. Tapi ternyata, setelah tiga tahun berlalu, Kinar masih membuat gue merasakan hal yang sama.

Ia membuat gue merasakan leganya bisa pulang ke dalam pelukan seseorang setelah hari yang panjang dan melelahkan. Ia memberikan gue keyakinan kalau seberat apa pun hari yang gue jalani, gue selalu memiliki tempat untuk kembali dan beristirahat. Kinar memberikan gue rumah tanpa perlu ada atap maupun tembok bata.

Tanpa gue sadari, pada detik ini gue telah merapatkan tubuh gue ke arahnya. Dan langkah selanjutnya, kalian mungkin sudah bisa menebak. Kedua mata gue terpejam kala bibir gue menyentuh lembut bibirnya. Tidak lama. Hanya lima detik sebelum kami menarik wajah masing-masing dan bertukar senyum yang serupa.

Gue menutupnya dengan satu kecupan ringan di dahinya sebelum akhirnya melepaskan tangan yang sedari tadi gue genggam dan mengucapkan salam perpisahan.

"Goodnight, Ki"

"Goodnight, Sat

***

A/N:

Tiba-tiba kepikiran kangen bapak dan ibu negara, lalu kepikiran lagi kenapa gak bikin mini-series aja sekalian? And voila, here we are. 

The mini-series will be titled Types of Kisses, so you could probably guess already what it's all about right? ;)

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now