Bonus Chapter: Bram & Bram

9.2K 945 158
                                    

"Belom pernah ketemu Bram 'kan?"

Aku menatap Bram dengan senyuman lebar seraya kami berkendara menyusuri tol Jagorawi ke arah Bogor. Matanya, seperti biasa, lurus menatap ke arah jalan yang ramai lancar sementara tangannya sibuk menggenggam kemudi dengan santai.

"Yang pacarnya Amel? Yang anak Fasilkom itu 'kan? Pernah gila," jawabnya."Waktu Art War 'kan ketemu"

"...Iya juga," jawabku pelan. "Tapi belom ngobrol 'kan?"

Bram melirik ke arahku sekilas dengan ekspresi heran dan senyum tertahan di wajahnya. "Kenapa sih emang pengen banget gue ketemu dia?"

Lagi-lagi aku tersenyum lebar, kemudian tertawa sendiri. "Nggak. Pengen aja liat lo kenalan. Pasti ngakak. 'Hai, Bram. Gue Bram' terus 'Hai juga, Bram. Gue... Bram'"

Bram tergelak mendengar monolog yang baru saja aku sampaikan lalu menjitak kepalaku pelan. "Gitu doang lo sampe bangunin gue pagi-pagi dan nyeret gue ke Bogor? Di kampus 'kan bisa Febriani Sukmawati"

Aku mengerutkan hidung sembari menyingkirkan tangannya yang lebar dan berat dari kepalaku. "Kan sekalian nemenin gue nugas, katanya mau nemenin gue nugas"

"Yakin bakal nugas? Nggak ngomongin drama Korea?" Bram mengangkat alisnya seraya melirik ke arahku sekilas.

Aku menggeplak bahunya ringan dan merengut. "Nggak ya!"

So, welcome to another weekend with Yudhistira Bramantyo. Sekarang jam setengah 11 (siang? Pagi?) dan tol Jagorawi tampak mulai merayap. Snow Patrol terputar di music player si ganteng kesayangan Bramantyo Sibutarbutar ini, sementara sang empunya asyik mengangguk-anggukan kepala mengikuti melodi dari Called Out in The Dark.

Kali ini, akulah yang bertanggung jawab atas perjalanan kami. Aku yang menelepon Bram jam 9 pagi saat ia masih terlelap setelah semalaman nobar bersama Enam Hari di apartemen Jeff, dan mengajaknya untuk menemaniku menemui Ceu Amel dan pacarnya di Bogor.

Yep.

Sebenarnya, ini nggak direncanakan sebelumnya sih. Awalnya, hanya aku dan Ceu Amel yang janjian untuk nugas bareng di sebuah kedai kopi di daerah Bogor Kota, tapi tau-tau semalam ia memberitahuku bahwa pacarnya akan ikut serta nimbrung bersama kami.

Iya, pacarnya yang namanya Bram itu.

Kupikir saat itu, lucu juga kali ya kalau aku juga mengajak Bram dan mempertemukannya dengan another Bram. Lagipula, meski (aku yakin) keduanya sudah saling tahu satu sama lain, mereka belum pernah secara formal bertemu dan berkenalan tatap muka.

Hahaha. Aduh. Sebentar. Membayangkannya aja aku geli sendiri.

Anyway, long story short, Ceu Amel dan aku setuju untuk membawa Bram kami masing-masing dan mempertemukannya hari ini. Hitung-hitung double date... kind of.

"Bentar lagi keluar tol nih, kedainya di mana?" Bram bertanya saat mobil kami melambat mengikuti antrian mobil-mobil yang juga hendak bertamasya ke Kota Hujan ini.

"Bentar bentar..." aku menarik ponsel yang kuselipkan di saku depan case laptop untuk membaca arahan dari Ceu Amel semalam. "Di... Maraca..."

"Ya gue tau. Maksud gue itu di sebelah mana, Febrianto Rahmanudin"

"Ya sabar dong Bapak Yudhistira Bramantyo Hutapea. Ini saya lagi buka Waze" aku membalasnya sambil sibuk mengetikkan nama lokasi di search bar.

"Perasaan yang nyetir gue, kok lo yang nge-gas, hm?" Bram tersenyum geli seraya mengulurkan tangannya untuk mencubit pipiku ringan.

Aku hanya memberikannya satu rengutan sebagai balasan, dan senyuman Bram pun semakin lebar.

"Ngomong-ngomong, tuh kalung lo tulisannya apaan sih?" ia mengintip ke arah pendant emas dari choker yang kukenakan hari ini. Hampir secara refleks, tanganku pun bergerak untuk merabanya.

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now