Weekend Bersama April dan Jeff

10K 974 146
                                    

Weekend itu waktunya istirahat.

Setelah 5 hari full tubuh dan otakku diperas untuk kepentingan perusahaan, akhir minggu adalah waktunya aku mementingkan diri sendiri. Kegiatan yang aku pilih untuk mengistirahatkan diri? Main ke apartemen Jeff di malam minggu, binge watching Rick and Morty ditemani kotak-kotak pizza dan sebotol wine yang kubeli di supermarket dalam perjalanan ke sini.

Sebenarnya sih agenda utamanya bukan binge watching, karena kalau boleh jujur binge watching-nya cuma setengah jam. Sisanya aku melepas kangen aja sama bayi jerapah satu ini; nyemil junk food, gibahin orang, dan sesekali melakukan hal-hal yang nggak boleh aku ceritain di sini karena kalo iya nanti ceritanya nggak lulus sensor. Hehe.

Ya pokoknya malam itu aku dan Jeffri berhasil membuat kasurnya yang udah berantakan jadi makin berantakan setelah apa yang kami lakukan di atasnya.

"Jeff," aku berbisik sambil mencolek-colek wajah Jeffri yang masih terlelap di sisiku dengan mulut setengah terbuka. Sumpah nggak ada ganteng-gantengnya ini orang kalo lagi tidur, heran aku kenapa fansnya banyak banget. Mereka kalo liat Jeffri pas lagi begini bentukannya kira-kira masih bakal nge-fans nggak sih? Jadi penasaran.

Aku mencolek pipinya lagi berusaha membangunkannya, namun Jeffri nggak menggubris. Pules beneran nih dia, capek banget apa gimana? Aku menggeleng kemudian tersenyum kecil. Kubiarkan ia tidur sementara aku bangkit dari kasur dan mengenakan kaus Metallica miliknya yang semalam ia lemparkan dengan careless ke lantai. Sembari berjalan menuju kamar mandi, aku meregangkan tubuhku dan mengikat rambut menjadi satu kuncir kuda longgar di belakang kepala.

Di kamar mandi, aku membasuh wajahku dengan hati-hati agar nggak mengenai plester yang menutupi luka jahitku bekas kecelakaan kemarin. Udah nggak diperban sih, dan lukanya juga udah nggak separah minggu lalu tapi tetep aja kadang masih ngilu, jadi aku pun masih harus hati-hati sekali tiap cuci muka dan mandi.

Setelah membasuh wajah dengan air dingin, aku pun meraih sikat gigiku yang ternyata masih ada bersanding dengan milik Jeffri di atas wastafel. Dulu waktu masih kuliah, aku memang sering menginap di sini, jadi barang-barang seperti sikat gigi, sabun cuci muka, bahkan beberapa baju dan—ehm—pakaian dalam, sering aku tinggalkan di sini. Males juga kalau harus bolak balik bebawaan barang-barang tiap kali ke sini jadi ya aku taro aja beberapa buat cadangan.

Nah, setelah aku lulus dan bekerja, intensitasku menginap di tempat Jeffri mulai berkurang. Beberapa baju juga udah aku bawa ke kosanku yang baru, meski yang lainnya tetap aku tinggal di tempatnya. Lagipula aku juga masih suka main ke sini kok, seringnya sih pas weekend memang, tapi kadang weekdays juga—kalau kebetulan dia lagi jemput aku dan nggak mau bawa aku pulang ke kosan. Jadi, barang-barang kayak sikat gigi ini nih ya aku tinggal aja, sekalian buat nandain teritori.

Selesai mencuci muka dan sikat gigi, aku melangkahkan kakiku menuju dapur kecil di sudut apartemennya. Nggak yakin sih Jeffri bakal punya persediaan makanan yang bisa diolah, tapi aku tetep membuka kulkas mini miliknya untuk mengecek siapa tau ada bahan-bahan yang bisa aku selamatkan.

Ternyata nihil. Kulkasnya hanya berisi beberapa botol bir dan permen karet yang udah nggak tau ada di situ dari jaman kapan. Ckck, nggak berubah ya ini anak daridulu.

Kadang aku heran gimana dia bisa bertahan hidup setelah aku lulus. Maksudku, dulu tuh waktu masih kuliah kan aku sering nginep di sini, dan mau nggak mau aku juga punya tanggung jawab dong untuk ngurusin dia dan tempat ini. Makanya, aku tuh dulu sering ngisiin kulkasnya dengan makanan-makanan non-instan yang lebih bergizi—walaupun cuma sekedar pisang atau apel, tapi ada lah yang bisa dia kunyah selain indomi sama nastel warkop Udin di belakang gedung apartemen ini yang jadi langganannya dia. Nah, semenjak aku lulus dan pindah kosan nih kayaknya hidup Jeffri makin mengkhawatirkan. Ya kali satu kulkas isinya cuma Radler sama permen karet? Terus dia kalo pagi-pagi sarapan gimana? Makan siang pake apa? Makan malem?

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now