Kencan Fe dan Bram

12.6K 1.2K 364
                                    

Yudhistira Random Bramantyo. Aku yakin itu pasti nama lengkapnya. 'Random' pasti nama tengahnya. Aku yakin banget se-yakin-yakinnya.

Ya bayangin aja, sekarang hari Selasa dan harusnya siang ini aku lagi duduk manis di kelas Kesos Industri menjadi mahasiswa rajin yang mendengarkan ceramah dosen dengan seksama sambil sesekali membuat catatan kecil di notebook terkait materi yang tengah dijelaskan...

Kalian nggak percaya aku bisa melakukan hal itu? Sama aku juga.

Well, tapi bukan itu sih poinnya. Poinnya adalah sekarang aku lagi nggak di kelas Kesos Industri dan nggak lagi menjadi potret mahasiswa teladan yang barusan aku gambarkan di atas, melainkan lagi duduk di sebelah seorang Yudhistira Random Bramantyo di dalam Jeep hitam miliknya yang tengah ia kemudikan dengan kecepatan 100 km/jam menyusuri sepinya tol Jagorawi hari Selasa.

Iya, aku diculik.

Sebelum kalian panik, aku mau klarifikasi dulu: aku diculik secara sukarela kok. Jadi ceritanya, tadi abis kelas pertama selesai sekitar jam 11, aku mendapati ponselku dipenuhi missed call bertubi-tubi dari seseorang berinisial Y.B. Oknum yang akirnya aku telepon balik setelah missed call ke-16 itu intinya mengatakan bahwa dia mau membawaku kabur ke Puncak dengan kedok 'refreshing sejenak'. Aku yang mudah terpancing ini tentu nggak bisa menolak dong, apalagi mengingat kalau hari ini jarak antara kelas pertama dengan kelas selanjutnya cukup jauh (kelas Kesos Industri yang aku maksud tadi baru mulai jam 2 siang), dan kebetulan aku sendiri juga lagi berada dalam fase burn-out menjalani rutinitas kuliah. Jadilah, aku pun mengiyakan tawarannya in an instant sementara nasib jatah absenku hari ini aku titipkan kepada Amel.

"Udah makan belom tadi di kampus?" tanyanya disela-sela suara penyiar radio yang lagi mengoceh soal traffic update di beberapa jalan protokol ibukota.

Aku menggeleng. "Tadi tuh lo telepon gue baru keluar kelas, mau makan. Eh lo ngajakin cabut ke Puncak, nggak jadi lah gue makan"

"Aduh kasian bener anak orang gue culik dalam keadaan kelaparan," Bram mengusap-usap kepalaku gemas sambil tertawa. "Yaudah mampir dulu rest area depan ya beli makan. Daripada pingsan lo di jalan kan repot ntar"

Aku mengangguk-angguk pelan. "Iya mampir aja. Sekalian gue mau ke toilet, AC mobil lo dingin banget sih belom apa-apa udah beser gue" ujarku kemudian menguap.

"Hoaaaaaam kuda nil lebar banget nguapnya," Bram menutupi mulutku yang terbuka dengan tangannya sambil tertawa kecil. "Dingin ya? Baru diservis nih sama bokap minggu lalu. Yang kata gue dia abis dari Malang itu"

"Yang tiba-tiba ini mogok di Cipali pas baliknya?"

"Iya. Langsung lah abis itu dia bawa ke bengkel langganan tuh, udah lama juga sih ini terakhir servis kayaknya pas lebaran taun lalu" ujarnya.

Aku beringsut di jok penumpang dan meringkuk menghadap ke arah Bram. "Ini nanti gak bakal mogok lagi kan?"

"Kalo mogok ya lo gue suruh dorong" cengirnya.

Aku memukul pundak Bram ringan yang hanya ia tanggapi dengan rangkaian derai tawa renyah dari mulutnya.

Kami berkendara ditemani lantunan lagu-lagu top 40s yang diputar dari radio, hingga Bram memelankan laju mobil dan masuk ke rest area yang tadi kumaksud. Untungnya kondisi rest area sepi, jadi nggak butuh waktu lama baginya untuk menemukan tempat parkir bagi si ganteng berbodi besar kesayangannya ini.

"Lo mau makan apa, Fe? Biar sekalian ntar lo ke toilet, gue beli makan. Tapi ntar makan di jalan aja gapapa kan?" tanyanya.

"Ada tukang nasi uduk betawi gak?" aku bertanya balik sembari memperhatikan deretan tempat makan yang ada di rest area tersebut.

#PacarAnakBandUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum