Dodi Cemburu

8.1K 1.1K 121
                                    

Aku mau curhat nih.

Belakangan ini Dodi sikapnya lagi aneh banget. Dia jadi lebih pendiem dan susaaaah banget buat dideketin. Terus aku nggak tau ini perasaan aku aja atau gimana, Dodi jadi kayak lebih galak selama seminggu terakhir. Kalau ngobrol, jawabnya ogah-ogahan. Kalau di-chat, balesnya singkat. Ditelfon, malah jarang diangkat—ada aja deh pokoknya alesannya. Aku mau nanya kan jadi segen, habis dia diem aja ekspresinya nyeremin gitu.

"Alisha,"

Aku mengangkat kepalaku saat sebuah suara memanggil namaku diantara hiruk pikuk Kancil siang ini. Di depanku, telah berdiri sesosok lelaki jangkung dengan tag nomor meja di tangan dan recehan diantara jemarinya yang lentik. Dia rupanya.

"Apa sih, Bem?" jawabku setengah ketus.

"Lagi kenapa sih? Dari kemaren kayaknya cemberuuuut mulu" tanyanya sembari duduk. Tangannya bergerak memasukkan recehan tadi ke dalam kantung kemeja batik yang dikenakannya hari ini.

Oh iya, kenalin ini Bembi. Bukan, itu bukan nama aslinya kok. Nama aslinya Bambang Ardiawan Wicaksono dan dia teman sekelas aku. Kami pertama ketemu waktu ospek fakultas karena kebetulan sekelompok. Jangan ketipu ya sama mukanya yang konon katanya kayak oppa-oppa Korea, Bembi ini kelakuannya sampah abis. Nggak perlu aku jelasin panjang-panjang deh, nanti aja aku tunjukin video dia joget keong racun pas makrab kemarin.

"Lagi bete" aku memanyunkan bibir seraya menyedot susu kedelai dingin di gelasku.

"Gara-gara hasil kuis tadi? Yaelah, Lish. Gue aja dapet B- nyantai. Cuma kuis doang kok bobotnya nggak seberapa"

"Bukan iiih!" aku menghela nafas. Kuaduk-aduk minuman sari kacang tersebut sembari menatap gelasnya dengan hampa.

"Loh terus apa? Hayo cerita hayo" Bembi menyipitkan matanya memperhatikanku dengan intens untuk beberapa saat. Kelakuan yang sukses membuatku mengangkat wajah dan melempari mukanya yang menyebalkan itu dengan sampah tissue terdekat.

"Bembi jelek ih"

"Yang penting banyak fans-nya" Bembi mengendikkan bahunya dengan acuh. "But seriously, Lish. Ada apa sih? Berantem sama pacar lo?"

Dengan satu pertanyaan itu, aku pun menghela nafas berat. "Dodi lagi aneh banget tau nggak. Dari kemarin aku dicuekin mulu, sekalinya diwaro responnya galak" kuletakkan kepalaku di atas meja dengan beralaskan lengan. "Menurut kamu dia lagi kenapa sih?"

Bembi mengusap-usap dagunya yang bersih dan lancip itu untuk sesaat sebelum menjawab. "Hmm, mau gue kasih jawaban yang enak apa yang nggak enak nih, Lish?"

"Kok kamu jawabnya gitu sih?" aku makin cemberut.

"Lah, serius. Soalnya kalo menurut pengalaman gue nih, kasus-kasus begini penyebabnya bisa dua," dia berdehem. "Gue kasih jawaban yang enaknya dulu aja nih ya. Pertama, Dodi lagi ada masalah—entah sama keluarganya, sama kuliahnya, atau sama temen-temennya. Tapi dia nggak mau ngebebanin lo dengan masalah itu. Makanya dia pendem sendiri, nah tapi dampaknya dia juga jadi galak sama lo gara-gara kepikiran masalahnya itu"

Aku berpikir. Masalah? Masalah apa ya?

"Sama keluarganya kayaknya nggak mungkin deh... kalo ada apa-apa aku pasti tau pertama dari Bunda" aku menggeleng pelan.

"Kuliahnya gimana?"

Seingatku Dodi baik-baik aja deh secara akademis. IP dia semester kemarin malah termasuk kategori cumlaude, alias berada di atas angka 3.5. Nggak heran sih, Dodi diem-diem otaknya encer soalnya. Dari dulu. Dia masuk ke sini aja dapet undangan.

Jadi, aku menggeleng.

"Sama temen-temennya?"

Sama temen-temennya ya? Hm... temen-temen kessosnya? Aku nggak tau banyak sih tapi kayaknya mereka baik-baik aja deh, Dodi nggak pernah sekalipun komplain soal mereka. Siapa lagi? Enam Hari?

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now