April dan Jeff #1

16.5K 2K 113
                                    

"Kamu pasti lahir bulan April pas hujan sore-sore ya?"

Kalau setiap kali selama 22 tahun aku hidup aku bisa dapet Rp 1.000 dari mendengar pertanyaan tersebut, kayaknya aku sekarang udah bisa bikin start-up company sendiri deh. Namaku, Rintik Senja April, memang bukan nama generik. Nama ini adalah ide dari Ayah yang merupakan seorang pujangga di masa mudanya (sekarang sih udah nggak, alih profesi dia jadi manager HR di BUMN) dan Ibu yang merupakan penggiat sastra (sekarang udah alih profesi juga, jadi akuntan). Hasilnya ya aku ini. Buah hati mereka satu-satunya yang suka ketularan puitisnya Ayah kalau lagi hujan, dan sengaja ditularkan hobi membacanya Ibu sejak dari kandungan.

Dan ya, aku memang lahir bulan April pas hujan sore-sore. Happy?

Ketika bertemu pertama kali dengan orang asing, first thing first aku pasti akan memperkenalkan diri sebagai April. Aku suka April, karena April kedengaran manis di telinga. April itu kalau di negara subtropis sana kan sudah masuk bulan-bulan musim semi ya, jadi kalau mendengar kata April yang kebayang di pikiranku pasti hari-hari cerah dan colorful karena bunga-bunga yang mulai mekar sebagai tanda musim dingin udah berakhir. Manis banget kan bayangannya?

Semua orang yang mengenal Rintik Senja April baik secara langsung maupun nggak langsung pasti me-refer aku sebagai April. Kadang-kadang juga ditambahin beberapa embel-embel seperti: April yang Anak Komunikasi Itu, atau April yang Mantan Kadep Senbud BEM, atau Kak April Pacarnya kak Jeff Gitarisnya Enam Hari—ya... Semuanya benar. Aku emang anak komunikasi, mantan kepala departemen seni budaya di BEM, dan pacarnya Jeffri gitaris salahsatu band asal FISIP yang kini sedang menapaki tangga popularitas di skena musik kampus maupun regional kota. Eksis.

Sumpah, jangan bilang-bilang Jeffri ya aku ngomong gitu nanti anaknya ge'er.

Eh iya, ngomongin soal Jeffri... ini dia di mana ya katanya tadi janji mau jemput aku di kantor jam 5 tapi sekarang udah mau jam setengah 7 belum ada kabar juga anaknya. Terakhir bilangnya sih dia dari kampus abis bimbingan dan ngerjain revisi, terus mau nyamperin aku ke kantor sekalian Fri-date katanya. Tapi itu tadi jam 3, sekarang dia belum ngabarin lagi.

By the way, aku dan Jeffri sebenarnya seangkatan di FISIP, cuman beda jurusan; aku anak Komunikasi sementara dia anak Politik. Kesibukannya sebagai anak band membuat Jeffri agak harus ngos-ngosan untuk lulus, sehingga mau nggak mau aku pun harus 'meninggalkan' dia sendirian di kampus dan wisuda duluan.

Makanya itu, disaat Jeffri masih harus bolak balik kampus dan perpus demi mengejar ketertinggalan akademisnya, aku sudah menjadi karyawan tetap di sebuah start-up company berbasis transportasi online yang kantornya berada di salahsatu daerah termacet ibu kota sejak beberapa bulan yang lalu.

Ini bukan masalah sih, cuma kadang aku sedih aja nggak bisa sering-sering ngasih dia semangat dan moral support secara langsung kayak—

Eh sebentar ada telepon.

"Halo?"

"Halo, Senja?"

Aku tersenyum. Di dunia ini cuma ada 2 orang yang suka manggil aku Senja. Pertama adalah Ayah yang presisten banget biar Senja dijadikan nama panggilan anak tunggalnya ini, dan yang kedua adalah,

"Ya, Jeff? Di mana?"

Jeffri Wiraprasetya. Dia suka memanggilku Senja karena katanya Senja itu bikin tenang dan lebih nyaman disebut oleh lidahnya. Bahkan, sejak pertama kali kita berkenalan pun dia sudah menasbihkan bahwa dia akan memanggilku Senja dan bukannya April seperti orang-orang lain, but that's another story for another time. Lagipula, aku juga nggak terlalu ambil pusing sih sebenarnya dia mau manggil aku apa. Asal dia nggak tiba-tiba manggil aku Putri atau Alya aja, nah kalau gitu aku baru patut pusing dan curiga. Karena, siapa itu Putri dan Alya? Hayolo.

#PacarAnakBandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang