Vidia dan Wira #1

13.2K 1.5K 168
                                    

Halo, ini Vidia. Sabtu kemarin udah ketemu kan kita? Waktu habis latihan KTF itu lho sama Kak Kinar. Hehe, iya maaf ya aku pulang duluan waktu itu soalnya gojeknya udah dikit lagi nyampe.

Sekarang aku lagi kosong nih sampai jam 7 nanti, kelas terakhir aku baru aja selesai jam setengah 5 tadi soalnya. Jam 7 ada apa? Ada Wira mau manggung di acara musik jurusannya, Sosiokustik, yang bakal digelar di Teko alias Teater Kolam. Wira manggungnya nggak sendirian kok, berlima sama semua anak Enam Hari. Tapi mereka bakal akustikan, nggak perform full band. Ya, nama acaranya aja Sosiokustik.

Kebetulan nih anaknya lagi ada di depan aku, serius mantengin HP-nya main Clash Royale.

"Yang lain pada kemana, Wir?" aku bertanya sambil menggigiti sedotan es jeruk milikku.

"Belom dateng," jawabnya singkat tanpa menoleh dari layar ponsel. "Ah shit, kena" dumelnya pelan beberapa detik kemudian.

Tebakanku, pasti tower-nya baru aja ancur diserang lawan.

"Tower-nya ancur?" tanyaku sembari merunduk untuk tiduran di atas meja. Ngantuk banget nih sore-sore, kenapa ya?

Wira mengangguk. Ia akhirnya menurunkan ponselnya kemudian meletakkan benda itu di sebelah gelas es teh miliknya. Senyumnya terkembang saat melihat aku yang sudah mapan meletakkkan kepalaku di atas meja beralaskan lengan.

"Capek banget, Vid?" tanyanya.

Aku menguap lalu menggeleng. "Ngantuk" ujarku.

Tanganku terulur untuk meraih tangan Wira dan memainkan gelang dariku yang selalu ia kenakan di tangan kanan—barengan sama jam tangan, dariku juga buat ulangtahun dia yang terakhir kemarin. Wira tersenyum melihat tingkahku dan malah menautkan jemarinya dengan jemariku.

Aku punya gelang yang sama dengan Wira di pergelangan tanganku. Talinya warna hitam dengan pendant Turkish Blue Eyes di tengahnya. Konon katanya Turkish Blue Eyes itu semacam simbol pembawa keberuntungan di negara asalnya sana, dan karena kebetulan bentuknya lucu jadi waktu itu aku belinya langsung 2 deh biar bisa kembaran sama Wira. Gemes gak?

Di luar, beberapa kali aku melihat anak-anak Sosio lagi berlalu lalang membawa banyak barang ke arah Teko yang kebetulan letaknya persis di depan kantin. Ada yang bawa-bawa ampli, speaker, kabel-kabel, sampe yang cuma lalu lalang aja nggak tau ngapain deh.

"Kamu nggak ikutan nyiap-nyiapin?" tanyaku pada Wira.

"Nggak ah, kan aku guest star bukan panitia" ujarnya dengan ekspresi sombong yang bikin aku gemas pengen uyel-uyel mukanya.

"Duh iya deh yang sekarang udah jadi artis he'eh paham aku mah" balasku sembari menggambar ragam bentuk imajiner di punggung tangannya dengan jari telunjukku. Wira cuma nyengir lebar. Lebar banget kayak dinosaurus lagi senyum.

"Lho, Wira? Nggak ke Yongma?"

Aku dan Wira menoleh berbarengan saat sebuah suara familier menyapa kami dari sisi meja. Kak Kinar berdiri di sana dengan bungkusan kresek berisi 2 buah kotak styrofoam di tangan kirinya dan dompet plus ponsel di tangan kanan.

"Emang udah pada di sana?" Wira malah bertanya balik.

Kak Kinar mengangguk. "Tapi baru Satria sama Dodi doang sih. Nih gue barusan beli makan buat dia" ujarnya sembari menggestur kearah kantung kresek bawaannya.

Oh ngomong-ngomong, Yongma itu sebutan buat ruang serbaguna di kampus kami. Ruangannya ada di atas kantin—satu lantai sama Rubem. Biasanya dipakai anak BEM buat rapat atau kalau lagi acara briefing dulu disitu, kadang dipakai juga sama anak-anak komunitas buat latian atau sekedar kumpul—kalau yang ini sih seringnya yang Paradoks yang make, komunitas teaternya FISIP. Enam Hari sendiri biasanya menjadikan Yongma ruang buat gladi resik sekalian briefing kalau lagi disuruh perfrom di acara FISIP.

#PacarAnakBandWhere stories live. Discover now