Alisha dan Dodi #1

17.7K 2.1K 277
                                    

Aku punya 2 kucing peliharaan. Yang pertama dan paling senior namanya Bobi, udah ada di rumah sejak dia masih bayi baru lahir. Aku adopsi Bobi dari sepupu aku yang pecinta kucing tapi di rumahnya udah kebanyakan kucing padahal sama Maminya dia udah diwanti-wanti nggak boleh nambah lagi. Ya udah deh, dihibahin lah si kucing kecil jantan berloreng abu ini ke aku.

Terus satu lagi, si junior yang lagi lincah-lincahnya lari-larian kesana kemari, namanya Bibo. Kalau Bibo ini aku pungut dari jalan karena waktu itu pas pulang kampus aku liat dia kejebak di selokan depan gang. Karena nggak tega akhirnya aku bawa pulang terus aku bersihin dan kasih vaksin ke vet. Alhamdulillah Bibo sekarang udah nggak pernah kecebur selokan lagi.

Bobi dan Bibo hidup damai di rumah kok. Mereka nggak pernah berantem apalagi sampe tawuran sama kucing kampung sebelah. Kalau Bobi udah terlalu mager buat tawuran dan lebih memilih buat menggelung nyaman di sudut kasur aku saban hari, Bibo lebih tertarik dengan kegiatan nangkep cicak dan kecoa yang suka ada di dapur.

Persamaan dari mereka berdua? Sama-sama suka numpang tidur di kasur aku.

Kayak yang satu ini nih. Oh, kalau yang ini namanya Dodi. Dia bukan kucing, dan bukan peliharaan aku juga. Dia pacar aku.

Dodi rumahnya persis di sebrang rumahku dan kita udah kenal satu sama lain dari jaman kita baru belajar kenalan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Dodi rumahnya persis di sebrang rumahku dan kita udah kenal satu sama lain dari jaman kita baru belajar kenalan. Alias kenal seumur hidup. Mamanya Dodi dan Bunda aku teman satu arisan dan pengajian, sementara Papa kita teman main catur paling setia. Ini membuat aku dan Dodi pun mau nggak mau jadi teman. Teman hidup. Amin.

Sebenarnya, awalnya kami nggak berencana untuk jadian sih. Dodi dan aku sahabatan sejak TK karena kebetulan kita satu sekolah. Dan kebetulan satu sekolah lagi pas SD, terus SMP, terus SMA. Terus satu kampus sekarang.

Beda fakultas sih. Dodi anak FISIP dan aku Psikologi.

Sejak dulu, aku hampir selalu kemana-mana sama Dodi. Ke sekolah, naik sepeda sama Dodi. Main ke taman bermain depan komplek, pasti sama Dodi. Beli telur ke warung depan, Dodi juga suka ikut. Ke mana lagi ayo sebut? Ke mall? Toko buku? Café Stroberi? McD dekat rumah? Dufan? Monas? Klinik hewan-nya Bobi dan Bibo? Semuanya pernah aku datengin. Sama Dodi.

Kayaknya karena keseringan bareng itu kali ya Dodi dan aku memutuskan kalau ada sesuatu di antara kita yang lebih dari sekedar sahabat, tetangga, atau teman main sepeda. Akhirnya waktu kelulusan SMA, Dodi mengaku di teras depan rumah kalau dia suka sama aku.

Karena dia mengaku akhirnya aku juga mengaku. Ya udah deh.

"Dod bangun ih. Udah sore" aku mengguncang bahu Dodi yang pulas tertidur di atas kasurku.

Keuntungan pacaran dengan sahabat seumur hidup: Nggak perlu khawatir di-suudzon-in sama warga sekitar kalau Dodi lagi numpang tidur siang di kamar aku. Ya, numpang tidur siang itu hobinya Dodi dari dulu, aku lupa kapan tepatnya pokoknya dari dulu kita masih suka ngedot bareng. Maka itu Bunda sama Papa juga nggak mempermasalahkan hal ini, mereka cuma minta kalau Dodi lagi main ke kamar, pintu kamar harus selalu di buka.

Iya lah, ngapain ditutup emangnya mau ganti baju harus tutup pintu?

"Dodiiiii" aku mengguncang tubuhnya sedikit lebih keras. "Katanya jam 3 mau latian band?"

"Hmmm" hanya itu respon Dodi. Bukannya bangun dia malah berguling, merubah posisi jadi membelakangiku.

Aku merengut. Bobi yang kala itu juga lagi gegoleran di sebelah Dodi menatapku dengan mata bulatnya yang menggemaskan. Aku mengangkatnya dan memangku makhluk berbulu itu di paha.    

"Bobi, Dodinya nggak mau bangun" aku mengeluh kepada Bobi. "Kamu bangunin dia mau nggak?"

Kucing itu kemudian mengeong pelan.

"Mau?"

Bobi diam.

Oke, aku anggap dia mau.

Aku menggendong Bobi dan merangkak mendekati Dodi yang masih terlelap di atas kasur. Dengan menggunakan salahsatu paws-nya Bobi, aku pun mencolek-colek pipi Dodi. Tapi, si empunya pipi nggak menggubris sama sekali.

"Dodi Dodi Dodi. Dodi-nya Lisha ayo bangun" aku terus mencolek-colek pipinya. Lalu jidatnya. Lalu hidungnya. Lalu seluruh wajahnya. Bobi tampaknya pasrah aja aku jadikan alat untuk membangunkan Dodi.

Untungnya setelah beberapa saat mencolek-colek wajah Dodi dengan paws-nya Bobi, Dodi melek juga. Aku tersenyum dan menurunkan Bobi ke atas perut Dodi yang baru bangun.

"Yang bangunin aku tadi kamu apa Bobi?" begitu tanyanya dengan dahi mengerenyit saat melihat Bobi sudah nyaman menggelung di atas perutnya.

Aku menunjuk Bobi dengan cepat. "Kata Bobi kamu telat latian band"

Mendengar kata-kata itu, mata Dodi terbuka lebar. Ia buru-buru bangkit dan hampir saja melemparkan Bobi keluar dari kasur kalau aku nggak dengan sigap mengangkat kucing gendut itu dari perutnya. "Hah iya! Latian band!"

Dodi berdiri dan mengambil ponselnya di atas meja belajarku dengan cekatan. Ekspresi panik menghiasi wajahnya saat dia membaca pesan-pesan yang masuk ke handphone-nya selama dia tidur siang. Tadi aku sempat ngintip dikit, groupchat Enam Hari-nya udah ramai manggil-manggil dia. Bahkan Kak Satria—ketua dan gitarisnya Enam Hari, udah meninggalkan banyak missed call di sana. Salahsatunya aku yang angkat, makanya aku memutuskan untuk membangunkan Dodi.

"Bang maaf, Bang... tadi gue ketiduran. Iya ini otw. Di studio 61 kan? Hah? Oh iya yang ngangkat kayaknya Alisha tadi. Gue ketiduran di kamarnya, Bang" Dodi sibuk berbicara di telfon sambil sesekali melirik kearahku. "Nggak gak ngapa-ngapain suer, Bang! Cuma ketiduran doang... I-iya otw, Bang. Siap"

Klik. Telefon selesai. Dodi mengantongi ponselnya kemudian ngacir meninggalkan kamarku.

"Dadah, Dodi" Aku melambaikan paws-nya Bobi kepadanya saat dia pergi.

Belum sampai semenit Dodi pergi, dia kembali lagi ke kamarku. Dengan cepat Dodi menghampiri aku dan Bobi yang sedang duduk di atas kasur, kemudian mengecup keningku.

"Maaf ya aku kebo banget tadi. Makasih udah bangunin. Aku latian dulu ya. Dadah, Lisha" ujarnya kemudian mengusap kepala Bobi. "Dadah juga, Bobi" lanjutnya lalu buru-buru ngacir lagi.

Bobi mengeong pelan.

"Dadah lagi, Dodi"    

#PacarAnakBandTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon