15| Hujan (2)

135 22 88
                                    

"Ia tidak banyak bicara, tetapi sikapnya mampu membuatku hilang arah. Ini hanya masalah waktu, karena hati kecilku berkata, 'ia tidak pernah benar-benar membenciku' - Nina".
.
.
.

.
.
.
.
.

Nina menatap laki-laki yang saat ini sedang berjongkok di hadapannya. Laki-laki yang entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja menyelimuti tubuh Nina yang sudah bergetar dengan jaket yang cukup tebal.

Gayanya persis seperti laki-laki dambaan yang ada di Televisi. Berlari di tengah hujan, dan memberikan jaket yang ia kenakan kepada seorang wanita yang sedang kedinginan.

Romantis bukan?

Tetapi sepertinya adegan romantis kali ini harus di tepis jauh-jauh karna sifat Nina yang selalu bicara apa adanya tanpa di filter.

"Kalo gini caranya, buat apa dari tadi gua neduh? Basah-basah juga akhirnya badan gua!" Ucap Nina gemas sembari menyibakkan jaket yang menyelimuti tubuhnya.

Laki-laki itu terbelalak menatap Nina sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Udah gua kasih jaket, bukannya berterima kasih malah marah-marah!"

"Ya kalo jaket lo kering it's okay. Lah ini? Lo sendiri aja basah kuyup, gaya-gayaan ngasih jaket ke gua." Ucap Nina geram.

"Yee ngeselin lo na! Seenggaknya terima gitu loh. gua udah lari-larian kaya lagi main film India, sampe sini jaketnya malah lo buang." Ucap laki-laki itu tidak terima.

"Gua neduh, biar badan gua gak basah. Eh elo dengan entengnya nyampirin jaket tebel lo yang basah itu ke badan gua! Mon maap, sekarang yang ngeselin siapa ya mas?" Ucap Nina sembari memutar kedua bola matanya.

Laki-laki itu hanya menunjukan deretan giginya sembari terseyum lebar yang membuat kedua matanya menghilang entah kemana.

"Masnya, tolong jangan nyengar-nyengir aja kerjaannya. Tanggung jawab lo, baju gua jadi basah nih sekarang!"

"Galak banget si lo na! Nanti gua beliin yang baru kalo gua udah kerja." Ucap laki-laki itu sembari tertawa.

Nina mendengus kesal mendengar penuturan laki-laki yang ada di hadapannya saat ini.

"Jimin!!!" Ucap Nina kesal sembari menjitak kepala Jimin.

"Aaaa....sakit!" Ucap Jimin sembari menggosok-gosok kepalanya.

"Bodo!" Ucap Nina sembari memeletkan lidahnya.

Setelah berdebat cukup lama akibat ulah Jimin yang ingin seperti pahlawan, tetapi pada kenyataannya tidak sesuai harapan. Akhirnya mereka berdua mengakhiri perdebatan mereka dan lebih memilih duduk bersandar di depan tembok perpustakaan, sembari menunggu hujan reda.

"Kayanya ini ujannya awet deh na." Ucap Jimin sembari menatap hujan dengan bibir yang bergetar.

"Kayanya sih jim." Ucap Nina sembari melirik Jimin.

Jimin menghela Napas sembari menyandarkan kepalanya ke dinding perpustakaan.

"Btw, lo ngapain disini jim? Bukannya lo udah pulang?" Tanya Nina heran sembari mengeryitkan dahinya.

"Tadi...tadi gua abis nyerahin lembar penilaian drama musikal minggu lalu." Ucap Jimin memberi penjelasan.

"Sendiri?" Tanya Nina heran.

"Iya lah, masa ngasih lembar penilaian doang, harus rame-rame."

"Trus, lo tau dari mana gua disini?"

You Are The Reason ✔Where stories live. Discover now