"Teruskan lah sampai selesai," pinta pangeran Clinton,

Ratu cantik itu mengangguk mantap, "sebagaimana yang telah raja Denial katakan saat konferensi pers, menantunya itu ditemukan meninggal dalam keadaan hiperdosis obat-obatan. Sudah lama aku ingin menemuimu, mengucapkan bela sungkawa namun tidak terlaksana juga. Hingga kini aku menemuimu, dan kebetulan ada titipin dari kerajaan Nervioza. Kerajaan ibumu."

Pangeran Clinton terus mendengarkan dengan serius. Ia tahu ada kata yang salah saat ratu Vernita mengucapkannya, namun ia hanya ingin mendengarnya sampai habis baru ia akan memberikan komentarnya.

"Mereka tahu bahwa putri Tiara memiliki seorang anak laki-laki. Ada kesalahan yang terjadi pada saudara-saudara putri Tiara sehingga menyebabkan tahta itu jatuh pada keturunan laki-laki dari garis yang lurus. Garis itu ada padamu, pangeran Clinton."

Pemuda itu membulatkan matanya, ia menggeleng beberapa saat dengan keadaan benar-benar tidak percaya.

"Tolong dengarkan ini pangeran Clinton, kalau kamu menolaknya, kerajaan Nervioza akan berpindah kekuasaan pada sepupu ibumu. Hal itu malah membuat makin kacau, kerajaan Nervioza membutuhkan darah murni keturunan."

Raja Felio mengusap pundak laki-laki itu dengan kasih sayang, ia tahu banyak hal berat yang telah dilalui anak itu.

Clinton mengusap dadanya, menaik turunkan nafasnya lalu menghembuskan nafas beratnya.

"Ada yang harus aku luruskan, ibuku, putri Tiara, dia masih hidup."

👑👑👑

Deven menyandarkan kepalanya pada pundak ternyaman di hidupnya. Ia menyandarkan kepala penuh beban hidupnya itu pada pundak seorang gadis yang setia menemaninya di masa-masa tersulitnya ini.

Ia butuh penguatan, ia butuh seseorang yang mendengarkan keluh kesahnya, ia butuh perhatiannya, ia butuh semuanya.

"Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi," gumam Deven,

Gadis itu tersenyum lembut, mengusap tangan yang sedari tadi menggenggam tangannya. "Lakukan apa yang ingin kamu lakukan."

Deven mengangguk pelan, ia menatap ke arah depan, pandangan matanya terarah pada air mancur di halaman depan rumah sakit. Dengan pepohonan tinggi yang menyejukan matanya, Deven menguatkan hatinya.

Deven membenarkan posisi tubuhnya, lalu menatap dalam mata gadis itu. "Aku takut membuatmu kecewa setelah semua hal yang telah kita lalui."

"Aku tahu, akan ada masanya kamu akan mengatakan ini." gadis itu tertunduk lesu,

Lelaki itu menggeleng pelan, lalu menarik lembut dagu gadis itu, menghadapkannya padanya.

"Aku mencintaimu, putri Anneth. No matter what, we will be always together."

Putri Anneth tersenyum tipis, ia membalas genggaman erat tangan Deven. "Me too. Bisa janji untuk tidak mengingkarinya?"

"Tapi kamu harus bersabar untuk beberapa tahun ke depan. Aku janji akan selalu kembali ke kamu." janji Deven mengulurkan jari kelingkingnya.

Putri cantik itu menautkan jari kelingkingnya pada lelaki di sampingnya, lalu setelah kedua jari kelingking itu bersatu, Deven mengecup lembut kedua jari kelingking yang telah menyatu itu.

Sesaat Deven langsung memperbaiki posisi duduknya kembali duduk tegap saat ia melihat dari jauh rombongan ajudan kerajaan Felixios datang, bersama dengan raja dan ratu mereka, dan pangeran Clinton.

Deven mengerutkan keningnya, ada apa ini? Tanyanya dalam benak.

"Biar kita luruskan semua kesalahpahaman selama ini, putri Anneth dan Deven bisa ikut kami." Ratu Vernita tanpa berbasa-basi mengucapkannya.

Putri Anneth dan Deven tanpa diminta persetujuan pun langsung mengikuti pergerakan kaki orang-orang yang nampak memasang wajah serius itu. Yang Deven tangkap, ada kantung mata sembab pada wajah ratu Vernita.

Sebenarnya ada hal apa?

👑👑👑

To be continued

Jumat, 08 Maret 2019

IRREPLACEABLE (Completed √)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora