"Langsung menuju rumah sakit." perintah Clinton di gagang telfon saat sudah berada di dalam mobil kerajaan Lanzwirs.

Selama di perjalanan, ia merobek kertas dari lembaran buku lalu menuliskan hal-hal yang tidak bisa ia utarakan secara langsung.

Air mata itu jatuh beserta dengan tanda akhir berupa tanda tangannya, lalu kalimat akhir yang ia tuliskan dengan hati yang dipenuhi luka, Clinton menyelesaikan suratnya dan menaruh surat itu di dalam box yang terdapat di antara dua kursi di mobil ini.

👑👑👑

Bau itu kembali menelusuk ke indera penciuman. Menyeruak masuk tanpa diminta, membuat pemilik hidung mana pun harus menelannya.

Pintu dibuka dengan suara yang berdecit, para ajudan yang setia menemani pangeran Clinton berdiri rapi berjejer mempersilahkan tuan muda mereka untuk memasuki ruangan yang dipenuhi oleh alat-alat kedokteran.

Clinton mengangguk pelan, menghembuskan nafas beratnya lalu memasuki ruangan tersebut. Ruangan itu tampak sepi karena sebelumnya ia sudah meminta agar para dokter meninggalkan ruangan itu, karena ini sudah memasuki detik-detik akhir dari kehidupan yang sudah diprediksi beberapa jam yang lalu, sebelum persidangan Lady Veiry yang terakhir.

Tangan hangat itu menyambutnya, melambai, memintanya untuk mendekat. Selang oksigen masih terpasang dihidungnya, tidak menutupi senyum rapuhnya.

"Kemarilah," bisiknya.

Pangeran Clinton menghembuskan lagi nafas beratnya, ia menarik kursi di dekatnya lalu duduk dengan mencondongkan tubuhnya agar bisa mendengar lebih jelas.

"Maafkan kakek," lirihnya sembari menggenggam kedua tangan dingin cucunya.

Cucu kesayangannya itu tetap diam ditempatnya, ia memang telah memaafkan kakeknya tetapi lidahnya kelu untuk berbicara.

Wajah itu mulai dipenuhi dengan keriput, rambut pirangnya dulu telah berubah menjadi putih seluruhnya. Dengan senyum yang diikuti guratan keriput di bawah mata, ia nampak menatap penuh kasih sayang pada Clinton.

"Malam itu, Niara tidak sepenuhnya telah pergi. Ia masih bernafas, ia masih meminta hal terakhir padaku dan meminta maaf." Denial dengan terbata-bata membuka kisah lama.

Pangeran Clinton mulai penasaran dengan apa yang telah kakeknya sembunyikan selama bertahun-tahun. Tangannya pun tergerak mengusap lembut punggung tangan kakeknya,

"Kamu tahu kan, kakek bukan orang yang mudah dibohongi. Satu-satunya keturunan Lanzwirs yang dari darah asli tidak akan pernah mati dengan cara apapun hingga mahkota itu menempati singgasananya. Dia telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Chaqira,"

Mata itu sudah membulat dengan sepenuhnya, pangeran Clinton tidak menyangka kakeknya menyebutkan nama gadis itu. Gadis yang selama ini selalu ia sembunyikan dari kakeknya, dari seluruh mata-mata kakeknya, menyembunyikan identitas aslinya dengan sangat rapat.

"Niara mengatakan, Waron terlahir dari hasil pernikahan Lion kepunyaan kakek buyut yang menikah secara silang dengan Jaguar penjaga kerajaan Lanzwirs selama berpuluh-puluh tahun. Waron ditakdirkan untuk menjaga Chaqira," ungkap kakeknya dengan senyum rapuhnya,

Denial mengusap lengan cucunya yang nampak kaget, "Chaqira dititipkan pada Luis pun tetap dalam pantauanku. Istana utama, dibangun untuknya. Atas dasar menebus kesalahan kami."

"Kesalahan apa?" Tanya Clinton tergelak,

"Aku membenci Niara terlalu dalam, membencinya karena kakek buyutmu itu memperlakukanku tidak seadil dia memperlakukan Niara. Dia, tidak pernah membenciku atas semua hal yang kulakukan. Hingga aku tahu ada hal lain yang terjadi, kami dari ibu yang berbeda. Kakekmu ini terlahir dari seorang wanita biasa yang menjadi cinta pertama kakek buyutmu. Hingga, entah sejak kapan benci yang terlalu dalam itu berubah. Aku mencintai adikku sendiri, begitu pula dia."

Nafas itu terhenti sesaat, Clinton baru saja mendengar sebuah kisah lama yang terungkap.

"Hidup di dalam satu istana yang sama selama bertahun-tahun meski telah memiliki keluarga masing-masing, kami tetap memiliki rasa itu. Ayah mengetahuinya, mengetahui semua hal buruk yang terjadi di istana Lanzwirs. Ia sampai meludahiku, membenci keturunanku dan melindungi Niara. Aku benci itu, seumur hidupku, ayah tidak pernah membela ataupun melindungiku, begitu juga ibu dari Niara.

"Hingga malam penuh air mata itu terjadi, dengan keadaan ibumu yang masih menyusuimu. Kamu saat itu masih sangat kecil. Dan Lady Chiary masih mengandung Chaqira. Ayah tahu, bayi yang dikandung Lady Chiary adalah bayi perempuan. Ia tidak mau ada hal yang terjadi lagi di istana suci Lanzwirs. Hahh, suci." Denial mencibir dengan penekanan kata suci.

Matanya tidak dapat menutupi rasa marahnya itu. Ia begitu membenci semua kisah kelam hidupnya. Penekanan kata suci mengingatkan semua dosa yang sudah pernah terjadi di istana itu. Termasuk dosa kakek buyutnya yang tidak pernah menikahi ibu dari kakeknya yang merupakan pembantu di istana.

"Dia mengasingkanku, mengusirku beserta keturunanku dari istana yang katanya sangat suci itu. Dia lupa, kalau semua dosa ini terjadi karena ulahnya. Sangat sulit memaafkannya. Sangat sulit. Aku kira saat di istana pengasingan, dia masih memperhatikan kita. Ternyata dia benar-benar membuang kita. Termasuk Niara yang dengan sombongnya melupakanku."

Kemudian Denial menatap dalam mata Clinton, "Selama bertahun-tahun aku menanggung sendiri semua amarah-amarah kecil yang menjadi besar dan menumpuk dihatiku, dendam itu lah yang menjadi puncak tertinggi dari semua kemarahanku. Semarah apapun kamu pada hal kecil, maafkan lah."

Air mata Denial sudah mengaliri pipinya, ia terus menggenggam erat tangan pangeran Clinton. Lalu menatap langit-langit ruangan tempatnya yang sudah lebih dari tiga bulan ditempatinya itu.

"Kakek, apa kakek tahu siapa aku sebenarnya?" Clinton bertanya hati-hati,

Orang yang masih berstatus sebagai raja Lanzwirs itu mengangguk dengan air mata yang mengucur deras. "Iya, aku tahu, aku tahu semuanya. Termasuk pangeran Cleo yang meninggal karena meminun racun ibumu. Cleo sendiri yang menginginkannya, bukan kesalahan ibumu." sahutnya getir dengan air mata berlinang.

Pangeran Clinton terduduk lemas, ia meneguk salivanya dengan menatap khawatir pada kakeknya. "Siapa, kek? Siapa ayahku?!"

"Sahabat ibumu sendiri. Dia sekarang ada di wilayah kerajaan Nervioza, tanah kelahiran ibumu." Ucapnya,

"Kenapa? Kenapa kakek bertingkah seolah tidak mengetahui semuanya?! Kenapa aku menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa! Kenapa?" Clinton mulai marah dengan fakta-fakta yang terungkap.

Denial menarik pelan tangan Clinton, memintanya untuk duduk tenang kembali, "Tidak semua hal harus kamu ketahui di saat umurmu yang masih kecil. Kakek tidak ingin membentuk pribadimu seperti kakek buyutmu membentuk pribadi kakekmu ini. Penuh dengan kebencian yang dimulai sejak kecil, tidak pernah diajarkan untuk memaafkan hal apapun. Kakek tidak ingin, cukup sampai pada kakek saja."

Clinton mendengarkan dengan sabar petuah yang muncul kembali pada diri kakeknya. Ia pun mengangguk patuh,

Hingga bunyi mesin elektrokardiogram itu menyuarakan suara berdecit panjang, memunculkan garis lateral lurus memanjang tanpa ada irama lagi.

Hanya isakan tangis yang terdengar di ruang sunyi senyap itu. Hanya sebuah rasa memaafkan yang bisa tersampaikan, dan rasa lain yang ditekan penuh ke dalam. Raja Denial telah tiada, dengan kisah yang diakhirinya, dengan petuah terakhirnya.

👑👑👑

To be continued

Pendek? Oh iya dongs, sengaja.

Selasa, 05 Maret 2019

IRREPLACEABLE (Completed √)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang