sembilan belas

2.1K 380 13
                                    

"...Lo bakal aman disana sama gue, nemenin hari-hari sibuk dan complicated gue sebagai seorang mahasiswa Rose," sambung Jaefri.

Rose terdiam, tangisannya terhenti untuk sejenak,  tatapannya tak bisa luput dari Jaefri yang sekarang menatapnya teduh dengan sebuh senyuman.

Tangan Jaefri meraih pundak Rose,  digoyangkannya tubuh Rose pelan, "Gue pengen lo ke Autralia nemenin gue. I mean, lo paham kan maksud gue apa?"

Rose terdiam, mendadak otaknya blank karena tidak dapat berpikir.  "Rose, listen to me. Gue pengen kisah ini jadi happy ending dari semua perjuangan lo buat deketin gue,  dan gue mau happy ending yang lo rasain itu bareng gue, kita raih cita-cita kita bareng.  I know this is crazy,  b-butㅡ"

CUP!

Rose menarik tengkuk Jaefri secara tiba-tiba dan menyatukan bibir mereka untuk beberapa menit, hanya menempel, tidak ada pergerakan apapun, tapi sebuah perasaan bahagia dapat tersalurkan. 

Setelah merasa puas dengan ciumannya, Rose melepasnya.  Menatap Jaefri dengan senyuman dan air mata. "J-jaef,  I don't know how to say,  but I love you so much" ucapnya. 

"I know," Jaefri lagi-lagi tersenyum lebar,  apa yang ia rencanakan tersampaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I know," Jaefri lagi-lagi tersenyum lebar,  apa yang ia rencanakan tersampaikan. 

"JAEFRI!!!" pekik Rose sembari memukul dada Jaefri dengan keras, lalu menangis lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JAEFRI!!!" pekik Rose sembari memukul dada Jaefri dengan keras, lalu menangis lagi. 

Jaefri hanya menanggapinya dengan tawa, tangannya terulur mengusap rambut Rose lembut.  "Cengeng banget sih, udah gausah nangis. Pada akhirnya lo bakal nempel terus sama gue rose" ucapnya.

"Kenapa? Maksud gue kenapa lo mau gue ikut ke Australia.  Kenapa gue jadi inget tatapan gasuka yang lo ajuin ke gue dulu,  dan sekarang lo natap gue seolah-olah lo gamau kehilangan gue,  terㅡ"

"sst, jangan pernah pake lo-gue lagi ya sama gue.  Mau nggak?"

"Terus apa?"

"Ente-Ane HAHAHAHA" Jaefri tertawa ringan dengan humornya sendiri,  Rose hanya tersenyum melihat pria didepannya ini sedang berada di puncak tertingginya. 

Tawa Jaefri mereda lalu kembali menatap Rose lagi, "Ah, rasanya gue gamau pergi dari sini,  ngelihatin lo diem, bengong, tidur sambil ngiler,  bahkan ngigo" ucapnya diiringi helaan nafas.

"Kurang kerjaan itu namanya" sahut Rose.

"Ck,  aneh ya gue bucin gini. Kayak bukan diri gue,  tapi gue tulus ngebucinin lo. Gimana coba? kesel gak sih? Terus sejak kapan gue jadi super bawel gini?" Jaefri terus mengoceh sembari memasukkan beberapa buah anggur hijau yang tersedia di nakas. 

Rose tidak bergeming,  ia hanya asik menonton Jaefri yang mengoceh,  karena merasa lemas tentunya.  "Lanjutin dong ngocehnya, daripada mantengin berita gosip, ngelihat seorang jaefri ngoceh aja, kan jadi seneng" sahut Rose.

Rose bergerak untuk membetulkan posisinya, ia kembali berbaring seperti awal, menatap langit-langit. 

"Siapa yang nyangka kalo lo bakal ngelakuin ini semua ya?  Btw, sejak kapan lo diterima di universitas itu?" tanya Rose. 

"Dua bulan yang lalu, lo inget kan waktu lo tiba-tiba nelfon gue sambil nangis? Itu gue lagi di Aussie Rose, buat urus datanya. Gue keterima testnya, dan secara kebetulan gue lihat pengumuman lomba ini di mading, gue pikir, gue bisa bawa lo ke Australia dengan cara ini.  Bahkan sebelumnya gue kepikiran buat nabung biar lo bisa kuliah disana juga bareng gue" cerita Jaefri. 

Rose diam,  tak tahu harus bersikap seperti apa sekarang,  pikiran mentok.
Jaefri tertawa, lalu menoleh menatap Rose yang bengong.  "Kaget?" tanyanya.

Rose mengangguk, panas tubuhnya sudah tak tertahan lagi,  pipinya memerah karena senyuman Jaefri,  belum lagi mulut manis Jaefri.

"Udah ah, gue mau balik" kata Jaefri yang hendak berdiri tetapi lengannya ditahan oleh Rose. 

Jaefri menoleh,  "Kenapa?" Rose menggeleng. 

Jaefri melepas pegangan tangan Rose dari lengannya, lalu berdiri menghadap ranjang Rose, ia menarik selimut Rose yang tergeletak di sudut kasur, menyelimuti gadis itu hingga menutupi sebagian tubuhnya.

"Istirahat Rose,  ntar gue ganggu jam istirahat lo" ujar Jaefri sambil tersenyum.

Rose memang seperti itu, sekalinya bersama Jaefri, rasanya ia ingin Jaefri tinggal disana untuk lebih lama. Definisi bucin,  ah bukan masalah jika dua-duanya sama-sama bucin. Apa salahnya.

Jaefri memilih berdiri sambil terus mengusap kepala Rose lebut,  berharap gadis itu akan terlelap dengan sentuhan lembutnya, dalam hitungan lima menit Rose benar-benar sudah di alam mimpi, wajahnya tenang, dengan bibir pucatnyaㅡkhas orang yang sedang sakit.

Jaefri menjauhkan tangannya dari kepala Rose,  tetap berdiri ditempatnya,  menatap paras bak malaikat milik Rose,  ia berubah pikiran untuk segera pergiㅡJaefri memilih duduk di kursi kecil yang tepat berada disamping ranjang Rose.

"Thanks Rose, for everything"

Gumamnya dalam sepi. Jaefri melipat tangannya,  mendarkan dagunya pada ranjang Rose dan perlahan ia ikut terlelap karena rasa kantuk mengalihkannya. 

<>

Chanyeol membuka pintu kamar inap Rose sembari membawa satu kantung kresek berisi strawberry pesanan adiknya.  Ia terkejut karena Jaefri tertidur dengan posisi duduk, senyumanya mengembang lalu melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah empat sore. 

Ia beralih meletakkan barang bawaannya pada sofa tamu, lalu berjalan menghampiri Jaefriㅡmenepuk pundak laki-laki itu pelan.

"Jaef?"

Dua kali tepukan pelan berhasil mengembalikan kesadaran Jaefri.
Jaefri terduduk sembari menatap Chanyeol dengan wajah bantalnya. 

"Eh, Bang Chan, maaf ketiduran" ucapnya disertai cengirannya.

Chanyeol tersenyum lalu menggeleng,  "Gapapa, makasih udah jagain adek gue. Btw,  udah sore lo gamau pulang buat ganti baju?" tanya Chanyeol.

Lantas Jaefri menoleh menatap jam dinding dan reflek menepuk dahinya sendiri.  "Bang, gue pulang dulu ya" ucapnya,  "Tas gue masih di sekolah" sambungnya.

"Bentar" Sahut Chanyeol.

Chanyel mengambil salah satu totebag kuning miliknya dan memasukkan laptop Jaefri kedalamnya.  "Gausah ngebut, sekolah gabakal tutup sebelum jam lima, lagian gue gak mau adek gue jadi stress karena lo kenapa-kenapa"

Jaefri mengambil totebag yang Chanyeol berikan,  lalu tersenyum sembari mengangguk girang.  "Iya bang, pasti" sahutnya.

"Hati-hati!  Jaga mata, jaga hati ya!" bisik Chanyeol ketika Jaefri mulai melangkahkan kakinya menuju pintu kamar inap Rose. 

TBC

Yuhuuu~
Sudah tuh, gimana gimana? 




Ant; Butterfly ㅡJaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang