Empat°

4.3K 741 52
                                    

Ant; Butterfly

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ant; Butterfly
.
.
.

Jaefri menyandarkan punggungnya pada tembok ruang multimedia, sorot matanya tak bisa lepas dari Rose yang tengah merapikan semua barangnya.

Setelah ini, ia harus kembali ke kelas sebentar untuk mengambil tas dan jaketnya, begitupun dengan Rose.

Hari ini Jaefri serius untuk mengajak Rose pergi berdua, ia memang tak mengaku jika sebenarnya tujuan ia mengajak Rose pergi bukan untuk menjadikan Rose sebagai obat nyamuk atau lain sebagainya.

Setelah selesai, Rose menghampiri Jaefri yang sudah menunggunya diambang pintu, Jaefri hanya menatapnya dengan tatapan teduhnya, melihat Rose tersenyum tipis membuat jantung Jaefri berdetak lebih cepat dari ritme biasanya. 

"Apa lihat-lihat? sana ambil tas lo, nanti ketemu disini lagi, bye." ucap Rose lalu berjalan melewati Jaefri yang menatapnya heran, Rose tidak seperti kemarin. 

Jaefri berjalan kearah kanan, menuju tempat kelasnya berada, jalan pikirannya masih tertuju pada Rose yang nampak berbeda hari ini, ia tahu Rose memang sedang galau, tapi ia juga ingin tahu apa alasan dia galau, nilai? ah rasanya tidak, Rose bukan tipe orang yang terlalu memperdulikan berapa point yang dia dapat dalam pembelajaran.

Jaefri ingat betul ketika Rose dengan pedenya menyahut teguran seorang guru, karena nilainya yang jelek.

Jaefri ingat hari itu sedang ada pengumuman nilai ulangan matematika yang kelima, dan Rose memang masuk kedalam jajaran siswa dengan nilai yang buruk, berbeda dengan Jaefri yang mendapat nilai tertinggi hari itu, dan Pak Wicak selaku guru yang membimbing pelajaran matematika lantas marah karena Rose tidak membuat satupun perkembangan setelah lima kali diadakan ulangan matematika, dan beliau memaki Rose hari itu, karena sudah tak tahan dengan semua nilai merah di buku catatan nilai siswanya.

Mendengar makian dari beliau, Rose hanya diam sejenak, tak ada wajah sedih di wajahnya saat itu, ia hanya menatap Pak Wicak dengan tatapan dingin dan tajam, tak lama setelah itu ia berdiri dan berjalan dengan santai ke depan, menghampiri beliau dan berkata, "Yang kita perlukan dalam kehidupan adalah sebuah ilmu pak, bukan nilai. Kalau nilai mah, palingan sekolah mau tuh kasih nilai 100 ke seseorang karena diupahi sebuah uang atau emas batangan mungkin? Toh, itu hanyalah kumpulan angka bukan? Kalau nilai seseorang jelek, mungkin karena ia memang sedang tidak ada niatan untuk menunjukkan seberapa hebat dia dalam menjawab soal atau melakukan sebuah pratikum, kalau pun syarat lulus sekolah ini adalah nilai yang bagus, bapak mau saya kasih uang satu triliun? Setelah itu bapak ubah semua nilai di rapot saya jadi seratus, pastikan semuanya seratus dari semester ini sampai semester akhir saya di SMA ini, bapak saya ngomong begini serius, tidak main-main."

Ant; Butterfly ㅡJaeroseWhere stories live. Discover now