[8] Gak Ada Akhlak

7.8K 668 288
                                    

"Naik!" seru Arsen di dekat Aurel yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah.

Aurel menggelengkan kepala, tanda menolak. "Enggak, gue gak jadi pulang dianter lo. Bentar lagi gue dianter sama Dar--"

"Berani nolak?" tanya Arsen dengan pandangan ke depan, tanpa menoleh ke Aurel. Gadis itu berdecak sebal, ia lupa kenyataan, bahwa titah Arsenio tak bisa dibantah.

"Ck! Ya udah iya!" balas Aurel lalu naik ke motor Arsen dengan kesal. sedangkan Arsen tersenyum tipis di balik helm full face miliknya.

"Eiitt, ini kan bukan jalan ke rumah gue!" seru Aurel saat Arsen tak berbelok ke jalan menuju arah rumahnya.

Karena Arsen tak kunjung menjawab, Aurel akhirnya menepuk punggung cowok itu. Takut-takut, Arsen lupa jalan menuju rumahnya.

"Ck! Nurut aja!" tukas Arsen.

"Ya tapi lo mau bawa gue ke mana?!"

"Ke neraka."

"Lo!" Aurel memukul punggung Arsen  dengan lebih keras lagi. "Gue tau tempat asli lo emang neraka, tapi gak usah ajak-ajak gue ke sana!"

"Jangan banyak nanya. Gue gak suka cewek kepo," balas Arsen, masih tetap fokus mengendarai motornya.

"Heh! Atau jangan-jangan lo mau nyulik gue? Terus ngapa-ngapain gue! Woy! Turunin gue!" sentak Aurel.

"Sebentar lagi lo juga tau tempat tujuan gue. Jangan berpikir yang enggak-enggak, gue bukan cowok brengsek," balas Arsen, lalu menaikkan kecepatan motornya. Hingga Aurel yang awalnya tak berpegangan, akhirnya berpegang erat pada Arsen.

"Ck!" umpat Aurel semakin kesal.

"Bilang aja lo seneng bisa pegangan ke gue," balas Arsen.

"Hih! PD amat lo," ujar Aurel. Dalam batinnya ia berucap. 'Jadi gini ya rasanya meluk Arsenio Bratajaya? Kayak ada anjir-anjirnya sama manis-manisnya gitu.'

Sampai beberapa saat kemudian, Arsen memberhentikan motornya tepat pada kafe yang tak terlalu luas tapi unik. Desain zaman dulu yang menghiasi kafe itu, menambah kesan estetik yang cukup menyenangkan mata.

"Lah? Ngapain ke sini?" tanya Aurel bingung.

"Numpang boker," balas Arsen.

Aurel tersenyum masam.

"Gue laper, jadi mampir ke sini."

Gadis itu mengangguk sekilas, lalu menyusul langkah Arsen yang sudah berjalan mendahuluinya masuk ke dalam kafe tersebut.

Mereka duduk di salah satu meja yang berada di dekat jendela. Pemandangan jalanan serta kebun yang asri menyambut hangat mereka.

"Kok di sini sepi? Padahal bagus banget tempatnya," ujar Aurel sembari meneliti suasana di sekitarnya. Di sana, tak satu orangpun yang datang.

"Gue sewa seluruh kafe, buat makan berdua sama lo. Biar gak ada yang ganggu."

Aurel menatap sinis Arsen, apa Arsen pikir dia akan terkesan dengan apa yang Arsen lakukan? Tidak sama sekali, sampai kapanpun ia akan tetap membenci cowok yang mengganggu ketenangannya itu.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang