[4] SMA Januarta

11.2K 860 139
                                    

"Cihuyy! Baru dateng nih Pak Ketua!" seru Hugo saat melihat Arsen yang baru saja memasuki kelas.

"Darimana aja lo kemaren? Main ilang aja pas balap, ending-nya si Alex yang menang balapan tadi malem," kata Barra.

Arsen berjalan menuju bangkunya dan teman-temannya yang ada di pojok kelas. Arsen, Barra, Kai, dan Hugo memang lebih memilih bangku bagian pojok belakang, agar aman untuk tidur ketika pelajaran dimulai. Gak bener memang, tapi itulah mereka. Empat murid laki-laki yang paling banyak memiliki pengagum di sekolah ini.

"Gue ... kepo lo semua," dengus Arsen setelah mendudukkan dirinya di bangku. Barra dan Hugo masih menatap Arsen dengan raut penasaran, kecuali Kai yang memang selalu menampakkan muka datar, tanpa ekspresi.

"Sopankah jawab gitu, huh?" Hugo menaikkan sebelah alisnya. "Gue kepo woi, kasih tau aja kenapa si, kemaren lo kemana boss?"

"Kemana aja, yang penting gak ke rahmatullah," balas Arsen.

"Ini nih!" Hugo menunjuk Arsen dengan telunjuknya, "Ciri-ciri manusia yang cocok dikorbanin pas hari raya qurban," lanjutnya sembari mendengus.

Arsen tersenyum miring, "Kemarin gue abis nolong orang kecelakaan. Sorry gak ngabarin lo semua."

"Siapa yang lo tolong? Jangan bilang kalau dia peserta balap mptor kemarin?" tanya Barra, yang dibalas satu kali anggukan kepala oleh Arsen.

"Anjir! Lo milih kalah balapan buat nolongin tuh orang? Tumben bener, biasanya juga lo kagak ada rasa simpatik sama sekali. Lagi ada setan putih lewat kali yak, mangkanya lo jadi baik gitu," sahut Hugo. Arsen memutar bola mata malas mendengarnya.

"Siapa orang itu?" kali ini, Kai ikut bersuara.

"Lo semua pasti kaget kalau gue kasih tau dia siapa," jawab Arsen.

Barra dan Hugo semakin penasaran, keduanya kompak kembali bertanya, "Jadi dia siapa?"

Arsen menunjukkan senyum misterius, lalu menatap ketiga temannya bergantian. "Kalau pengen tau dia siapa, tiga hari lagi kita pindah sekolah. Ke SMA Januarta."

"Sinting lo," umpat Kai.

Barra mengangguk, membenarkan umpatan Kai. "Sekepo-keponya gue, mana mau gue sampai pindah sekolah cuma buat nyari tau siapa orang itu."

"Gue yakin, lo semua gak akan nyesel setelah tau siapa orang itu."

"Eh tapi, gue setuju juga sih sama si Arsen. Gue udah males sekolah di sini, sering dihukum, dan bosen juga sama cewek-cewek di sini. Sekali-kali mau nyari yang baru dan fresh," ujar Hugo sembari terkekeh pelan.

"Lu pikir buah! Pake acara fresh-fresh segala!" decak Barra kesal. Hugo membalas dengan tawa renyahnya. "Duit darimana juga buat pindah sekolah? Lo pada tau sendiri, kalo pindah sekolah juga butuh biaya, apalagi SMA Januarta juga terkenal  elit."

"Hahaha, jiwa miskin lo Bar," ejek Hugo. "Tapi tenang aja, lo lupa kalau ada gue? Agen shodaqoh duit terkhusus kalangan jiwa-jiwa misqueen," ujar Hugo sembari tertawa. Barra berdecak semakin kesal pada Hugo. "Gue yang bayarin kepindahan kita berempat!" seru Hugo dengan yakin.

"Bagus," balas Arsen.

"Ck! Siapa sih orang yang lo maksud, Sen? Kasih tau aja kali, biar kita semua jadi gak ragu buat ngikut lo pindah sekolah."

Arsen menoleh pada Bara, "Dia ... Ketua Walter."

oOo

"Maaf Tuan, pasien dengan nama Aurellia Chriselda sudah dibawa pulang beberapa jam yang lalu."

ARSENIOWhere stories live. Discover now