[5] Identitas Walter

10.5K 832 204
                                    

"Selamat pagi!" sapa Bu Leta, guru wali kelas yang baru saja memasuki kelas 12 IPA 5. Siswa-siswi di kelas itu serentak membalas sapaan Bu Leta.

"Pagi Bu!"

"Baiklah, sebelum melaksanakan pembelajaran hari ini, saya ingin menyampaikan kabar baik untuk kalian semua, kita kedatangan murid baru. Tidak hanya satu, tapi empat sekaligus. Baiklah, Arsen, Kai, Barra, dan Hugo silahkan masuk!" suruh Bu Leta.

Ke empat cowok yang terpanggil namanya, langsung menurut perintah. Tanpa gugup ataupun malu, ke empatnya dengan percaya diri berjalan memasuki kelas.

"Baik, silakan perkenalkan diri kalian masing-masing, serta jelaskan motivasi kalian mengapa pindah ke sekolah ini."

Hugo langsung maju paling depan, cowok dengan tingkat percaya diri yang luar biasa itu langsung saja menggerakkan bibir, lalu langsung memperkenalkan dirinya. "Hai! Kenalin nama gue Hugo Sulthan, lo semua bisa panggil gue Hugo, Sultahn, Sayang, Bebeb, babe, hubby, or Daddy juga boleh," ujar cowok itu, membuat murid-murid di kelas itu tergelak. Arsen, Kai, dan Barra berdecak kesal mendengar penuturan Hugo.

"Motivasi gue pindah ke sini karena pengen ganti sekolah aja sih, udah bosen di sekolah yang dulu. Mau nyari suasana baru, sekaligus cewek baru hahaha," lanjut Hugo disertai tawanya. Bu Leta geleng-geleng kepala mendengarnya.

"Baiklah, silakan dilanjut yang lain," Selanjutnya Barra yang bergerak sedikit maju dari ketiga temannya. Cowok itu langsung menebar senyum manis khas dirinya, yang sontak membuat gadis-gadis di kelas 12 Ipa 5 langsung histeris. "Sstt, jangan bising. Kalian ini udah kelas 12 masih aja gak bisa jaga mulut!" peringat Bu Leta, yang membuat suasana kelas akhirnya menjadi hening.

"Gue Barra Xavierro. Pindahan dari SMA Dirgantara. Lo semua bisa panggil gue Barra, dan motivasi gue pindah ke sekolah ini karena ngikut temen-temen gue, eitt ... bukan itu aja, karena gue liat sekolah ini bagus dan terkenal favorit, itu juga yang memotivasi gue buat pindah ke sini. Semoga kalian bisa nerima gue, ya," pungkas Barra diiringi kedipan sebelah mata. Senyum manis yang tak pernah pudar dari wajah cowok itu, membuat gadis-gadis memekik tertahan. Ingin berteriak, namun takut kena omelan Bu Leta.

Berikutnya, Kai yang sedikit memajukan posisinya. Seperti biasa, yang cowok itu tunjukkan hanyalah wajah datar tanpa ekspresi. Tatapannya yang tajam, seakan mampu mengintrogasi setiap orang yang menatapnya. "Gue Kaiross Daviano. Motivasi pindah, solidaritas," ujarnya singkat, padat, dan jelas. Membuat siswi di kelas itu menahan napas, kagum dan mulai penasaran pada cowok dingin itu.

Setelah itu dilanjut Arsen yang maju, sama seperti Kai. Cowok itu tak menampakkan ekspresi apapun. Arsen memang yang paling mencolok dan menarik perhatian di antara empat cowok itu. "Gue Arsenio Bratajaya. Motivasi pindah, untuk mengejar target."

Bisik-bisik mulai terdengar, tak mengerti target apa yang dimaksud oleh Arsen. Bu Leta yang juga penasaran, akhirnya bertanya. "Target apa maksud kamu?"

Arsen tersenyum miring, otaknya langsung berkelana memikirkan Aurel. Mengingat ekspresi marah dan kesalnya Aurel saat melihatnya pindah sekolah tadi, membuatnya ingin kembali menemui gadis cantik itu lagi. "Target nilai," dustanya. Bu Leta ber-oh ria saja mendengarnya.

"Woilah! mereka beneran masuk kelas ini, kan?!" pekik Monika tak dapat menahan untuk tidak histeris lagi, cukup sudah ia menahan diri untuk tidak berteriak.

ARSENIOWhere stories live. Discover now