[2] Aurellia Chriselda

14.2K 1K 308
                                    

"Rahasia lo aman, asal lo mau jadi pacar gue."

Aurel terengah-engah di ambang batas kesadarannya, otaknya baru saja mengingat sebuah fakta bahwa cowok yang ada di hadapannya ini adalah seorang Ketua Rodrigo, yang tentunya memiliki relasi yang sangat luas. Sekali saja cowok itu membuka mulut, maka tamatlah rahasia tentang identitasnya yang seorang perempuan.

"L-lo gila," balas Aurel diiringi erangan kesakitan. Semakin lama, kepalanya semakin terasa sakit.

"Lo cantik."

'Kalau aja gue lagi gak kesakitan gini, udah gue tebas kepala nih cowok. Bener-bener gila!' batin Aurel frustasi.

"Beberapa menit lagi gue pastiin lo bakalan mati kalau gak segera gue bawa ke rumah sakit. Setelah itu identitas lo terbongkar, dan nama Walter bakalan musnah." Arsen mengusap rambut Aurel pelan diiringi seringainya yang tak pernah ketinggalan, "Jadi lo pilih mana? Jadi pacar gue, atau--"

"Sshh ... serah lo!"

"Oke, keputusan ada di tangan gue. Lo resmi jadi pacar gue." setelah berkata seperti itu, Arsen langsung mengangkat tubuh Aurel, menggendong gadis itu ala bridal style.

Aurel memilih pasrah, kepalanya benar-benar terasa sakit, dapat ia rasakan bahwa darahnya semakin banyak keluar. Beberapa detik lagi ia pastikan dirinya sudah hilang kesadaran. "Jaga rahasia gue," lirih Aurel pelan, namun masih bisa didengar oleh Arsen.

"Bukan cuma rahasia lo aja yang bakalan gue jaga, diri lo juga akan gue jaga, sebaik yang gue bisa." Arsen tersenyum tipis, lalu detik berikutnya langsung bergegas membawa Aurel menuju rumah sakit.

oOo

"Sshh ...," rintih Aurel sembari menyentuh kepalanya. Netranya berkedip pelan, kemudian perlahan mulai terbuka. Ruangan rumah sakit serta bau obat-obatan, seketika menyengat indra penciuman gadis itu.

Perlahan kepalanya menoleh ke samping, gadis itu langsung terkejut saat mendapati wajah seorang cowok yang menatapnya dengan intens. Masih terekam dengan jelas, bahwa wajah orang di sampingnya ini adalah orang yang menolongnya tadi.

"Bagus. Lo udah sadar," ujar Arsen.

"Lo kenapa ada di sini, sih? Pulang aja sono," usir Aurel dengan terang-terangan.

"Lupa diri? Yang nolongin dan bawa lo ke sini siapa, hm?" Arsen mengangkat sebelah alisnya, masih dengan menatap gadis dengan perban di kepalanya itu.

Aurel membuang muka, entah semalam dia bermimpi apa hingga mengalami musibah seburuk ini. Jatuh dengan keras saat balapan, ditambah harus bertemu cowok menyebalkan di sampingnya ini. "Makasih."

"Lo bilang apa barusan? Gak denger," balas Arsen.

"Makasih."

"Ulang-ulang, lebih jelas lagi."

"Makasih!" seru Aurel meninggikan nada suaranya.

"Oke."

Setelah itu, Arsen mendekatkan wajahnya pada Aurel. Membuat gadis itu langsung saja memundurkan wajahnya. "Eh lo mau ngapain?"

"Liatin wajah pacar gue, semakin diliat dari deket gini, lo semakin keliatan cantik." Arsen tertawa kecil, lalu menopang dagunya dengan tangan. "Lo masih inget perjanjian kita tadi?" kali ini, cowok itu tersenyum miring.

ARSENIOOù les histoires vivent. Découvrez maintenant