[7] Prinsip Walter

9.5K 737 249
                                    

"OMG!"

"Arsen dan Aurel ... mereka berangkat bareng?

"Gak bisa dibiarin!"

"Gercep amat si Aurel, ada cogan pindah sekolah langsung digaet."

"Senyumin ae."

"Gue kentank, gue diem."

"Tapi, mereka cocok sih!"

Suara cibiran siswa-siswi mulai terdengar saat Arsen dan Aurel baru saja tiba di SMA Januarta. Ada yang setuju jika mereka bersama, ada juga yang iri. Wajar saja mereka mencibir iri, saat tau dua Most Wanted di sekolah mereka menjalin hubungan.

Memang cocok sih, tapi bikin iri yang liat. Yang satu ganteng yang satu lagi cantik. Bagi kalian yang hanya kentank, mending diem ae di pojokan.

"Sialan lo Sen," bisik Aurel tajam.

Arsen menyeringai, lalu memberhentikan motornya di parkiran sekolah. Suasananya semakin ramai, karena bel masuk kelas sudah hampir berbunyi. 

Cowok itu membuka helm, lalu menoleh pada Aurel yang wajahnya sudah cemberut.

"Lo kenapa, sih?" tanya Arsen.

Aurel tak menjawab, gadis itu turun dengan sebal dari motor Arsen, lalu melangkah pergi meninggalkan cowok itu. Tapi, Arsen tak tinggal diam, cowok itu menarik lengan Aurel hingga mau tidak mau Aurel memberhentikan langkahnya.

"Gue gak suka diabaikan," tukas Arsen dingin.

"Gue gak suka digosipin Sen! Apalagi gosip itu berhubungan sama lo. Lo mungkin emang seneng mainin semua ini, tapi gue gak suka!" bentak Aurel. Menghempas cekalan tangan Arsen.

"Kenapa? Lo malu? Lo malu jadi pacar gue?!"

Aurel menghela napas lelah. "Pikiran lo sempit, bukan masalah malu atau enggaknya Sen. Tapi dengan lo ngumbar tentang gue, maka mereka semua akan mulai nyari tau tentang gue,"

"Dan lo gak lupa kan, kalau gue itu sengaja gak terlalu mencolok. Karena gue Ketua Walter Sen, gue gak mau identitas gue terbongkar!" cerca Aurel pelan namun tajam. Ia tak sebodoh itu untuk berbicara keras di lokasi umum seperti ini.

Arsen terdiam untuk beberapa saat. Jadi, alasan Aurel tak mau terlalu dekat dengannya karena takut dirinya mencolok? Bukan karena malu atau gengsi? Sial! Dia salah menduga.

"Ooh jadi itu alasan lo. Gue jamin identitas lo aman, berarti itu semua gak akan terbongkar. Pegang ucapan gue," ujar Arsen.

"Tapi--"

"Gue gak suka ditolak, sekalinya lo udah masuk ke dalam lingkar hidup gue, maka lo udah terjerat. Gak akan bisa keluar lagi, kecuali gue yang lepas jeratan itu," ketus Arsen, lalu melangkah lebih dulu meninggalkan Aurel sendiri.

Gadis itu terpaku untuk beberapa saat setelah mendengar ucapan terakhir Arsen. 'Jadi, gue udah masuk ke dalam lingkar hidup Arsen? Sampai kapan?'

Batin Aurel bertanya-tanya, tanpa tahu jawaban yang semestinya. Setiap saat dirinya selalu berharap, bahwa kejadian di arena balap beberapa waktu lalu itu hanya mimpi. Jika semuanya hanya mimpi, mungkin saat ini dia masih bisa hidup dengan damai.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang