"Pulang yuk? Gue capek, kenapa sih harus full day? Jatah tidur siang gue hilang deh," gerutu Nakula heboh.

"Tumben, biasanya lo keluyuran dulu."

"Maksud lo kenapa gue mau pulang bareng lo?"

Akela mengangguk.

"Genta minta tolong gue dan dia udah kasih tau alasannya, kalau gak mah boro-boro."

"Lo nyebelin!"

"Bodo! Yang penting gue ganteng, lo mau pulang atau enggak?"

Akela manyun tapi sedetik kemudian ia tersenyum, tingkah Nakula memang selalu berhasil membangkitkan sisi cerianya. Kaki kiri gadis itu menginjak footstep ninja milik Nakula lalu memeluk pinggang abangnya erat, dihirupnya aroma tubuh cowok di depannya. Akela yakin jika abangnya itu menyemprotkan minyak wangi sebanyak mungkin sebelum pualng, baunya menyengat!

***

Genta memberhentikan motornya di rumah berlantai tiga, rumah Kei yang baru ia injakki beberapa kali. Meskipun sudah lama, cowok itu masih hapal jalan ke rumah cewek yang pernah berada di sisinya, bahkan ia masih ingat bagaimana lekukan di setiap rumah mantannya itu.

Kei tersenyum, menarik Genta ke dalam. Hanya di sini ia bisa memperlakukan Genta sebebas mungkin, tidak ada mulut cerewet Akela ataupun tatapan tajam dari murid di sekolahnya.

"Kei pulang, Ma," ucap Kei dengan senyum selebar mungkin tapi saat melihat mamanya yang murung, gadis itu buru-buru duduk di samping sang mama. "Mama kenapa?"

Ela menggeleng, memaksakan sebuah senyum yang disadari Kei. "Mama enggak papa. Eh, ada nak Genta." Ela menatap Genta hangat.

Genta tersenyum. "Halo Tante, apa kabar?" tanya Genta sembari menyalami tangan Ela.

"Baik, kamu apa kabar? Udah jarang main ke sini."

"Baik juga, Tan. Iya nih, sibuk mulu. Soalnya full day, jadi waktunya enggak banyak."

"Iya sih, Kei juga sering kelelahan. Terus gimana Kei di sekolah? Gak bandel kan?"

"Enggak kok, Tan. Dia baik di sekolah."

"Tante senang, apalagi ada kamu yang selalu menjaga Kei. Hubungan kalian baik-baik aja, bukan?"

Melihat kebingungan Genta, Kei segera menimpali, "Baik kok, Ma."

Ela tersenyum. "Baguslah, kalau gitu kita makan dulu, ya? Mama hari ini kebetulan masak banyak."

Kei mengangguk, menyutujui ajakan dari mamanya.

Berbeda dengan Genta yang berusaha menolak. "Enggak usah, Tan. Genta nanti aja di rumah."

"Gak papa, kamu kayak baru sekali aja ke sini. Pokoknya Tante gak terima penolakan."

Genta yang tidak enak, mau tak mau menurut.

"Maksud lo apa?" tanya Genta setelah Ela menjauh.

Kei tersenyum. "Mama taunya kita masih pacaran."

"Gue bohong sama Mama, lagian gue gak mau ngecewaiin dia. Selama gue pacaran, cuma lo satu-satunya cowok yang mama suka. Kali ini tolong gue, ya? Tolong bertingkah seperti pacar gue, cuma di depan Mama kok."

"Ta-"

"Kali ini aja kok, gue gak mau Mama tau kalau anaknya nakal," potong Kei dengan mata penuh harap.

Genta menghela napas. "Oke."

"Nanti dulu pacarannya, Kei!" teriak sang mama dari arah dapur.

"Iya, Ma!"

Kei kembali menarik Genta ke dapur, bergabung dengan mamanya yang sibuk menyedokkan nasi buat mereka.

Tanpa Genta sadari, ini merupakan awal dari segalanya. Hati yang menutup perlahan mulai membuka, tak ada yang bisa mencegah meskipun itu pemiliknya sendiri.

***

Sesampainya di rumah, Akela bergegas ke kamar. Ia ingin membersihkan diri, terutama dari pikiran negatif mengenai Genta.

Suara ketukan pintu menyadarkan gadis itu dari istirahat sejenakanya, sosok Nakula muncul.

"Makan dulu, terus kita nonton."

"Gendong," ucap Akela manja.

Nakula terkekeh, ditariknya sang adik agar berdiri di atas kasur. Kemudian Nakula menunduk sedikit, membiarkan tangan Akela melingkar manis di leher dan kedua kaki adiknya melekat di pinggang.

Dengan kecepatan yang sengaja dilajukan, Nakula membawa adiknya mengelilingi rumah, sesekali ia memiringkan tubuh seolah pesawat terbang. Tawa keduanya sangat nyaring, memenuhi suasana rumah yang sunyi.

Semenyebalkan apapun Nakula, Akela tetap sayang dan bersyukur memilikinya. Di saat orangtua mereka sibuk, Nakula selalu tau bagaimana cara menyenangkan Akela, cowok itu sangat menyayangi adik sematawayangnya. Bagi Nakula, Akela adalah segalnya. Sedangkan bagi Akela, Nakula adalah abang yang enggak bisa digantikan siapapun. Meski tingkah Nakula lebih parah dari anak SMP yang baru puber, Akela tetap menyayanginya.

-DISTRUTTO 04-

Halo teman-teman yang sudah membaca cerita ini, tak terasa seminggu kembali berlalu :)

Semoga di manapun kamu berada, selalu berada di lindungan Tuhan, ya.

Sehat selalu.

Dan jika suka cerita ini jangan lupa ajak temanmu untuk membaca juga :)

Terakhir, kamshamida :)

Selasa, 26 Febuari 2019

Selasa, 26 Febuari 2019

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
DISTRUTTO 👌Where stories live. Discover now