Selena's Effect - Satu

Start from the beginning
                                    

"Kamu membosankan. Kamu melelahkan," ucap Selena sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding lift yang terasa dingin pada kulit lengannya yang polos.

"Saya akan menganggapnya sebagai pujian."

Kalimat kaku dengan nada datar dari Tony yang tengah berdiri tegak menghadap pintu lift mengakhiri perbincangan mereka yang teramat singkat.

***

"Saya yang akan mengantar Anda," tegas Tony sambil mengarahkan Selena untuk masuk ke dalam mobil yang biasa digunakannya untuk mengantar Bryant. Tony sadar, tidak akan mudah untuk mengatur Selena, namun entah mengapa, ia juga berusaha untuk tetap pada pendiriannya.

"Kamu sendiri saja," tolak Selena. Ia berjalan melalui Tony tanpa melihat ke belakang. Ia tidak peduli dengan ekspresi Tony yang pastinya masih tetap datar. Pria itu tidak berekspresi, tapi jauh lebih baik daripada Bryant.

Kenapa dirinya tidak dijodohkan dengan Tony saja?

Jika dirinya diberikan dua pilihan antara Bryant dengan Tony, tentu saja dirinya akan dengan cepat memilih Tony. Sayangnya, Selena tidak diberi pilihan.

Saat Selena hendak membuka pintu mobilnya, ia melihat dengan jelas bayangan Tony dari kaca jendela mobilnya. Lebih tepatnya, Selena mendapati pantulan bayangan mereka berdua.

Tony memanfaatkan kelengahan Selena dengan sangat baik. Ia membuka pintu mobil pada bagian pengemudi, kemudian masuk dan duduk. Ia bahkan sudah memasang sabuk pengaman dengan baik.

Tindakannya membuat Selena menggelengkan kepalanya dalam diam kemudian berjalan memutar dan duduk di samping Tony yang sudah mulai melajukan mobilnya ketika mendapati Selena duduk dengan nyaman.

"Kamu tahu aku ingin ke mana?" tanya Selena. Ia menatap lurus ke depan, begitu juga dengan Tony. Seingat Selena, ia belum menyampaikan apa pun kepada Bryant maupun Tony mengenai tujuannya hari ini.

"Sudah. Fitting terakhir gaun pengantin," kata Tony dengan tegas, tidak terlihat sedikit pun keraguan dari perkataannya.

Dan, perkataan Tony benar.

Hal itu membuat Selena tersenyum getir, namun hatinya sedikit terasa hangat.

Ia tersanjung dengan Tony, meskipun sebenarnya pria itu hanya melakukan pekerjaannya dengan teramat baik.

***

"Kamu tidak akan turun?" tanya Selena pada Tony yang terlihat tidak bergerak untuk turun menemaninya masuk ke gedung milik desainer ternama di kota mereka tinggal.

Tony menggeleng. "Saya akan menunggu Anda di sini." kata Tony sambil keluar kemudian berjalan memutari mobil untuk membukakan Selena pintu. "Take your time, tidak perlu terburu-buru," lanjutnya sambil mempersilakan Selena untuk keluar dari mobil. Tidak lupa, ia menempelkan telapak tangannya di atas langit-langit mobil, menghindari kemungkinan kepala Selena terantuk pintu.

Selena berdecak, kemudian menatap Tony yang berdiri tepat di hadapannya. "Paling tidak, payungi aku ke sana."

Tony menganggukkan kepalanya. Ia melakukan semua perintah Selena dengan baik, kecuali menemaninya masuk ke dalam gedung desainer gaun pengantin. "Saya akan menunggu Anda di mobil," ulang Tony lagi.

Tentu saja, Selena jauh lebih cerdik dibandingkan Tony. Ia menarik Tony masuk setelah pria itu menutup dan merapikan payung dalam genggamannya.

"Kalau melakukan pekerjaan, jangan setengah-setengah," kata Selena. Ia mengedipkan sebelah matanya pada Tony.

"Halo, Selena."

Sapaan yang terdengar amat ceria itu langsung memasuki indera pendengaran Selena. Ia membalikkan badannya mengikuti asal suara itu. Suara yang sudah didengarnya lebih dari lima puluh kali, mengingat pekerjaan Selena sebagai model yang membuatnya cukup dekat dengan Bellatrix, desainer ternama yang dipercayai Selena untuk membuat gaun pengantinnya.

Weddings' SmugglerWhere stories live. Discover now