Part 21 - You don't know love

109K 7.4K 1K
                                    

"Pagi," sapa Afgan ditemani senyuman lebar di bibirnya.

Pagi-pagi sekali Afgan sudah menunggu di depan rumah Amanda. Hampir lima belas menit lebih. Ia tidak mau melewatkan acara jemput-menjemput sebagai ajang PDKT.

Amanda memasang ekspresi kaget melihat keberadaan Afgan. Laki-laki itu tidak memberi kabar sama sekali kalau akan datang menjemput.

"Pagi banget lo jemput gue," ujar Amanda seraya berjalan mendekat.

"Kalau aku nggak gerak cepat bisa-bisa kamu duluan berangkat ke sekolah."

"Kamu?" Kata kamu yang Afgan ucapkan terasa asing di telinga Amanda. Namum, sukses membuat pipi Amanda merona.

"Kamu nggak suka? Kemarin kita udah sepakat buat PDKT sebelum kejenjang yang lebih serius," jelas Afgan.

Amanda hanya mengangguk. Terserah saja, pikirnya. Jujur sikap Afgan membuat Amanda sedikit canggung. Namun mampu membuat Amanda berdebar. Jadi seperti ini rasanya dicintai?

"Kamu lebih suka pakai aku-kamu atau lo-gue?" tanya Afgan.

"Apa aja boleh, asal jangan ada dia di antara kita," jawab Amanda bercanda. Disambut Afgan dengan tawa renyah.

Baru saja Amanda bersiap menaiki motor Afgan, namun sebuah mobil yang melintas di jalanan komplek menarik perhatian Amanda. Itu mobil Arsen. Sepertinya laki-laki itu baru saja menjemput Sarah.

Amanda terpaku. Rasa sakit atas sikap Arsen selalu terasa menusuk hati.

Afgan yang menyadari perubahan Amanda tersenyum miris. Sepertinya ia harus berjuang lebih keras untuk menyingkirkan Arsen dari hati Amanda.

"Ada aku di sini," bisikan Afgan bisa menarik fokus Amanda. Dengan pandangan sedih Amanda menatap Arsen.

"Aku masih tahap berjuang untuk kamu. Aku tau menghapus Arsen dari hatimu bukan hal mudah. Jadi, ajari aku untuk menjadi seseorang yang kamu inginkan. Supayu kamu nggak akan menginginkan orang lain selain aku," Afgan menutup kalimatnya dengan senyuman.

"Afgan," gumam Amanda. Dia tidak mampu berkata-kata.

"Akan ada saat di mana kamu menatapku penuh kasih seperti kamu menatap Arsen," ujar Afgan, kemudian ia kedipkan mata kirinya dengan gerakan bercanda. Terlihat ganteng.

Amanda terkekeh. Ia pukul bahu Afgan dengan pelan. "Nggak usah kedip-kedip gitu deh. Jelek lo!"

"Ah, masa?" tanya Afgan tak percaya. Afgan mendekatkan wajahnya ke kaca spion, lalu ia kedip-kedipkan mata kirinya berulang kali. Mirip seperti orang ayan.

Tawa Amanda pecah. Ya ampun ada-ada saja tingkah Afgan. Laki-laki seperti ini akan menjadi calon pacarnya?

Otak Amanda yang sudah geser, otak Afgan lebih geser lagi. Akan seperti apa hubungan mereka nanti?

-o0o-

Arsen mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkan mobil di parkiran sekolah. Terdengar helaan napas berat dari bibir Arsen, seperti orang yang menanggung beban berat.

"Kepala kamu masih sakit karena kena lempar bola kemarin?" tanya Arsen.

Sarah melirik sekilas. "Jangan pusing mikirin kepalaku. Harusnya aku tanya sama kamu, hati kamu masih kuat? Sakit nggat liat Amanda bareng sama Afgan?"

Arsen mendelik. Bibirnya menekuk ke bawah secara tajam.

"Ini giliran kamu berjuang. Jelaskan sama Amanda kalau kita ini cuma sepupu. Jangan sampai kesalah pahaman antara kalian semakin larut."

Amanda [END - SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang